07. Gagal Dijadikan Tumbal.

4.6K 566 19
                                    

~Jangan sesekali kita berbicara dengan sembarangan, karena setiap perkataan akan menjadi do'a untuk hari yang akan mendatang.~

---- Claudya Selly Monica ----

***

Selly mengerjap-ngerjapkan matanya. Dia baru saja tersadar dari pingsannya, samar-samar dia mendengar percakapan teman-temannya. Selly bangun dari tempat tidur dengan perlahan, namun lehernya sangat terasa sakit akibat cekikan Fita tadi siang.

“Sayang, kamu sudah sadar,” Monica menghampiri putrinya dan mengusap rambut Selly sayang.

“Mah, kok aku udah ada di rumah, perasaan tadi aku masih di sekolah,” Selly menatap Monica sambil menaikan satu alisnya bingung.

“Jadi tadi kamu pingsan, teman-teman kamu yang bawa ke rumah, Zidan teman kamu sudah menceritakan tentang ini—”

“Kak Fita nggak kenapa-kenapa 'kan Mah?”

Monica tersenyum. “Fita nggak kenapa-kenapa, tapi ... Fita tadi susah banget mau makan. Nggak tau juga dia ngelamun terus.”

Ucapan Monica membuat Selly tercengang. “Mah, aku mau ketemu sama kak Fita boleh?”

Monica mengangguk dan membantu Selly untuk keluar dari kamar, Selly dan Monica menuruni tangga untuk bergabung di ruang tamu. Selly dapat melihat Fita yang sangat kacau, mungkin dia masih kaget dengan yang mereka alami sekarang.

Kania menghampiri Selly dan mengecek tubuhnya. “Sell, ada yang sakit nggak? Kalau ada sini gue pijitin. Huaaa gue kaget lo pingsan dadakan kayak tahu bulat—”

Mulut Kania disumpal menggunakan kertas yang Hanan genggam. Kania mencubit perut Hanan agar segera melepaskan mulutnya yang dibekap.

“Kampret lo. Lagi enak-enak nanyain malah disumpal,” ketus Kania mengerucutkan bibirnya kesal.

Hanan menatap Kania jengah. “Lo banyak bacot!”

“Hak gue dong.”

“Tapi berisik, suara lo kayak kaleng rombeng.”

Kania melotot. Apa yang dikatakan Hanan sangat menyinggung perasaannya. “Heh tetek bengek, suara lo juga nggak kalah sama kaleng rombeng.”

“Nggak lah kan gue se—”

Zidan yang sedari tadi hanya diam, dia pun ikut berbicara. “Udah berisik, emang lo kira ini tempat main tebak-tebakan apa,” Zidan membekap mulut Hanan agar tidak nyerocos mulu.

Kania menaikan jempolnya ke atas. “Nah dari tadi kek, bantuin gue nya, kalo gini 'kan enak.”

Hanan menggerutu kesal, kenapa juga Zidan harus ikut-ikutan berbicara. Padahal sudah bagus dia diam dan menyaksikannya saja dengan tenang  Selly menghela nafas panjang, kenapa teman-temannya itu susah sekali untuk diam.

“Ekhem,” Deheman Cleo membuat mereka diam dengan sedetik.

“Sebenarnya kalian kesini untuk menengok Selly atau mau calpres sih?” tanya Cleo menatap teman-teman Selly selidik.

Mereka terlihat salah tingkah. Zidan yang sudah kehabisan kata-kata, dengan segera dia berpamitan untuk pulang. Diikuti Hanan dan juga Kania di belakangnya.

Saat malam pun tiba, Fita masih saja melamun tentang kejadian dimana dia di masuki oleh roh dari penghuni lorong itu. Tanpa sepengetahuan Selly, Fita berjalan keluar kamar melompat dari jendela.

Angin bertiup sangat kencang. Jam menandakan pukul 10:00 malam, dikamar Selly dia tengah sibuk membaca buku yang akhir-akhir ini Selly sukai. Ya, buku itu yang tak lain adalah buku milik Monica yang tak sengaja jatuh saat ingin pergi keluar kota.

Lorong Kematian [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang