EXTRA PART

2K 133 16
                                    

Kau hadir dalam mimpiku, membuka bayang-bayang masa lalu yang terbelenggu rasa rindu.

Adakah kata yang terucap manis? Adakah untaian berderet tipis?
Rinduku kala itu, saat pertama kita bertemu ...

Janji manismu terukir indah dalam lamunan. Tapi tak ayal setiamu hanya sebuah permainan ...

Ada kalanya aku menyesal, ketika takdir tidak sejalan. Namun setiap waktu yang ku tempuh memiliki ruang untukku tumbuh.

Layaknya hidup seperti pohon, terus bertumbuh walau ribuan badai datang bergemuruh. Angin dan hujan berdatangan untuk menghadang, namun tetap tegar dalam tegangan.

Ragaku terlihat masih berdiri, tapi hatiku terasa mati bak bunga mawar tanpa duri ...

Tak seindah masa depan, bayang-bayang yang telah lama di harapkan, Kini hanya tinggal ... sebatas kenangan.

Fernando Faxles.

Bandung, 19 April 2023.

_______________________


Laki-laki yang duduk di kursi roda saat ini tersenyum tipis ketika selesai menuliskan untaian puisi di dalam note books miliknya.

Di sebuah taman belakang rumah. Laki-laki itu teramat menikmati semilir angin malam yang menerpa tubuhnya, anginnya cukup kencang hingga membuat tubuhnya tiba-tiba menggigil, kedinginan.

Pluk.

Kehangatan ia rasakan kala seseorang memberikan selimut dari belakang. "Kebiasaan deh, kamu. Kalau udah sendirian malam-malam gini di luar, pasti nggak pake jaket."

"Selly, kapan kesini?" tanya Nando tersenyum hangat kala melihat Selly masih setia memperhatikannya.

"Barusan," jawab Selly singkat.

Gadis itu berjalan mendekati kursi roda yang di duduki oleh Nando, bersandar di bahu laki-laki itu seraya menatap langit malam yang tampak cerah oleh kerlap-kerlip bintang serta bulan yang menemaninya.

"Langitnya indah ya?" tanya Selly menatap Nando sesaat.

"Kayak kamu," ucap Nando membuat Selly tersipu malu.

Gadis itu menutup wajahnya salah tingkah. "Dih, gombal."

Nando terkekeh gemas. "Bukan gombal, Sell. Tapi itulah kenyataannya."

Refleks Selly mencubit perut Nando membuat lelaki itu memekik kesakitan. "Aww ... sakit Sell!"

"Aaa maaf-maaf ... lagian kamu sih, gombal malem-malem gini. Jadi kesel 'kan!"

Nando mengacak rambut Selly gemas. "Maaf, Sell."

Selly menganggukkan kepalanya pelan, kembali bersandar di bahu lelaki itu layaknya sepasang kekasih yang sedang bermesraan. Namun nyatanya tidak.

Keduanya sepakat untuk tidak menjalin hubungan lebih dari sebuah ikatan persahabatan. Awalnya Selly menolak karena ia sudah mempunyai perasaan lebih kepada Nando. Akan tetapi lelaki itu menolak dengan cara yang halus.

Nando berjanji akan menikahi Selly setelah lulus sekolah SMA. Namun nyatanya takdir berkehendak lain, sehingga dirinya jatuh sakit saat penghancuran lorong kematian tahun lalu, yang mengakibatkan kakinya lumpuh akibat tertimpa pohon besar.

Seiring berjalannya waktu tidak ada perkembangan apapun, selain isyarat do'a yang mampu menghadirkan sebuah kebahagiaan dalam dirinya.

Mengingat janjinya dahulu Nando tersenyum miris. "Kamu nggak cape nunggu aku yang kayak gini-gini aja, Sell?"

Lorong Kematian [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang