12. Anak baru.

4.2K 500 15
                                    

Di dalam kelas banyak orang yang berbincang-bincang mengenai anak baru yang akan pindah ke sekolah Gardenia, gosip ini sudah lima hari Selly dengar. Namun nyatanya anak baru itu belum juga muncul sampai saat ini.

Kania dan Hanan sudah sembuh sejak empat hari yang lalu, jadi mereka bisa bersekolah kembali. Hanan mendekati Selly sambil menepuk pundaknya.
"Hay cewek," panggil Hanan lebai.

Zidan memutar bola matanya malas. Kenapa Hanan selalu saja membuatnya kesal, entah kenapa kalau Selly berdekatan dengan orang lain selain dirinya. Dia selalu kesal tiba-tiba.

"Sell, lo tau nggak apa bedanya lo sama rumah sakit?"

"Kalau aku manusia, kalau rumah sakit itu bangunan," jawab Selly ngasal.

Hanan menggeleng. "Salah!"

Kania yang duduk di sebelah Selly menjawab. "Kalau rumah sakit tempat orang yang sakit. Kalau kamu tempatnya orang setres."

Hal itu sontak saja membuat Selly tertawa. "Dari kapan kamu pinter gini kan ha-ha-ha," Puji Selly menepuk pundak Kania.

Zidan pun ikut tertawa mendengarkan jawaban Kania yang membuat Hanan cengo tanpa komentar apapun lagi. Hanan berkacak pinggang tidak terima, apa-apaan Kania ini dengan entengnya menyebut Hanan setres.

"Setres-setres gini gue manusia!"

"Yehhh, siapa bilang lo setan!" teriak Kania membuat semua para siswa-siswi yang berada di kelasnya terdiam.

Tiba-tiba dari ujung lemari Selly dapat melihat Mawar yang mengepalkan tangannya, entah kenapa Selly jadi ikut keringatan panas dingin. Seketika suara para siswa-siswi riwuh di halaman sekolah, dan saat itulah Mawar pergi entah kemana.

"WOI ANAK BARU WOI!" teriak siswi-siswi centil dari kelas Selly.

Ternyata suara riwuh itu dari teman-temannya yang menyambut anak baru itu, namun yang membuat Selly terpesona. Laki-laki itu sangat tampan dan juga gagah, biasanya Selly tidak mudah terpesona oleh siapapun. Tapi kali ini dia termakan dengan pesona anak baru yang sangat tampan.

Anak baru itu berjalan memasuki kelasnya bersama Bu Hilda. Dia menatap para siswa-siswi dengan tatapan datar. Bu Hilda tersenyum kepada muridnya.

"Baik anak-anak, kita kedatangan teman baru, mari perkenalkan namamu?"

"Nama gue Fernando Faxles. Panggil aja gue Nando. Gue pindahan dari Jogja," singkatnya datar.

Bu Hilda tersenyum. "Baik Nando. Kamu boleh duduk di belakang Selly dan kania."

Nando berjalan ke arah bangku belakang dekat Selly. Tatapannya yang tajam bertemu dengan tatapan Selly yang teduh. Mereka saling tatap sesaat.

"Ngapain lo lihatin gue," ketus Nando menyilangkan kedua tangannya.

Selly tersentak kaget karena Nando sudah berada di hadapannya. "Awmm euhhh, ehhh kok kamu disini?" tanya Selly gelagapan.

Nando duduk di bangkunya. Dia tak menjawab pertanyaan Selly yang menurutnya tidak penting, Zidan yang melihat Nando mencueki Selly ingin sekali dirinya menonjok Nando, tapi dia tahan.

Pelajaran pun dimulai dengan keadaan hening. Nando melirik Selly yang menahan kantuk, dia membola matanya malas. "Kalau mau tidur di rumah aja."

Suara itu membuat Selly terbangun tegap, dia meneguk salivanya kasar, kemudian dia celingak-celinguk siapa orang yang Nando maksud. Namun sesaat dia teringat kalau dirinya yang mengantuk.

"Ekhemm!" Deheman Kania keras.

"Kayaknya dia nyindir lo deh Sell," bisik Kania di telinga Selly.

Selly tidak menjawab ucapan Kania, dia sekarang lebih fokus kepada pelajaran yang sedang dia pelajari. Selang beberapa menit bel pun telah berbunyi menandakan jam istirahat telah berlangsung. Selly mengajak teman-temannya agar ke kantin.

Lorong Kematian [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang