[Vote before reading this chapter]
Hari Rabu, dengan seragam olahraga berwarna biru putih seorang cewek yang sangat kita kenali tengah berlari sambil menggendong tas ranselnya yang berwarna abu-abu itu dengan memasang wajah panik. Alasanya tak lain dan tak bukan adalah cewek itu sedikit kesiangan pagi ini.
Stefy yang biasanya akan datang ke sekolah sebelum teman-temannya yang lain sampai, hari ini ia datang saat jam menunjukkan pukul 06.45 WIB. Alias 15 menit sebelum gerbang sekolah ditutup.
Cewek itu masih terus berlari melewati koridor yang sudah penuh dengan penghuni sekolah pagi ini. Kemudian, untuk sampai ke kelas dengan cepat Stefy melewati pinggir lapangan yang disana nampak beberapa teman sekelasnya sedang bermain basket sebeum jam pelajaran olahraga dimulai.
Fyi, lapangan ini selalu digunakan untuk olahraga para siswa di hari-hari biasa. Sedangkan untuk indor, hanya digunakan untuk hal-hal tertentu seperti latihan tim inti basket.
Brak...
Satu bola basket yang sedang dimainkan seorang Chiko Aldi Henandra tak sengaja terlempar ke arah cewek yang tengah berlari dengan tergesa-gesa ke kelas, sehingga mengakibatkan bola basket tersebut mengenai punggung Stefy Winata dan membuatnya terjatuh.
"Maaf Stef." Teriak Chiko dari tengah lapangan.
Malang sekali nasib cewek cantik satu ini, sudah kesiangan jatuh terkena bola basket yang cukup keras pula. "Kapan si gue gak sial." Umpat cewek itu dalam hati, bukan sakitnya hanya lebih ke arah malu dilihat penghuni kelas yang dekat dengan lapangan sekolahnya.
Satu uluran tangan Stefy dapatkan dari seseorang yang sangat ia kenal. "Makasih." Stefy mengatakannya sambil memegangi pantat yang rasanya nyut-nyutan itu. Laki-laki yang menolongnya tersebut langsung pergi tanpa permisi, tidak biasanya. "Kenapa tu bocah?"
Gilang Hilmi Santoso, tidak biasanya cowok itu langsung meninggalkan Stefy tanpa mencari keributan terlebih dahulu dengan cewek itu. Stefy memang merasa sedikit janggal dengan perubahan sikap cowok yang berstatus sebagai pacarnya itu akhir-akhir ini. Namun Stefy tidak memusingkannya.
"Baru juga mau gue tolong, eh si curut dah nolongin duluan." Ucap Chiko mengurungkan langkahnya, David nampak melirik sekilas dan terlihat tidak berminat untuk mengawasi lebih lanjut interaksi keduanya.
Di kelas 9A sendiri, sedang ada keributan sebab beberapa siswa belum mengerjakan tugas matematika dari guru killer di sana. Kelas menjadi ribut sebab siswa yang belum mengerjakan sedang meminta jawaban kepada siswa lain yang sudah selesai mengerjkan tugas mapel ini.
Nita adalah siswi yang masuk kelompok malas, sehingga pada saat ini ia sedang menyontek ke Chaca. Kalau ada Stefy sudah pasti ia akan meminta jawaban ke sepupunya itu. "Chaca, ini tulusan apa si? Gak jelas banget lo kalo nulis."
"Makanya melek, jangan merem." Secara tidak langsung Chaca sedang mengatai Nita yang memiliki mata sipit karena keturunan Papa nya.
"Ih, enak aja. Tulisan lo aja kali yang kek ceker bebek."
"Yaudah kalo gitu gak usah deh lo nyontek gue. Sana nyontek siapa kek."
"Lah, Chaca baperan."Chaca hanya bisa menghela napas dan mengelus dada agar emosinya tidak memuncak dan berakhir memakan hidup-hidup Nita di kelas ini. Cewek itu lalu berjalan menuju pintu kelasnya sendiri. Tanpa ia duga...
Brukk...
Suara benturan dua insan terdengar jelas dan menggema di ruangan kelas 9A pagi ini. Ya, Chaca dan Stefy bertabrakan. Terhitung pagi ini Stefy sudah jatuh 2 kali, malang sekali gadis itu. "Anjir." Umpat Stefy karena terlanjur kesal pagi ini. Sedangkan Chaca, gadis itu masih sibuk mengusap-usap keningnya yang sepertinya bertabrakan dengan salah satu bagian wajah Stefy.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SDS#1]Senja Ingkar Janji
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] .... Bukan kisah cinta, hanya cerita biasa yang dirangkai dengan berbagai rasa. Kisah sekumpulan remaja yang sedang menikmati masanya bermain namun harus didewasakan oleh keadaan dengan munculnya sekelompok orang yang memili...