Min Ara
Aku terbangun larut malam, entah apa yang membuatku terganggu, aku melihat sekeliling ku, aku melihat kakak ku yang tertidur di sofa, aku menghampirinya dan sedikit memperhatikannya.
"Apa... aku benar-benar bahagia?" Ucapku pelan.
Aku merasa hari ini bulan begitu indah, apa bulan itu menyambut kehidupannku yang baru juga? Aku terus berpikir apakah aku bisa menjalani hari ku yang baru? Sebenarnya aku ini siapa? Aku ini seperti apa?
Waktu begitu cepat aku melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul 9 pagi, aku membangunkan tubuhku karena mendengar suara di dekatku.
"Sayang, apa kamu sudah bangun?" Ucap seorang lelaki yang duduk di kursi roda.
"Ini ayah sayang." Ucapnya.
"A-ayah..." Panggilku sedikit canggung.
"Iya.. iya..."
"Semua akan baik-baik saja, jangan memaksakan dirimu pelan-pelan saja." Ucap seorang perempuan yang sepertinyaa dia ibuku.
Aku memandangnya,, menatap ke matanya, entah kenapa mata itu terlalu kosong, ada apa dengannya? Dan ayah...kenapa ayah duduk di kursi rodaa?
Banyak yang ingin aku tanyakan namun akhirnya aku pendam, aku merasa diriku akan merepotkan mereka dengan semua pertanyaanku, aku.. hanya akan berjalan dengan pelan, aku percaya pada tubuhku, aku.. akan memastikan diriku sembuh total.
---- keesokan hari ----
"Pasien bisa dipulangkan tapi untuk sekarang harus tetap control kembali 3 hari sekali." Jelas Dr. Hwang.
Kenapa dia teus menatap ku seperti itu sih? Sedekat apapun dia dengan ku dulu, aku malah merasa tidak nyaman.
"Kalau kamu merasa pusing atau mual beritahu kami, bagaimana kondisimu?" Tanyanya.
"Aku baik-baik saja Dr. Hwang." Balasku tersenyum.
"Bagus kalau begitu, 15 menit lagi perawat akan melepas infusmu." Balasnya.
"Terimakasih Dr. Hwang." Ucap ayah dan ibu.
"Apa benar kamu baik-baik saja?" Tanya Jin Hwan Oppa yang dibalas anggukan olehku.
Kami mampir untuk ke sekolahku, aku tidak berniat untuk keluar dari mobil, aku masih belum bisa bertemu dengan teman temanku.
"Ayah akan mengantar dan menjemputmu setelah kamu sembuh, ayah sangat menantikan itu."
"Apa Ayah tidaak pernah mengantarku?" tanyaku mendenggar ucapan ayah.
"Kamu biasanya diantar oleh sopir karena keesibukan pekerjaan ayah."
Lagi dan lagi, rasa ingin tahuku mulai lagi, aku ingin mengulik lebih jauh kehidupan ku, tapi aku selalu menjadi manusia bodoh saat aku ingin mengetahui itu semua, sebenarnya aku ini dulu bagaimana?
"Hah..." Aku menghembuskan nafas panjang sembari melihat keluar mobil.
"Kamu akan istirahat di rumah dulu selama kontrolmu berjalan." Ucap Ibu saat memasuki Mobil.
"O! Ini sudah waktunya Hyun Jin Pulang, kita jemput saja sekalian pulang." Ucap Oppa.
"Eum, benar kita jemput sekalian." Balas ibu.
"Hyun Jin-ah, kami di depan sekolahmu." Telpon Oppa.
5 menit kemudian Hyun Jin keluar gerbang bersama dengan temannya.
"Jeon Woong-ah, aku duluan." Ucap Hyun Jin terdengar dari luar.
Jeon Woong, rasanya nama itu taka sing di telingaku.
"Woong-ah Annyeong (Hai Woong!)" Dia hanya menatapku terdiam.
"Noona... Kamu ingat Woong?" Tanya Hyun Jin Menatapku.
"Ani." Ucapku menjawab tersenyum canggung.
"aku hanya merasa dia tak asing saja."
"Memang kenapa?" Tanyaku.
"Tidak, dia memang dekat denganmu." Jawab Hyun Jin.
"Benarkah?" Jawabku pelan.
Sesampainya dirumah aku diantar ke kamar oleh oppa, aku melihat ke sekeliling ruangan, mempelajari semua tata letak barang dan lainnya.
"Kalau begitu kamu istirahat ya." Ucap Oppa.
"Iya." Balasku.
Aku berjalan sedikit demi sedikit melihat tatanan buku di meja belajarku, melihat jadwal dan sebagainya.
"Aku tak akan memaksakan diriku, aku hanya akan menikmati untuk saat ini, entah itu baik atau buruk, aku hanya akan bersabar." Monolog ku saat itu.
"Noona... ayo kita makan." Ucap Hyun Jin memasuki kamarku.
"Eung." Balasku.
Untuk saat ini aku belum sepenuhnya sembuh, masih ada beberapa bagian tulangku yang patah dan dalam masa penyembuhan, termasuk kakiku dan saat ini aku bertumpu di kedua tongkatku.
Aku berjalan dengan perlahan yang di ikuti Hyun Jin di Belakangku, aku dibantu olehnya untuk menuruni tangga.
"Ibu sudah menyiapkan kamar di lantai bawah agar kamu tidak perlu menaiki tangga untuk beberapa waktu." Ucap ibu saat aku duduk.
"Eum, terimakasih ibu." Balasku.
Entah mengapa banyak hal yang terus mengganjal di lubuk hatiku, perasaan tak enak yang entah apa penyebabnya tapi aku, aku akan menganggap diriku bahagia untuk saat ini.
"Selamat datang di kehidupan ke dua ku."
YOU ARE READING
Strange Fate Of Love
FanfictionMin Ara adalah seorang gadis yang menjalani hidupnya dengan sulit, dia tidak mengerti kenapa keadaan bisa menjadi seperti itu, sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang lelaki yang akan mengubah jalur cerita hidupnya. berbagi rasa, dan berbagi kena...