Min Ara
aku kembali kerumah dengan perasaan yang begitu membuatku bahagia, aku jatuh cinta untuk pertama kalinya, dia bilang dia menyukaiku, hahaha sangat bahagia mendengarnya, bahkan hanya mengingatnya saja membuatku sangat sangat bahagia.
"Ara?"
"Iya?" Tanyaku berbalik.
"O! ternyata benar!" Ucapnya.
"Maaf, siapa ya?" Tanyaku tak mengenalinya.
"Mwo-ya?! Mengesalkan, masa kamu lupa padaku?" Ucapnya.
"O! Hwang Renjun! Kapan kamu tiba?" Tanya Jin Hwan Oppa menghampiri kami.
"Min Jin Hwan... aku baru saja tiba, bagaimana kabarmu?" Ucapnya menyapa dan memeluk oppa.
Dia temannya lebih baik aku masuk sekaran, pikirku. Entah kenapa namanya tak asing bagiku.
"Min Ara, apa kamu tidak ingat dia?" Tanya Oppa melihatku berbalik badan.
"Ha?" Tanya ku bingung.
"Dia, Hwang Renjun, teman SMAku, apa kamu lupa?" Tanyanya.
"Aku tidak ingat maaf, karena saat oppa SMA aku masih kecil. " Ucapku.
"Benar juga, aku yang mengingat dia, kamu semakin cantik Min Ara." Ucapnya.
"Terimakasih." Balasku.
"Ayo masuk!" Ucap Jin Hwan oppa.
Aku memasuki rumah dan langsung masuk kedalam kamar dan bergegas tidur.
Ting!
| Won Jin Seonbae : "Sudah tidur?"
|Aku : "Tidak, aku baru sampai rumah, aku sedang berbaring, Seonbaeneun?"
|Won Jin Seonbae: "Apa kamu akan terus memangilku seonbae?"
| Aku : "Akan aku ubah, tapi tidak sekarang, rasanya aneh jika aku ubah sekarang."
| Won Jin seonbae : "Baiklah, kalau begitu istirahatlah."
|Aku : "Seonbae juga."
Aku mematikan ponselku dan bergegas tidur.
Keesokan hari
Aku meregangkan tubuhku diatas kasur, aku menatap layar ponselku yang menunjukkan pukul 6.05 pagi, aku terbangun terlalu pagi, hari ini adalah hari minggu tidak ada sekolah dan sebagainya, aku meraih jaketku dan menuruni tangga.
"Good morning Min Ara!" Sapa Renjun membuatku terkejut.
"Morning." Balasku.
"Mau pergi keluar? Sepagi ini?" Tanyanya.
"Ah ne, aku akan berjalan-jalan sedikit karena aku kurang berolahraga." Ucapku.
"Kalau begitu, aku permisi." Ucapku
Aku tidak tahu kalau dia akan menginap di rumah, tapi aku mulai menyadari, semenjak ayah sakit aku tak pernah bertatap mukan dengan ibu, aku juga tak dimarahi ibu lagi semua terasa tenang dan tentram, aku menyukai itu tapi aku juga merasa khawatir takut-takut ibu juga sakit.
"Aku akan menemanimu, ini masih terlalu pagi untukmu." Ucap Renjun menghampiriku.
"Aku baru sampai ke korea kemarin, sebelumnya aku sudah lama di belanda, dan china." Ucapnya menjelaskan, yang tak ku balas , aku hanya berjalan lurus.
"Apa kamu terganggu denganku?" Tanyanya, mungkin dia mulai merasa kalau aku risih dengannya.
"Ah, tidak bukan begitu! Ini masih terlalu pagi untukku banyak bicara." Balasku.
"Jadi, maksudmu aku terlalu banyak bicara?" Tanyanya lagi.
"Ne!" Jawabku spontan.
"Ah, maksudku... jadi..."
"Tidak apa-apa, lagi pula aku senang hahaha." Ucapnya.
Aku dan Renjun berhenti di salah satu kursi taman, aku menatap lurus tanpa berpikir aku merasa lelah dan mulai mengantuk lagi.
"Tapi, aku harus memanggilmu apa? Oppa?" Tanyaku memulai.
"Tidak tidak, kamu bisa panggil namaku saja, itu lebih nyaman untukku." Ucapnya.
"Tapi itu tidak sopan." Ucapku.
"Aku tidak setua itu, aku 3 tahun lebih muda dari Jin Hwan Hyung." Ucapnya.
"Tapi katanya kamu teman SMA Oppa, bagaimana bisa?"Tanyaku bingung.
"Aku masuk sekolah 1 tahun lebih awal, aku hanya 5 tahun di SD, dan 2 tahun di SMP begitulah aku lebih muda dari Oppamu." Ucapnya menjelaskan.
"Kamu seorang jenius kalau begitu." Ucapku terpana.
"Haha... tidak juga, kalau begitu aku akan memanggilmu Ara." Ucapnya
"Kamu sudah melakukannya sejak kemarin." Balasku menatapnya yang dibalas ketawa kecilnya.
"Ah! Kalau begitu rumahmu dimana?" Tanyaku.
"Aku sedang mencari appartement di dekat sini, tapi untuk minggu ini aku akan tinggal dirumahmu." Ucapnya.
"Tidak apa-apakan?" Lanjutnya.
"Ah, ne mwo, gwaenchaseumnida. (Tidak apa-apa)." Balasku mengngangguk.
"Kalau begitu, apa pekerjaanmu?" Tanyaku.
"Dokter." Ucapnya, entah kenapa aku merasa sangat sesak dan tak bisa berkata, tubuhku mendadak melemas dan pikiranku sembraut.
"A-Apa kamu datang untuk menyembuhkan ayah?" Tanyaku menatapnya dengan mata yang sudah bergenang air mata.
"Eung." Jawabnya mengangguk.
"Apa kondisi ayah sangat kritis?" Tanyaku lagi.
"Tidak, belum sampai ketahap itu, dan aku akan berusaha untuk membawa dia kembali, kamu tidak perlu khawatir." Ucapnya.
Aku mulai menangis mendengar jawabannya, aku mulai tersesak rasanya semua beban dan kekhawatiranku keluar saat itu juga, Renjun menepuk pundakku beberapa kali tanpa berkata apa-apa, aku menangis cukup lama rasanya kepalaku sangat sakit.
"Apa kamu sudah selesai menangis?"
"Ne, cheoseonghaeyo.(Maafkan saya)." Ucapku.
"Percayalah padaku, akan aku sembuhkan ayahmu, tapi aku ingatkan, aku bukan tuhan yang punya kuasa untuk menghidupkan atau mematikan seseorang, sampai ayahmu sembuh kamu harus kuat dan menjaga dirimu, kamu harus tetap mengingat banyak hal yang akan dihadapi dari sekarang." Ucapnya berlutut didepanku dan menatap dalam padaku.
Apa aku bisa sekuat itu? Aku harap tuhan mendengar harapanku.
wkwkwkw aku lagi bucinin dia sebenernya udah lama sih tapi aku berusaha buat masukin dia, Citizen mari merapat...
YOU ARE READING
Strange Fate Of Love
FanfictionMin Ara adalah seorang gadis yang menjalani hidupnya dengan sulit, dia tidak mengerti kenapa keadaan bisa menjadi seperti itu, sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang lelaki yang akan mengubah jalur cerita hidupnya. berbagi rasa, dan berbagi kena...