14. Satu kelompok bersama Nando.

4.1K 465 16
                                    

Selly celingak-celinguk di ambang pintu kamar Monica, dia sedang mencari liontin yang di maksud oleh buku yang selalu Selly baca. Sudah setengah jam Selly berkutat dengan lemari, laci serta tas-tas punya Monica, namun liontin itu belum juga dia dapatkan.

Selly berpikir kalau liontin itu hilang atau dibawa oleh Monica ke luar kota. Selly keluar dari kamar Monica sambil mengendap-endap seperti maling. Saat Selly ingin melakukan langkahnya tiba-tiba....

“Lo ngapain di kamar Tante Monic?” tanya Fita mengagetkan Selly.

Tampak Selly yang sedang gugup sambil berpikir alasan apa dirinya masuk ke dalam kamar Mamahnya. “Ouh itu kak, aku lagi nyari sepatu aku waktu kecil. Siapa tau ada di kamar Mamah, tapi udah aku cek, ternyata nggak ada.”

Fita menaikan satu alisnya bingung. “Kenapa nggak cari aja di gudang, siapa tau disana lo nemu sepatunya,” usul Fita yang diangguki Selly.

Setelah itu Selly berpura-pura berjalan ke arah gudang. Ia menyipitkan matanya melihat gerak-gerik Fita yang masuk ke dalam kamarnya. Dengan segera Selly keluar dari gudang dan berlari menuju kamarnya.

Saat sudah di kamar, Selly dapat melihat yang berdiri di ambang jendela. Kebiasaan Mawar sekarang adalah memperhatikan Selly dari jauh, Selly memutar bola matanya malas. Padahal dia ingin hidup tenang sama seperti gadis yang lainnya. Tetapi takdir malah menyuruhnya untuk memecahkan misteri yang Selly tidak tahu sama sekali apa maksudnya.

“Liontinnya mana?” tanya Mawar melayang dan duduk di sebelah Selly yang sedang membaca buku diary nya.

Lantas Selly melirik ke arah Mawar sambil menggelengkan kepalanya. “Kayaknya nggak ada di kamar Mamah deh, soalnya aku cari-cari tetap nggak ada.”

Mawar tersenyum kecil. Rupanya Selly mudah sekali menyerah, padahal ia baru sekali mencari liontin itu. Jam telah menunjukan pukul 20:44 malam. Tanpa berpamitan kepada Selly. Mawar melayang keluar kamar Selly menembus dinding.

Menyadari Mawar sudah tidak ada, lantas Selly membaringkan tubuhnya untuk beristirahat.

***

Pagi hari yang cerah. Selly dan Fita sudah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolahnya, Selly menatap pakaian Fita yang terlihat sangat sexy. Ia pun menggelengkan kepalanya sambil berkata. “Kak Fita, kenapa pakai rok kecil sih. Emang nggak punya yah yang agak gedean dikit?”

Fita menyipitkan matanya melirik Selly tajam. “Emang apa masalahnya sama lo, ehh ya. Gue kayak gini biar dilirik sama cowok, bosen hidup gue jomblo mulu.”

Selly yang mendengarkan ucapan kakak sepupunya pun melotot. Jadi Fita memakai rok di atas lutut hanya untuk laki-laki dapat meliriknya, Fita tidak tahu apa yang Fita pikirkan sehingga kepikiran ingin mengganti penampilannya seperti itu.

“Tobat kak, nggak semua laki-laki yang mandang sexi nggak nya. Dan lelaki sejati mana mungkin lihat perempuan dari luarnya, dengerin ya kak. Kita tuh sebagai cewek harus punya kemahalan dong, bosen kali cewek murah terus, ini kakak juga termasuk—”

Belum sempat Selly menyelesaikan pembicaraannya. Tiba-tiba tangan Fita sudah membekap mulutnya agar tidak mengomelinya. “Murahan, dih amit-amit gue dibilang murahan. Udah tunggu sini, gue ganti baju dulu.”

Selly mengangguk sambil menaikan jempolnya. Kemudian Fita melepaskan bekapannya dan berlari menuju kamarnya untuk mengganti baju, selang beberapa menit Fita kembali dengan pakaian yang sama seperti Selly pakai.

Lorong Kematian [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang