Ost. Stephanie Poetri | I Love You 3000
*-*
Cinta yang tulus adalah cinta yang tak mengenal kata karena.
*-*
⭐⭐
Seperti yang sudah kujanjikan pada Angkasa, Minggu ini aku akan mengunjungi mama dan papa. Dua pahlawan terhebat yang aku punya. Mama yang selalu mensuport apapun yang aku lakukan. Dan papa yang tak pernah lelah mencari sesuap nasi untuk keluarganya.
Mempunyai keluarga yang utuh memang kebahagiaan tersendiri bagi seorang anak. Namun, rumah tangga yang utuh mungkin hanya akan menjadi harapan semu untukku. Perpisahan yang dulu aku idamkan, kini justru terasa sangat berat untuk kujalani.
“Gue mau ke rumah mama,” pamitku pada Bintang.
Bintang yang tengah fokus membaca koran dengan ditemani secangkir kopi dan sepiring gorengan menengok ke arahku yang telah berdiri di samping sofa. Ia menatapku dari ujung kaki hinggga ujung kepala membuatku merasa risih.
“Lo gak ngajak gue?” tanyanya mengajukan diri.
“Yaudah buruan,” finalku setelah berpikir cukup keras.
Yah, itung-itung kelihatan bahagia di depan mama. Tidak ingin mama berpikir macam-macam jika aku datang sendiri. Takut ia merasa bersalah jika ia tau putrinya dalam keadaan tidak baik-baik saja. Setidaknya topeng yang aku pasang di depan mama harus bagus. Senyum. Bahagia.
Bintang bangkit dari duduknya, dan langsung melangkah keluar.
“Heh, lo gak ganti baju?” cegahku ketika ia sudah hampir mencapai pintu.
Ia mengangkat sebelah alisnya seakan bertanya ‘kenapa dengan baju gue?’. Aku berdecak menghampirinya. Tidak bisa dibiarkan, bagaimana bisa aku membiarkannya ke rumah mama dengan memakai kaos oblong dan kolor macan tutul!
“Ganti dulu kolor lo, bego!” cetusku melirik bagian bawahnya.
Sadar dengan apa yang ia pakai, ia nyengir lantas menggaruk tengkuknya. “Wait,” katanya kemudian berlari menaiki tangga menuju kamar.
⭐⭐
Di rumah mama, aku merasa di nomor duakan. Lantaran mama yang justru asik ngobrol bersama Bintang. Setelah acara peluk-pelukan melepas rindu, mama hanya sebentar mewawancaraiku setelah itu ia sibuk mengobrol dengan menantunya.
Kurasa keputusan mengajak Bintang adalah keputusan yang salah. Sekarang justru aku yang diasingkan oleh orang tua sendiri. Papa yang hanya sibuk mendengarkan ocehan-ocehan mama dan Bintang. Papa memang tipe laki-laki yang kebanyakan diam. Tidak banyak omong seperti Bintang.
“Tapi Bulan keliatan gendutan loh sekarang,” celetuk mama sambil menatap tubuhku.
Aku mengangkat alis kemudian meraba tubuhku sendiri. Memang aku gendutan?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Wife (Completed)
RomanceBintang Wijaya Kesuma, seorang guru di salah satu SMA terfavorit di Jakarta. Otaknya yang pas-pasan membawanya menjadi guru sejarah yang lebih sering terpaku pada buku. Bintang bukanlah guru yang disiplin, tegas, apalagi rajin. Dia guru paling santu...