Selly sekarang berada di cafe, dia terus saja melamun memikirkan seseorang yang menerornya kemarin malam, dari kejauhan Zidan bersama teman-temannya bingung karena Selly tidak biasanya menyendiri. Apalagi sekarang Selly suka menyembunyikan sesuatu kepada teman-temannya membuat mereka tambah bingung dengan diri Selly
Tanpa pikir panjang mereka menghampiri Selly dan bertanya. “Sell, lo kenapa sih. Dari tadi gue lihatin ngelamun mulu?”
Hanan duduk di sebelah Selly sambil mengangkat kakinya, Zidan mencoba membaca pikiran Selly namun nihil, kekuatan Selly lebih kuat dari yang Zidan miliki, sehingga dia tak dapat membaca pikiran Selly.
“Kekuatan yang Selly miliki lebih kuat dari gue, sebenarnya siapa Selly?” tanya dirinya sendiri dalam hati.
Tanpa pikir panjang Selly menaruh kertas yang bercak darah itu ke atas meja, agar teman-temannya tidak menanyakan kenapa Selly terus melamun.
Kania mengernyit. Apa maksudnya Selly menaruh kertas lusuh itu di hadapan mereka? Dengan sangat penasaran, Kania menyambar kertas tersebut dan membacanya keras, agar Zidan dan Hanan dapat mendengarnya.
“Indah tapi berduri, keluarga yang tersiksa tak kembali. Matahari terkalahkan dengan bulan purnama, sinarnya hilang tergantikan dengan kegelapan, indah namun menyeramkan, sunyi bagaikan kuburan. Darah yang kian berhenti, tajam duri yang mengisi hari demi hari. Panjangnya kegelapan. Singgahlah permata hitam. Hidupkan kami kembali... Kau akan menemukan namaku di lorong kematian!” Kania membacakan surat yang di pegangnya dengan suara lumayan keras.
Zidan mencerna setiap kata-kata yang Kania lontarkan. Sedangkan Hanan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, antara bingung dan tidak tahu apa-apa.
Selly menaikan satu alisnya. “Gimana? Aku mikirin itu dari semalem, tapi belum ketemu juga apa jawabannya.”
Keadaan begitu hening. “Gue tahu!” seru Zidan bersemangat.
“Apa?”
“Kalian dengerkan kata-kata terakhir dari surat itu?” tanya Zidan yang di angguki oleh teman-temannya.
Hanan mencoba berpikir. “Bentar. Apa kata-kata terakhir? Jadi kita harus tahu nama yang kasih ini surat di lorong kematian itu?” tanya Hanan masih bingung apa yang diinginkan Si pengirim surat itu.
Selly mengangguk. “Aku baru inget, kalian inget nggak waktu ada korban di lorong itu?” tanyanya menatap para teman-temannya serius.
“Iya inget!” Serempak.
“Jadi kemaren aku lihat wanita yang selalu ganggu aku, dia minta bantuan sama aku. Tapi aku nggak tau dia mau aku bantuin apa, yang jelas dia minta bantuan aja. Dan mungkin dia mau kasih tau namanya hanya di lorong itu aja,” jelas Selly yang membuat para sahabatnya mematung.
Jadi benar apa yang Zidan pikirkan, Selly bukanlah gadis biasa, Selly adalah orang yang terpilih untuk membantu para ruh di lorong kematian. Namun yang mengganjal dihati Zidan, kenapa harus Selly orangnya?
“Indah tapi berduri? Temukan jawabannya di lorong kematian,” ucap Kania mengulang kata-kata dari surat yang diterima Selly.
“Gue penasaran. Mending kita cari tahu di lorong itu yuk, udah lama juga gue nggak kesana. Terakhir gue lewat kesana cuma nganterin sapu ke Pak Johan,” Hanan memikirkan terakhir kalinya dia melewati lorong sekolahan.
Mereka semua mengangguk. Selly juga penasaran, siapa yang ingin Selly bantu dan siapa sosok wanita yang biasa Selly jumpai itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lorong Kematian [TERBIT]
Ужасы[FOLLOW TERLEBIH DAHULU!] Sekolah SMA GARDENIA. terkenal dengan sekolah angker, karena terdapat lorong yang panjang di ujung toilet perempuan, sekolah yang dulunya ramai dengan siswa-siswi, sekarang lenyap bagaikan sekolah tak berpenghuni. Banyak or...