Ost. Tulus | Teman Hidup
*-*
Genggamlah tanganku, mari berjalan bersama. Kamu hebat untuk aku yang kuat.
*-*⭐⭐
Dinding beton yang menghantamku mulai rapuh. Perlahan hancur akan kenyataan yang sesungguhnya. Entah, senang atau haru aku harus bersikap, yang kutahu ada lubang besar yang kini telah tertutup di dalam hati. Tak terasa senyum tulus mengembang di wajah ayuku. Senyum yang telah hilang dari bibir ranum ini, kini kembali lagi. Kembali bersama dengan sebagian hatiku yang telah hilang.
Ketukan sepatu hak tinggiku terdengar begitu anggun menuruni tiap-tiap anak tangga. Senyum cerah tak terlepas dari wajahku yang tampak cantik dalam balutan riasan tipis. Di lantai bawah, semuanya telah menunggu. Menunggu pemeran utama dalam cerita ini untuk menjemput kebahagiaannya.
"Mama!" Bocah dengan tuxedo hitam turun dari gendongan opanya berlari begitu semangat untuk memelukku.
Kuamati wajah tampannya yang semakin bersinar malam ini. Merengkuhnya dalam pelukku, tak lupa untuk memberinya hujan ciuman seperti biasa.
"Ma, kita mau ke mana?" tanyanya setelah duduk anteng di dalam mobil.
"Pesta, Sayang."
Matanya nampak berbinar saat aku mengucap kata pesta. Bibirnya tersenyum simpul menatapku.
"Pesta? Ayo, Opa, lebih cepat menyetirnya. Bumi sudah tidak sabar bertemu banyak cewek cantik," ungkapnya begitu semangat.Aku menepuk jidatku, mengembuskan nafas kasar. Bagaimana bisa aku memiliki seorang anak seperti ini?
Papa menggelengkan kepalanya, beliau nampak mulai lelah menyadari sifat putraku yang kelewat ajaib. Sedangkan mama hanya tertawa kecil menanggapi cucunya yang kini sudah mulai menceritakan hal-hal ajaib yang ia temui bersama Angkasa.
Aku mulai menyesal membiarkannya bersama Angkasa beberapa hari ini. Sikapnya yang unik kini telah berkembang semakin ajaib. Gara-gara motivasi yang diberikan Angkasa, Bumi kini semakin semangat untuk menjadi seorang playboy. Bahkan ia berniat untuk mendirikan asosiasi keplayboyan. Vangke!
⭐⭐
Mobil berwarna silver berhenti di halaman sebuah rumah besar. Tak hanya satu, tapi banyak mobil-mobil mewah berjejer di halaman itu. Menandakan pesta ini bukanlah pesta biasa, melainkan pesta mewah rakyat kalangan menengah ke atas.
"Wuuaaa ... rumahnya besar sekali," ungkap Bumi yang nampak takjub melihat rumah mewah berlantai tiga ini.
Kugenggam tangan mungilnya, menuntunnya untuk masuk ke dalam. Sampai di depan pintu besar yang terlihat sangat kokoh langkahku terhenti. Kembali aku teringat saat pertama kalinya aku menginjakkan kaki di rumah ini. Saat pertama kali aku harus hidup bersama orang lain. Di sini, aku pernah menghabiskan beberapa malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Wife (Completed)
RomanceBintang Wijaya Kesuma, seorang guru di salah satu SMA terfavorit di Jakarta. Otaknya yang pas-pasan membawanya menjadi guru sejarah yang lebih sering terpaku pada buku. Bintang bukanlah guru yang disiplin, tegas, apalagi rajin. Dia guru paling santu...