⭐⭐
Pegal.
Itu yang dirasakan Bulan saat ini setelah hampir seharian dia berdiri menyambut para tamu yang panjangnya melebihi rel kereta api. Para tamu undangan yang kebanyakan adalah para sultan negeri ini. Para sahabat dan rekan-rekan kerja Wijaya dan Baskara. Sementara teman Bulan hanya teman kantornya yang datang, itu pun tidak semuanya hadir. Karena memang Bulan tidak memiliki banyak teman. Pribadinya yang tertutup dan dingin, membuatnya banyak dijauhi orang lain bahkan sebelum mengenalnya.
Berbeda dengan Bintang, banyak temannya yang menghadiri pesta pernikahannya yang diselenggarakan di salah satu hotel bintang lima termahal di Jakarta. Bahkan ada beberapa muridnya yang ikut memberikan selamat kepada bapak guru tercinta mereka.
"Selamat menempuh hidup baru, Pak. Dan selamat karena sudah ada lawan main, nggak main sabun terus."
"Cie ... Bapak udah kawin. Jangan lupa nanti malam live striming ya, Pak."
"Bapak ganteng udah gak jomblo lagi. Kesempatan saya buat jadi istri Bapak udah ilang. Huhu,"
Dan ada juga ucapan selamat dari teman-teman Bintang.
"Wah, selamat Bro. Udah sold out ae lo. Btw bini lo lumayan nih, kalau lo bosen bagi-bagi gue yak."
"Selamat ya Bin, akhirnya lo gak ngenes lagi."
"Kawin lo, Bro, buruan lah gass jangan lama-lama."
Dan masih banyak lagi ucapan-ucapan nyeleneh dari teman maupun murid Bintang. Semua ditanggapi malas oleh Bulan. Ternyata bukan hanya Bintang yang gila, teman bahkan muridnya pun ikut gila.
Sungguh, Bulan merasa tulang-tulangnya patah dan remuk. Dia segera menuju kamar pengantinnya untuk merebahkan tubuh lelahnya. Sedangkan Bintang, dia sedang menjamu rekan-rekan papinya yang belum pulang.
Sesampainya di kamar pengantin, Bulan dibuat terkejut dengan dekorasi yang begitu megah dan mewah. Dia memandangi seluruh sudut kamar yang didesain dengan begitu apik khas malam pertama. Taburan bunga mawar membentuk lambang cinta di ranjang mengalihkan perhatiannya.
Dia duduk di tepi ranjang dan menyentuh kelopak-kelopak mawar itu. Memandangnya dengan jijik. Dia benci tentang mawar, bukan tentang bunganya tapi tentang kenangannya.
⭐⭐
Sinar mentari menyambut pagi yang cerah ini. Seorang laki-laki tengah bergulat dengan mimpinya di sebuah sofa di lobby hotel. Dia tidur begitu nyenyak serasa berada di tempat tidur mewahnya. Berguling kesana kemari hingga ...
Brukkhh!!
Wajah tampannya mencium lekat lantai lobby. Oh, wajah tampannya sudah hilang sekarang. Tergantikan dengan memar di pipi dan jidatnya.
"Bang Bin ngapain pagi-pagi nyiumin lantai? Gak dapet jatah dari es batu? Hahah!"
Suara tawa Angkasa menggema di lobby membuat Bintang bangkit dari posisi tengkurapnya. Diusapnya pipi dan dahi serta bibirnya yang sedikit sobek lantaran terjatuh dari sofa. Dia menatap tajam adik iparnya itu. Bukannya nyari muka dengan bantuin kakak ipar barunya, ini malah nyari perkara.
"Sialan lo, Monyet. Sini gue tampol pala lo!" ucapnya berlari ke arah Angkasa yang telah mengambil langkah seribu.
"Kaburrr!! Ada gorila ngamuk!" teriaknya sambil berlari di sepanjang lorong hotel.
Bintang membiarkan monyet kecil itu kabur, tapi lihat saja pembalasan darinya nanti. Dia menaiki lift untuk kembali ke kamarnya. Dia ingin melihat apakah Bulan sudah bangun atau belum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Wife (Completed)
RomanceBintang Wijaya Kesuma, seorang guru di salah satu SMA terfavorit di Jakarta. Otaknya yang pas-pasan membawanya menjadi guru sejarah yang lebih sering terpaku pada buku. Bintang bukanlah guru yang disiplin, tegas, apalagi rajin. Dia guru paling santu...