🌚 Honeymoon

1.3K 73 1
                                    

*_*
Jatuh cinta tidak hanya diawali dengan pandangan pertama belaka. Tetapi, rasa benci yang amat kentara pun mampu menumbuhkan rasa cinta.
*_*

⭐⭐

Pov. Bulan

Semua hal sudah dipersiapkan. Baju, celana, bahkan dalaman yang kugunakan juga sudah masuk ke dalam koper. Tentunya bukan aku yang menyiapkan semua ini. Pergi saja aku ogah-ogahan, apalagi menyiapkan semua keperluan honeymoon. Ibu mertuakulah yang sedari pagi sudah sibuk ke sana ke mari menata apa saja yang diperlukan. Sebut saja aku menantu laknat. Aku tidak peduli. Toh, bukan aku yang menginginkan pernikahan atau honeymoon ini terjadi.

Aku sampai terbangun pagi sekali karena kegaduhan yang dibuatnya. Belum lagi saat Bintang begitu keras mendengkur membuat gendang telingaku serasa pecah. Apa sih yang dia makan sebelum tidur? Toa masjid kah? Bisa-bisanya dia tetap tertidur nyenyak dengan suara dengkurannya yang sangat berisik. Rasanya ingin kusumpal mulutnya pakai bantal, biar nyaho! Astaga, dosa!

Sekamar bersama Bintang itu ujian paling berat buatku. Kalau bukan karena di rumah mertua, aku gak akan mau tidur seranjang dengan alien ini. Sudahnya ngorok, tangan dan kaki ke mana-mana. Sungguh, aku bingung dengan manusia satu ini. Tidak ada kalem-kalemnya jadi manusia. Bahkan saat tidur pun masih menyusahkan orang lain.

"Hati-hati, ya, Sayang," pesan ibu mertuaku pada Bintang sambil mengelus kepalanya.

Ayolah, drama apa ini. Aku saja yang seorang wanita tidak pernah diperlakukan seperti itu. Sad.

"Jagain Bulan, mami tunggu kabar baiknya, ya, Nak," lanjut ibu mertuaku setelah kami berpamitan.

"Ingat, jangan pakai kondom!" tambah ayah mertuaku tanpa rasa malu. Bisa-bisanya dia mengatakan hal se-vulgar itu dengan entengnya, aku yang mendengarnya saja merasa malu.

Bintang melirik sekilas ke arahku sebelum tersenyum devil.
"Ada yang gak bener nih," batinku.

Kubalas lirikannya dengan mata bulat penuhku. Menegaskan bahwa aku gak akan semudah itu kalah darinya.

"Mami tenang aja, Bintang bakal jagain es batu biar gak mencair." Aku menginjak kakinya setelah dia mengatakan itu.

Enak saja dia bilang aku es batu. Aku benar-benar kesal dengan makhluk jadi-jadian ini. Ya Tuhan, dosa apa aku di kehidupan sebelumnya sampai kau berikan karma semengerikan ini.

Dia mengaduh kesakitan sambil masuk ke mobil, mengikutiku yang lebih duluan masuk setelah menginjak kakinya.

"Jahat bener lo jadi istri. Gue kutuk jadi batu kayak maling kuda baru tau rasa lo," ocehnya setelah duduk di sampingku.

"Malin Kundang kali, bukan maling kuda!" Emang rada-rada ya manusia satu ini. Nonton tv dimana sih dia, bisa-bisanya malin kundang jadi maling kuda. Mentang-mentang bokapnya punya peternakan kuda.

"Ya serah gue dong! Mulut-mulut gue, seterah gue mau ngomong maling kuda kek, maling ayam kek, sampe maling sempak juga terserah gue!" Mulai kan ngegasnya. Memang manusia satu ini gak bakal ngalah kalo urusan debat.

Aku tak menggubris ocehan-ocehan yang keluar dari mulut Bintang. Kupasang earphone untuk melindungi telingaku dari polusi suara Bintang yang begitu nyaring mengalahkan suara Agnez Mo. Biarin. Lama-lama dia juga cape sendiri nyerocos mulu.

Mobil berjalan perlahan menuju bandara. Karena terlalu enak mendengarkan lagu kesukaan aku menguap merasakan kantuk. Kulirik sekilas Bintang yang tengah menikmati lagu dengan mata terpejam. Kentara sekali kalau dia tidak tidur. Kelopak matanya masih terlihat berkedut dengan kepala yang mengangguk-ngangguk menikmati lagunya.

My Cold Wife (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang