--- 2 Minggu kemudian---
"Ayah, semua sudah siap, sekarang kita berangkat ya." Ucap Yoon Gi mendorong sang Ayah dikursi roda.
"Ayah rindu Ara." Ucapnya pelan.
"Sekarang kita akan bertemu dengan Ara, Ayah tidak boleh terlihat sedih ya, nanti Ara ikutan sedih." Ucap Jin Hwan Memegang lengan sang Ayah yang dibalas dengan anggukan kecil.
Setibanya mereka di rumah sakit mereka bertemu dengan Renjun di Loby.
"Selamat pagi Paman." Sapa Renjun.
"Pagi Renjun, kamu masih bertugas?" Tanyanya.
"Iya, sebentar lagi aku akan selesai, aku juga berniat ke ruangan Ara, kalau begitu kita jalan bersama saja." Ucap Renjun.
"Bagaimana keadaan Ara sekarang?" Tanya sang Ayah.
"Paman, Ara ditangani oleh seorang dokter hebat, paman tidak perlu khawatir." Jawab Renjun tersenyum.
"Baiklah kalau begitu ayo kita bertemu Ara." Ucap Yoon Gi.
"Lagi-lagi dia hanya melihat dari luar." Ucap Renjun.
"Siapa?"
"Anak laki-laki itu, aku sudah mengajaknya tapi dia malah diam dan pergi."
"Won Jin?" Ucap Yoon Gi yang meihat temannya itu.
"Won Jin-ah!" panggil Yoon Gi.
"O! Yoon Gi-ya." Balasnya pelan.
"Sudah waktunya kamu juga bertemu dengan Ara." Tarik Yoon Gi yang ditahan oleh Won Jin.
"Aku... Masih tidak bisa melihatnya." Jawabnya.
"Apa kamu tidak merindukan Ara?"
"A-aku takut semakin marah dengan keadaan, aku masih belum bisa menenangkan hatiku, aku tidak ingin Ara melihat ku dalam keadaan yang kacau, aku akan bertemu dia saat aku sudah siap."
"Kap-"
"Aku pergi." Jawab Won Jin dan pergi.
"Siapa dia?" Tanya Ayah.
"Temanku." Balas Yoon Gi dan masuk ke ruangan.
"Sayang kamu sudah datang?" Sapa Ibu yang melihat kami memasuki ruangan.
"Ara-ya kakak datang." Sapa Yoon Gi menghampiri Ara.
"Lihat siapa yang aku bawa?" Lanjutnya.
"Ara-ya..." Ucap sang Ayah memegang lengan putrid kecilnya itu.
"Ara-ya... ayah rindu denganmu, ayah mohon cepatlah bangun dan bercanda denganku, maafkan ayah putriku, maafkan ayah yang sudah melepaskan pegangan eratmu, ayah akan selalu menggenggam erat tanganmu, ayah sudah cukup dihukum jadi cepatlah bangun." Ucap sang ayah menangis.
Mata Ara seakan bergerak dan tak lama meneteskan air mata, semua orang terkejut melihat itu, renjun yang melihat akhirnya tersenyum.
"Ara-ya, kamu dengar bukan? Kami semua menunggumu jadi cepatlah kembali." Ucap Renjun mengelus rambut Ara.
"Pasien yang koma masih bisa mendengar ucapan dari sekelilingnya, jadi kejadian tadi bisa saja terus terjadi, ini bisa jadi harapan untuk kita semua, jika memungkin sesering-seringlah bercerita
Kepada dia, agar dia sedikit demi sedikit merespon." Ucap Renjun.
"Kamu sudah bekerja keras, kami menunggu kamu Min Ara." Bisikn Renjun di dekat telinga Ara.
Renjun dan Jin Hwan terlihat sedang mengobrol di taman bagian belakang rumah sakit.
"Bagaimana keadaan gadis itu ya?" ucap Renjun tiba-tiba.
"Masih belum ada kabar dari kepolisian?"
"Eung, aku juga penasaran dengan keadaan gadis itu, sepertinya aku akan ke kantor polisi sore ini."
"Aku akan pergi denganmu." Ucap Jin Hwan.
"Baiklah!"
"Semua benar-benar singkat untuk Ara, aku harap tuhan bisa lebih baik lagi memberi kesempatan hidup untuk Ara, dia sudah melalui banyak hal." Lanjut Jin Hwan.
"Dia gadis yang sangat kuat, aku yakin sekarang dia sedang berjuang dengan keras untuk cepat terbangun."
"terkadang aku menyalahkan ibu dan Ayah, tapi sekarang aku malah tidak bisa marah kepada mereka, aku merasa kasihan pada mereka, bukan keinginan ayah kejam kepada Ara, dan bukan keinginan ibu juga untuk menolak keadaaan karena kehilangan Ahreum."
"Ara, dia anak yang baik, aku yakin banyak rencana baik dari tuhan untuknya, sesekali saat aku memperhatikan dia, seakan dia sedang mencoba untuk terbangun, dia terus berjuang." Jawab Renjun.
TRRRRD
TRRRRD
TRRRRD
CODE BLUE!
CODE BLUE!
"Jin Hwan-ah! Ini Ruangan ARA!"
YOU ARE READING
Strange Fate Of Love
FanfictionMin Ara adalah seorang gadis yang menjalani hidupnya dengan sulit, dia tidak mengerti kenapa keadaan bisa menjadi seperti itu, sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang lelaki yang akan mengubah jalur cerita hidupnya. berbagi rasa, dan berbagi kena...