[Vote before reading this chapter]
Disebuah taman outdor yang terletak di Puncak, malam ini di tempat itu ada yang sedang berbahagia menyambut status baru mereka. Membuat janji suci sehidup semati sudah keduannya lakukan tadi siang, malam ini hanya akan ada pesta kecil-kecilan bersama keluarga dan kerabat terdekat.
Bukan, bukan Stefy ataupun gengnya yang menikah, namun Evan—kakak kandung David Danendra. Dari kejauhan, David dapat melihat gurat bahagia di wajah kakak laki-lakinya itu. Melihat kakak dan orang tuanya tersenyum membuat beban dan kesedihannya berkurang. Huh, sedikit tenang rasannya.
"David!" Panggilan itu berasal dari wanita cantik yang David sayangi, siapa lagi kalau bukan Nurul—Bundanya. Cowok itu melambaikan tangan guna membalas panggilan Bundanya tadi, memang sedikit bandel. "Sini foto sama abang kamu!"
Sedetik kemudian, David bangkit dari duduknya. Dengan menggunakan sweater dengan kerah yang menutupi lehernya, celana dan jas hitam yang kini cowok itu pegang, jangan lupakan sepatu hitamnya yang nampak mengkilap cowok itu mulai berjalan menghampiri keluargannya di pelaminan sana. Sesuai tema malam ini, serba hitam.
[Gambar untuk mempermudah khayalan pembaca]
"Harus banget yah foto?" Tanyanya ketika sampai di pelaminan kakaknya.
"Harus! Masa anak Bunda udah ganteng-ganteng gak diabadiin. Kasian tuh abang kamu, ntar gak ada kenang-kenangan bareng adeknya." Jawab Nurul seraya memegang lengan David yang sudah cukup atletis di usiannya sekarang.
"Enggak-enggak, biarin aja gak ada kenangan sama tuh bocil."
Sontak perkataan Evan membuat Nurul sedikit memberikan pukulan kepada putra sulungnya itu. "Masih aja hobi berantem sama adeknya. Berantemnya entar lagi kalo udah di rumah, sekarang bunda pengen kalian akur dan foto bareng."
"Aku kayak gak dianggep Bun." Gurau Ghea, istri sah Evan alias kakak ipar David. Siapa yang tak iri melihat interaksi keluarga Danendra yang selalu nampak harmosis, walau memang kadang terjadi perselisihan namun tetap saja keluarga itu memiliki sesuatu yang tidak dimiliki keluarga lain.
"Aduh, gak gitu kok sayang. Emang kalo dua curut Bunda udah berantem, dunia serasa milik berdua." Nurul berhamburan memeluk Ghea yang sudah memasang wajah memelas karena sedari tadi diacuhkan. Beruntungnya gadis itu menjadi menantu di keluarga Danendra.
"Ayok, kapan fotonya ini. Kaki Ayah pegel berdiri dari tadi." Bagus tidak berbohong, memang sedari tadi istrinya itu terlalu rempong mengatur foto demi foto. Biasalah emak-emak.
"Ayah aja yang udah tua." Cibir David pedas dan menohok. Selain kakaknya, David juga gemar meledek Ayah kandungnya sendiri jika ada waktu bersama seperti sekarang. Dan sepertinya juga sifat kulkas kedua anak Nurul itu menurun dari ayahnya. Setelah diledek barusan, Bagus hanya memberi jeweran kepada David tanpa ekspresi dan sepatah kata pun. "Maaf, hehe."
KAMU SEDANG MEMBACA
[SDS#1]Senja Ingkar Janji
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] .... Bukan kisah cinta, hanya cerita biasa yang dirangkai dengan berbagai rasa. Kisah sekumpulan remaja yang sedang menikmati masanya bermain namun harus didewasakan oleh keadaan dengan munculnya sekelompok orang yang memili...