PART 1

92 10 0
                                    

Min Ara

Saat itu aku masih duduk di bangku 2 SD aku diberikan buku bank soal yang isinya hampir 500 halaman, ku kerjakan 1 per 1 soal yang ada setiap hari , aku mendapat pujian dari semua orang termasuk wali kelasku karena aku mampu mengerjakan seluruh soal dan hampir jawaban semua benar dengan kurun waktu yang sebentar bahkan tidak sampai 1 bulan aku sudah mengerjakan seluruh soal yang ada dengan mata pelajaran yang berbeda beda, b.inggris, matematika, IPA dan lainnya.

Setiap Minggu aku di berikan soal oleh ibu untuk di kerjakan tapi setiap kali aku salah aku akan di pukul, dijewer, di cubit, bahkan mataku pernah di colok dengan spidol, dan ucapan ucapan yang menyakiti hatiku , setelah nya ibu tidak pernah meminta maaf bahkan sampai hari ini, tapi berbeda dengan kakak adik ku setiap kali mereka mengerjakan soal dan melakukan kesalahan ibu hanya berteriak tanpa menyakiti hati mereka, bahkan tidak pernah mengatakan BODOH MAUPUN TIDAK PINTAR ,melakukan kekerasan fisik? Tentu tidak pernah, setelahnya ibu selalu minta maaf dan membuatkan makanan atau minuman kesukaan mereka, bahkan adikku tidak pernah di paksa untuk belajar, dimarahi? Tentu tidak pernah.

Pernah sekali aku mendengar bibi yang bekerja dirumahku berkata "Saya selalu sedih kalau nona sudah dimarahi ibu, nona selalu meninggalkan memar di sekujur tubuh,tapi tuan muda selalu mendapat kesukaan mereka setelah dimarahi, saya selalu bangga pada nona yang tidak pernah melawan, saya sebenarnya ragu apa nona sebenarnya bukan anak ibu, maaf kalau saya lancang non."

"Tidak apa bi, saya masih bisa menahan ini setidaknya saya harus bertahan sampai saya bisa di akui oleh ibu." Ucapku menatap bibi.

"Saya salut non, non masih di usia yang sangat kecil tapi sudah bisa bersikap dewasa, Non, mau bibi bikin kan makanan?" Tanyanya.

"Tidak bi, saya ingin mandi dan tidur." Ucap ku mulai berdiri dari kursi di dapur.

"Non, nanti bibi ke kamar pijitin non ya." Ucap nya menatap saya.

"Iya bi." Ucap ku dan berjalan menuju kamar.

Apa kalian tau di keluargaku, aku selalu mendapat juara kelas, bahkan sering menjadi juara pada lomba akademik tapi aku tidak pernah mendapatkan apa yang kakak maupun adikku dapatkan. Bukan aku ingin menyombong tapi aku benar-benar iri dengan mereka.

Aku selalu berkata pada diriku untuk tetap bertahan, semua akan berlalu dengan sendirinya tapi ternyata aku salah, aku tidak tahu sudah berapa ribu kali terlintas di pikiranku untuk meninggalkan dunia ini, bagaimana caranya aku dapat meninggalkan rasa sakit ini.

Lompat dari atas gedung

Menabrakkan diri ke kendaraan yang lewat

Melakukan seakan kecelakaan motor

Gantung diri

Bahkan sampai ingin mengiris nadiku

Tapi setiap kali memikirkan itu aku merasa takut, lucu bukan? Aku takut tidak bisa merasakan setidaknya 1 kali kasih sayang yang benar-benar tulus dari ibu.

Saat aku duduk di bangku sekolah menengah pertama melalui jalur prestasi dan mendapat beasiswa tapi ibu ingin aku masuk sekolah yang lebih bagus dimana semua kakak-kakakku bersekolah di sana, aku tidak bisa menolak dan selalu berkata "IYA" Pada apa yang di inginkan oleh ibu.

Aku melalui hari-hari yang berat di bangku SMP,banyak hal yang terjadi aku di bully karena tubuhku yang tidak kurus dan jelek, bahkan kakakku melihat itu tapi ibu bahkan tidak peduli dengan apa yang diceritakan oleh kakakku , dan bilang kalau itu memang salahku.

Aku sempat berkata pada kakak untuk menyudahi sekolah disana dan pindah ke sekolah baru.

"Ka, aku sudah tidak kuat aku ingin pindah dan menjalani hari ku yang baru, mereka tidak bisa mengerti perasaan ku." Ucapku sudah putus asa.

"Aku tidak bisa membujuk ibu sedikitpun, ibu tidak pernah ingin mendengar kata kata ku jika sudah menyangkut kamu." Ucap kakak ku memegang lenganku.

"Ka, sepertinya jika aku mati pun jangan kan menangis peduli saja juga mungkin tidak." Ucapku meninggalkan kakak ku.

Aku memasuki kamarku dan mulai menangis aku duduk di depan meja belajar ku mengeluarkan buku catatan dan buku paket ku. Kubuka 1 per 1 halaman yang ada menulis rangkuman dan mengerjakan beberapa soal, dan pada 1 titik saya mulai meneteskan air mata, dadaku terlalu sesak untuk menahan tangis itu dan akhirnya aku luapkan seluruh emosiku sendiri, dipojok kamarku, dengan seluruh buku buku yang aada.

Kumulai mencoret seluruh buku catatan ku dan merobek mereka menghancurkan mereka seakan mereka adalah orang-orang yang menyakiti termasuk IBU. 

Strange Fate Of LoveWhere stories live. Discover now