Kicauan burung mulai terdengar di telinga Selly. Sayup-sayup ia mendengar Fita yang mengguncang-guncangkan lengannya. Selly membuka matanya perlahan, dan terlihatlah Fita yang sedang menatapnya dengan mata sembap.
Selly yang kaget pun menangkap wajahnya. "Kak Fita, kakak kenapa? Habis nangis?"
Fita menggelengkan kepalanya. Lalu ia memakai selimutnya karena dingin. "Semaleman gue nggak bisa tidur. Makanya sekarang kayak gini, ahhh nyusahin aja kan?!"
Selly menempelkan telapak tangannya di kening Fita. Setelah dirasakan, ternyata Fita masuk angin. Mungkin karena tidak tidur semaleman. "Kakak tunggu disini. Aku bawain kayu putih dulu di tas kak Zidan."
Fita mengangguk lemah. Setelah itu Selly keluar dari tenda dan langsung menghampiri tenda kakaknya. Terlihat mereka sudah bangun tidur di dalam sana. Selly pun membuka tenda itu.
"Kak. Aku pinjem kayu putih buat kak Fita. Dia masuk angin karena semalaman nggak bisa tidur," ucap Selly membuka tas Zidan.
"Kok Fita sama kayak gue ya, gue juga semalam nggak bisa tidur. Rasanya kayak ada yang narik-narik selimut gue gituh," ucap Hanan celingak-celingukkan.
Zidan yang tau akan hal itu hanya diam tidak berkomentar. Sebenarnya Zidan sudah berbicara kepada arwah disana agar tidak mengganggunya. Namun mereka tetap tidak mendengarkan omongan Zidan dan malah mengganggu teman-temannya.
Selly menghiraukan ucapan Hanan. Dengan segera ia memberikan kayu putih itu ke Fita. Hanan, Nando, dan Zidan mengikutinya dari belakang dan melihat kondisi Fita yang menghawatirkan.
"Kalau Fita sakit. Terus kita mau kesananya gimana, masa iya kita terus-terusan diem disini." Hanan memainkan ranting pohon yang berada di sebelahnya.
Nando mengangguk mengiyakan. "Kalau kita disini terus, makin lama juga kita hancurin tuh lorong. Dan mungkin korbannya juga makin banyak."
Selly melirik ke arah Zidan meminta pertolongan agar Zidan memberikan solusi untuk mereka. Fita menghela nafas panjang. "Berangkat sekarang aja. Gue kuat kok," ucap Fita diiringi dengan senyuman.
"Tapi kak Fita kan masih sakit." Terlihat Selly sangat khawatir dengan keadaan Fita yang sekarang. Apalagi cuaca di hutan sedang tidak baik-baik saja.
Fita menggelengkan kepalanya dan berusaha menguatkan tubuhnya. "Gue bisa kok. Tenang aja, gue kan kuat. Nggak lemah hahaha...."
Selly menghela nafas pasrah. "Ya udah, sebelum kita kesana, mending kita sarapan dulu. Biar aku sama Nando yang nyari kayu bakarnya."
Selly menarik tangan Nando untuk mencari kayu bakar. Sedangkan Hanan dan Zidan menyiapkan bahan-bahan masakan. Fita yang tidak bisa apa-apa, hanya bisa beristirahat di dalam tenda.
Selang beberapa menit. Selly dan Nando sudah kembali dengan kayu bakar yang berada di genggaman tangannya. Lalu mereka menaruh kayu bakar itu di tengah-tengah tenda.
"Masak yang ringan aja. Ya," ucap Selly melirik ke arah teman-temannya meminta persetujuan.
Mereka mengangguk mengiyakan. Lagi pula mereka hanya membawa mie instan, sayuran dan beras sedikit. Mereka memasak bersama-sama. Diantara mereka berempat hanya Fita seorang yang tidak membantunya memasak, karena badan Fita masih tidak sehat.
Selesai sarapan, mereka membongkar tendanya untuk melanjutkan perjalanan. Fita memakai jaket yang diberikan oleh Zidan. Cukup hangat sehingga Fita tidak menggigil seperti tadi.
"Jalannya kemana nih?" tanya Hanan kepada Nando yang sedang memegangi peta.
"Kalau di peta ini menunjukkan ke arah barat. Tapi terdapat lautan disana. Mungkin kita bakalan pakai perahu untuk menyebrang. Tapi lo yakin di sana ada perahu?" tanya Nando kepada teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lorong Kematian [TERBIT]
Terror[FOLLOW TERLEBIH DAHULU!] Sekolah SMA GARDENIA. terkenal dengan sekolah angker, karena terdapat lorong yang panjang di ujung toilet perempuan, sekolah yang dulunya ramai dengan siswa-siswi, sekarang lenyap bagaikan sekolah tak berpenghuni. Banyak or...