4. BE AT PEACE

44 6 0
                                    

[Vote before reading this chapter]

Seperti yang sudah dibicaakan Ferdy di kantin dua minggu lalu. Ketujuh remaja ini akan liburan ke tempat yang sudah dipersiapkan Ferdy sebelumnya, bisa dibilang, David dan yang lainya terima beres. Saat ini mereka semua sedang dalam perjalanan menuju tempat mereka berlibur.

"Puncak?" Gumam Stefy saat melihat papan penunjuk jalan yang mereka lewati. Tentu saja gumaman Stefy tidak dapat di dengar siapapun, sebab Ferdy dan yang lainya terlalu lelap dalam perjalanan ini. "Papah tau gak si? Jangan-jangan Ferdy sekongkol sama Papah? Biarin aja dah."

Sorot mata Stefy jatuh kepada David yang nampak tidak nyaman dalam tidurnya saat ini. Gadis ini duduk di bangku tengah bersama Chaca dan Nita, sedangkan David duduk di sebelah supir pribadi keluarga Stefy, sisanya duduk di kursi belakang. Tanpa sadar, tangan Stefy terulur untuk memberikan bantal lehernya pada bagian jendela yang menjadi sandaran David terlelap. "Ekhm."

Gadis ini sedikit kaget dan melupakan kalau Lukman, supir pribadi keluarganya terjaga dan mengawsasi gerak geriknya sedari tadi. "P-pak Man jangan ge'er."

"Ge'er apaan si neng? Saya mah Cuma kesedak." Lukman terkekeh geli melihat mimik wajah Stefy dari kaca, ingin sekali dia mengatakan kepada Surya sekarang kalau Stefy sudah bukan Stefy yang cengeng jika jauh dari orang tuanya. "Emang Neng Stefy kenapa tadi?"

"Tau dah, tanya aja radionya." Pria dewasa dengan setelan jas rapi tersebut hanya bisa terkekeh sambil terus fokus menyetir. Tolong sembunyikan wajah merah Stefy setelah digoda laki-laki yang sudah dianggapnya keluarga sendiri.

*************

"Woi, tu barang di bagasi dibawa!" Sewot Chaca setibanya di Villa keluraga Winata, sudah jelas kalau Ferdy meminta izin kepada Surya untuk menggunakan villa ini. Kembali kepada Chaca yang sewot karena para cowok mengacir masuk tanpa membawa barang-barang mereka, kecuali David yang sudah mendahului masuk ke dalam villa.

"Biar saya saja yang bawa Neng Chaca."

"Gak bisa Pak Man, mereka cowo loh. Minta digetak satu-satu palanya." Lukman dan Nita menahan tawa melihat Chaca mengejar tiga laki-laki yang lepas tangan terhadap barang-barangnya, sedangkan Stefy menggeleng-gelengkan kepala seraya menurunkan semua barang-barang temanya.

"Pak Man mau langsung pulang atau disini dulu nemenin kita?" Tanya Stefy.

"Langsung pulang saja. Mungkin Tuan butuh bantuan saya."

"Hati-hati Pak Man." Ucap Nita sedikit genit. Memang dua teman perempuan Stefy ini sering menggoda bawahan-bawahan Surya yang terlihat sangat keren dan coll dengan setelan jas hitam rapi saat menjaga Stefy. Sedikit ngeri memang membayangkan Stefy yang selalu diawasi oleh anak buah Papahnya sendiri. Semua itu ada alasanya tentunya.

"Udah! kasihan Pak Man, takut muntah denger godaan lo."

"Yeh, bocah!"

"Makanya punya pacar, biar bisa godain cowo sendiri. Jangan suami orang lo goda-godain."

"Gak gitu konsepnya bambang. Lagian pengawal-pengawal lo kaku-kaku banget, biar sedikit slow kerjaanya." Elak Nita saembari meninggalkan Stefy yang menggeleng-gelengkan kepala atas ucapanya tadi.

Begitu memasuki vila ini, kalian akan langsung melihat foto keluarga besar Winata, mulai dari Kakek sampai cucu dan cicit terpajang rapi di ruang santai tersebut. Jika kalian mencari dimana Stefy, gadis itu masih digendongan sang Mamah. Foto ini diambil belasan tahun lalu saat Kakek Nenek Stefy, Ferdy, dan Nita masih sangat sehat. Juga, foto tersebut adalah satu-satunya kenangan yang keluarga Winata miliki dengan kedua orang tua tersebut.

[SDS#1]Senja Ingkar JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang