🌚 Pulang

1K 59 3
                                    

Ost. Fiersa Besari feat. Bemandry | Kamu

*-*
Rumah masihlah tempat terhangat untuk pulang.
*-*

*-*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⭐⭐

Minggu pagi merupakan hari yang tenang untukku. Menikmati berita pagi di teras rumah ditemani dengan secangkir hangat kopi susu. Sambil sesekali cuci mata dengan bujangan-bujangan komplek yang tengah lari pagi melewati rumahku.

Tentu, ketenangan itu tak berlangsung lama jika bocah rusuh itu sudah bangun. Ada saja hal-hal aneh yang ia lakukan untuk mengangguku. Sepertinya, raja iblis tengah memihak padanya. Buktinya, tiba-tiba ia sudah ada di samping kursi tempatku duduk.

Kedua tangannya menumpu dagu dengan tampang yang menggemaskan menatap dengan mata berbinar ke arahku. Wanita mana yang gak klepek-klepek ditatap seperti itu?

Sepersekian menit aku menahan untuk tak menghiraukannya namun, ternyata magnetnya lebih kuat daripada pertahananku. Kulipat koran yang baru setengah kubaca lalu meletakkannya di meja sampingku. meraih pipi menggemaskan itu lalu menciumnya dengan semangat.

Bau iler masih menempel di sana namun, bukannya jijik justru itu terasa segar dan wangi. Percayalah, bau anak kecil yang baru bangun itu sungguh nikmat. Apalagi itu anak yang dikandung sendiri selama sembilan bulan. Bunga katsuri pun kalah.

"Hentikan, Ma. Bumi udah besar, gak mau dicium-cium terus sama Mama," berontaknya.

Aku menghentikkan aksiku, menarik wajahku darinya.

"Heh, siapa bilang anak mama ini sudah besar. Hm? Tidur aja masih nempel mamanya," ejekku padanya.

Ia cemberut, tak setuju denganku. Lalu tiba-tiba merangkak naik ke pangkuanku dan mengecup pipiku.

"Nakal ya sekarang? Katanya udah besar gak mau cium-cium?"

"Kalau Bumi yang cium Mama boleh. Hihi ..." kekehnya, "Sekalian Bumi latihan buat nyium cewek," lanjutnya kemudian turun dari pangkuanku, langkah kecilnya segera membawanya berlari ke dalam.

Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala tak percaya. Apa benar dia putraku? Atau jangan-jangan sempat tertukar saat di rumah sakit?

Tring ...

Suara notifikasi dari hapeku mengalihkan perhatian. Kuraih benda pipih yang baru bisa dapatkan kembali setelah cukup lama bernegosiasi dengan bocah licik itu. Ia mau mengembalikan hapeku asal aku mau membelikannya sebuah kalung dengan liontin berbentuk mahkota. Yang benar saja!

Dengan keahlian negosiasiku yang mumpuni, aku akhirnya dikalahkan oleh bocah licik itu. Akhirnya, aku pun mengaku kalah dan membelikannya kalung itu.

Sebuah pesan dari Angkasa, dahiku mengernyit. Tumben sekali Angkasa mengirimiku pesan singkat. Biasanya ia langsung menelpon atau video call jika mama dan papa merindukan cucunya.

My Cold Wife (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang