27. Hembusan napas terakhir.

3.3K 394 12
                                    

Angin kencang mulai berdatangan dari sudut lorong. Napas mereka semakin memburu, Selly memejamkan matanya untuk tidak tergoda dengan mantra yang wanita berjubah hitam itu bacakan. Zidan mencekal lengan Selly agar masuk ke dalam gudang, karena waktu mereka sedikit lagi akan habis.

“Udah jam dua belas kurang lima belas menit, ayo selamatin Kania. Waktu kita nggak banyak lagi,” ucap Zidan menatap mata Selly dalam-dalam.

Lampu yang tadinya mati sekarang menyala, namun cahayanya masih redup. Sedetik kemudian munculah Aruna dan Mawar. Dari arah lorong, Selly dan Zidan tiba-tiba mematung di tempat. Begitupun dengan Hanan dan Nando yang kaget melihat arwah-arwah berdatangan dimana-mana.

“Bunda!” panggil Selly mencoba memeluk Aruna, namun tangannya menembus begitu saja. Dengan segera Zidan menarik tangannya kembali ketempat Selly berdiri. Lalu ia pun berkata. “Lo nggak bisa meluk Bunda. Itu cuma arwah Bunda, bukan raga yang bisa lo genggam.”

Selly mengangguk. Ia lupa kalau bundanya itu sudah meninggal. “Kenapa Mawar bawa Bunda kesini?”

Aruna melayang ke arah Selly. Lalu ia tersenyum ke arahnya. Pandangannya kini beralih kepada Mawar yang sedang anteng memainkan bunga mawar kesukaannya.

Selly menghela napas panjang. “Bunda, Mawar. Kenapa kalian kesini, memangnya kalian tidak berkumpul dengan arwah-arwah yang lain?”

Aruna dan Mawar menggelengkan kepalanya. Dan itu artinya mereka tidak mengikuti arwah-arwah disana. Mawar mendekati Aruna dan Selly. “Kita ingin menghancurkan lorong kematian ini, kalau lorong ini diperpanjang. Maka nyawa Siswa-Siswi di sekolah Gardenia akan bertambah.”

Zidan termenung. Namun tatapannya masih setia kepada bundanya yang selama ini tidak ia lihat. Aruna memegangi tangan Selly. Namun sayangnya tangan Selly tidak bisa di genggam sama sekali.

“Bunda sayang kalian. Dan Bunda tidak ingin kalian menjadi korban seperti orang-orang yang mati sia-sia di lorong ini. Bunda percaya sama kamu Sell, karena kamu keturunan ketujuh belas,” ucap Aruna sambil melihat ke arah jendela gudang yang tampak gelap gulita.

“Tapi kenapa harus aku?” tanya Selly kebingungan. Kenapa semua misteri harus dipecahkan oleh Selly.

Aruna menatap Selly dalam-dalam. “karena kamu istimewa. Dan yang membuat pesugihan ini bukan orang sembarangan. Dia sayang sama kamu, tapi Bunda tidak tahu dia siapa.”

Nando dan Hanan hanya diam memperhatikan mereka. Sayup-sayup mereka mendengar jeritan Kania semakin terdengar nyaring. Seketika mereka semua panik ingin melakukan apa.

“Kalian masuk gudang, dan tangkap wanita misterius itu,” ucap Mawar menatap tajam ke arah Selly beserta teman-temannya. “Namun sebelum itu kalian harus hati-hati. Karena dia sangat cerdik dalam hal ini.” Lanjutnya.

Selly memejamkan matanya. Apakah dia yakin ingin masuk ke dalam gudang yang sunyi itu. Angin kencang yang tadinya biasa saja, kini bergemuruh. Zidan menarik tangan Selly untuk masuk ke dalam gudang tersebut.

Nando dan Hanan hanya mengikutinya dari belakang. Mereka mengendap-endap masuk ke dalam gudang itu. Zidan dapat melihat wanita berjubah hitam itu tidak sendirian. Namun ada dua orang yang sama dengannya, tetapi anehnya mereka tidak bergerak sama sekali. Persis bagaikan patung.

Bau amis darah mulai menyeruak masuk ke dalam penciuman Selly dan teman-temannya. Dari kejauhan terlihat Kania yang sedang meronta-ronta ingin dilepaskan dari ikatan itu.

Wanita berjubah hitam itu mengelilingi ranjang yang sedang di tiduri oleh Kania. Kemudian ia tertawa keras, namun suaranya sangat menyeramkan. Ia mencekal lengan Kania keras.

“Kau akan mati. Ucapkan kata terakhirmu gadis manis,” ucap Wanita misterius itu menatap Kania horor.

Kania menggelengkan kepalanya. “Jangan bunuh gue, dasar iblis. Dengan bunuh gue, emang lo untung?!”

Lorong Kematian [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang