[Vote before reading this chapter]
Di mansion mewah milik Rani tengah terjadi sesuatu yang cukup membuat anak buahnya berkeringat pagi ini. Pasalnya, puluhan anak buah Rani di mansion itu sedang disuruh bersih-bersih dan menata ulang beberapa ruangan yang ada di sana.
Pekerjaan bersih-bersih diserahkan kepada maid, sedangkan untuk penataan ulang ruangan diserahkan kepada anak buahnya. "Ini ada apa si? Kok sampe si boss mau nata ulang ruangan." Tanya seseorang yang sepertinya belum tahu apa yang akan terjadi.
"Boss mau kedatangan tamu."
"Eh-eh, kalian yang dipojok. Tolong jangan ngobrol, kalian mau kujadikan menu makan siang macan putihku?" Sentak Rani tiba-tiba. Kedua orang itu langsung melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya. "Semuanya harus sesuai dengan apa yang aku katakan. Karena tamuku malam ini sangat istimewa."
Semuanya menjawab dengan kompak sambil menunduk. "Baik Boss."
"Akhirnya, hari ini tiba. Aku tidak sabar untuk bertemu dengan mainan baruku." Ucapnya seraya terkekeh lalu meminum minuman yang ia bawa. Tak lama kemudian, Sant datang dengan kimono tidurnya lalu mengecup sekilas dahi putri sulungnya itu.
"Ada apa ini, pagi-pagi sudah ribut?"
"Ayah lupa kita akan kedatangan tamu spesial? Bahkan aku tidak bisa tidur tadi malam." Sant mengangguk-anggukkan kepalnya melihat betapa semangatnya Rani saat ini.
"Sabar lah sayang. Nanti malam juga kau akan bertemu dengannya."
"Mana bisa aku sabar, sudah lama ku menanti hari ini. Agar semua dendamku terbalaskan, baru aku bisa menerima kepergian Bunda dengan melihat orang-orang yang mencelakainya itu terluka."
Sant hanya bisa tersenyum menanggapi sang putri yang terus saja membahas dendamnya yang belum terbalas. Hanya berlandas ingatannya saat malam pembunuhan sang Ibunda, Rani mengecap seorang Surya Winata sebagai salah satu orang yang mendukung Rosa waktu itu dengan datangnya Surya ke lokasi bersama polisi. Namun polisi tidak menangkap Rosa melainkan hanya membawa jenazah Shinta untuk diurus dan dimakamkan.
Hal ini yang membuat Rani percaya bahwa Surya dan Rosa bersekongkol untuk pembunuhan Bundanya. Namun pada kenyataannya cewek ini salah. Bukan Rosa maupun Surya, tapi ayahnya sendiri lah yang melakukan hal keji itu ke istrinya sendiri.
Diawali cekcok rumah tangga karena Sant ketahuan berselingkuh, Shinta meminta surat perceraian saja. Namun hal itu malah membuat Sant naik pitam. "Kalo kamu emang mau sama Rosa. Silahkan Mas, tapi tolong ceraikan aku. Biar aku dan anak-anak hidup diluar sana tanpa sosok ayah yang kasar sepertimu."
Posisinya kini Shinta tengah menggendong Hilmi yang berusia 20 bulan yang terlelap dalam pelukan sang bunda.
Prang...
Suara benda keramik yang pecah dapat membuat tidur Rani yang awalnya nyanyak kini harus terbangun di tengah malam. Ditambah tangisan Hilmi kecil ikut menambah bising malam itu.
"Berisik sekali mulutmu bocah! Bisa diam tidak!" Sant begitu marah mendengar tangisan tak bersalah dari Hilm kecil yang ketakutan. Dengan dibentak, justru tangis bocah itu semakin menjadi yang mana membuat Sant sangat murka.
Dengan nyali yang ia kumpulkan, Rani mulai membuka sedikit pintu kamarnya. Dari celah itu hanya dapat ia lihat sang bunda yang ditarik oleh seseorang yang tidak bisa ia lihat.
Karena takut, Rani kembali menutup pintu kamarnya dan bersamaan dengan pintu kamar itu kembali tertutup. Datanglah seorang Rosa Dirgantara, wanita itu datang awalnya karena perintah dari Sant yang menyuruhnya menemui pria itu di tempat tinggalnya langsung malam ini dan secara tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SDS#1]Senja Ingkar Janji
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] .... Bukan kisah cinta, hanya cerita biasa yang dirangkai dengan berbagai rasa. Kisah sekumpulan remaja yang sedang menikmati masanya bermain namun harus didewasakan oleh keadaan dengan munculnya sekelompok orang yang memili...