29. Terpecahkan

3.4K 399 5
                                    

Baru saja Selly pulang dari sekolahnya. Ternyata Monica sudah menunggunya di rumah. Terlihat Monica yang sedang memilih-milih baju untuk diberikan kepada anaknya. Namun Selly tidak memperdulikan itu semua, ia langsung masuk ke dalam kamarnya tanpa sepengetahuan Monica.

“Aku pengen banget pulang ke rumah kak Zidan, tapi kapan ya?” Selly mengetuk-ngetuk dagunya berpikir.

Kemudian ia merebahkan tubuhnya di ranjang, menatap langit-langit yang dihiasi bunga-bunga buatannya sendiri. Karena bosan ia segera membersihkan diri dan menelpon kedua temannya untuk bermain.

Saat Selly menuruni tangga. Sudut matanya menatap Monica yang tengah mempermainkan liontin yang biasa Selly temui. Awalnya ia ingin berpamitan kepada Monica terlebih dahulu, namun baru saja melangkah tiba-tiba Zidan menelponnya agar segera keluar dari rumah.

Selly berjalan menuju keluar rumah. “Cepet banget datangnya. Biasanya juga lama?” tanya Selly kepada Zidan dan Hanan.

“Kita kan gercep, iya nggak?” Hanan menoleh ke arah Zidan. Lalu ia mengangguk mengiyakan.

Selly menghela napas panjang. “Ya udah ayo, kita berangkat.”

Selly mengangguk dan masuk ke dalam mobil Zidan. Saat diperjalanan hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka. Hanan terus saja melamun memikirkan Kania. Biasanya kalau mereka bermain seperti ini, Kania ada di sebelahnya. Tapi sekarang  Kania tidak lagi berada di sebelahnya.

Zidan yang sedang menyetir pun menoleh kepadanya. “Han, lo kenapa sih ngelamun terus. Awas kesambet loh.”

Zidan menoleh sekilas. Namun sedetik kemudian ia memfokuskan pandangannya ke depan seperti semula. “Gue nggak tau kenapa. Ya pasti gue ke inget Kania. 'Kan biasanya yang selalu ramein dia, tapi sekarang—”

Hanan tidak melanjutkan ucapannya. Ia tidak kuasa menceritakan kebersamaannya saat itu. Zidan menepuk-nepuk pundak Hanan pelan.

“Kita akan segera hancurin lorong itu, lo nggak usah khawatir. Selly pasti bantu arwah-arwah disana agar bebas seperti semula. Dan Selly pun pasti bisa menemukan solusinya,” ucap Zidan menengok ke arah Selly yang menganggukkan kepalanya.

Hanan menoleh kebelakang yang dimana tempat duduk Selly berada. “Gue yakin sama lo Sell, tolong bantuin Kania, dan keluarga lo. Mereka semua terjebak oleh keadaan.”

Selly mengangguk. “Aku akan coba. Selagi aku bisa, kamu do'ain aja biar kita tahu siapa dalang dibalik ini semua.”

Lama mereka berbincang, sehingga tidak sadar kalau arah yang dituju sudah sampai. Selly, Hanan dan Zidan turun dari mobilnya. Mereka bermain ke taman yang terdapat berbagai permainan. Selly hanya bisa tersenyum kecil, walaupun sahabatnya adalah laki-laki. Namun persahabatan mereka selalu utuh sampai takdir memisahkannya.

Andai Kania masih ada. Pasti semuanya akan terasa lengkap.

*****

Malam pun sudah tiba. Kebiasaan Selly ketika tidur, ia selalu ingin terkencing malam. Padahal Cleo sudah memberitahukannya agar kencing terlebih dahulu sebelum tidur. Tetapi Selly tidak mematuhi omongannya itu karena malas.

Selly berjalan menuruni tangga dan meminum air mineral di dapur. “Kebiasaan deh, kalau malam begini suka banyak suara aneh,” gumam Selly beranjak dari sana.

Lalu ia berjalan menuju kamarnya kembali, namun saat berjalan. Tiba-tiba ia melihat Monica keluar dari kamarnya lalu ia membukakan pintu rumah. Selly yang berada di sana pun penasaran, dengan sengaja ia mengikuti Monica hingga dia ikut keluar rumah.

Lorong Kematian [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang