53. PELARIAN SEMATA

34 5 1
                                    

[Vote before reading this chapter]

3 minggu berlalu semenjak kejadian kelam di malam yang suram. David masih setia memejamkan matanya diatas empuknya kasur rumah sakit. Cowok itu didiagnosis dokter mengalami koma dan entah sampai kapan cowok itu akan tertidur. Tidak ada yang tahu pastinya.

Seperti hari-hari biasanya, Stefy akan selalu menjenguk David dan membawakan makanan apapun meski cowok itu tidak akan memakannya. Hari ini Stefy membawakan nasi goreng yang ia buat sendiri untuk cowok itu.

"Heh, gue dah pulang dua minggu lalu. Lo kapan mau pulang? Gak kangen Bunda lo emang?" Nurul sendiri akan selalu meninggalkan Stefy berdua bersama David, biarlah cewek itu bercerita apapun kepada putra bungsunya.

Stefy sendiri hanya butuh waktu 1 minggu untuk pulih dan sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit, karena memang gadis itu tidak mengalami luka serius kecuali luka benturan balok kayu di punggungnya.

"Nih gue masakin nasi goreng yang lo suka. Beneran gak mau nyobain?" Tetap saja tidak ada respon dari cowok itu meski Stefy telah membuka tempat makan yang berisi nasi goreng, wanginya saja sudah dapat membuat orang ingin mencicipinya segera. Cewek dengan balutan jaket serta celana cargo hitam itu nampak menghela napas kasar lalu kemudian menutup kembali makanan yang sudah ia bawakan. "Ini masakan terakhir gue sebelum gue pergi Vid. Gue gak sanggup liat lo yang kayak gini gara-gara gue."

Stefy berniat untuk meninggalkan ibukota dan pindah ke Bandung karena hal yang ia alami ini. Cewek ini sudah membicarakan semuanya dengan sang ayah dan Surya hanya bisa mengikuti kemauan sang anak. Diitambah, Surya juga tengah memiliki proyek di kota tersebut.

Mungkin ia akan pergi jikalau David sudah terbangun dari komanya dan berpamitan kepada cowok itu. Diambilnya telapak tangan David yang cukup hangat. "Gue minta maaf, karena gue lo jadi kayak gini. Maaf karena gue gak bisa selalu di samping lo kayak apa yang lo omongin waktu itu. Gue pamit Vid, tolong jangan benci gue kalo lo tahu gue pergi dari hidup lo dan gak tau atau mungkin gak akan balik lagi."

Stefy menempelkan telapak tangan David ke pipinya sambil meneteskan air mata. Dua hari lagi ia berniat pindah kalau David belum juga sadar dari komanya.

Telapak tangan yang awalnya hanya diam, dapat Stefy rasakan bergerak perlahan. Apakah David sudah tersadar? Cowok itu tengah berusaha membuka matanya disaat Stefy berteriak memanggil Nurul dan Dokter.

"Bunda! David gerakin tangannya!" Mendengarnya, Nurul langsung masuk ke ruangan disusul Ferdy, Nita, dan Erik yang sedang berkunjung seperti biasanya.

Fyi, Chaca dan Chiko sudah pergi ke Singapura seminggu lalu. Saat ini kedua orang itu sudah tidak ada lagi di ibukota.

Nurul langsung memposissikan dirinya di samping sang putra sambil menunggu Dokter memeriksa David yang sudah membuka mata secara sempurna. "Gimana dok?"

Belum sempat dokter menjawab, pertanyaan David mampu membuat orang-orang disana kaget. "Kalian siapa?"

Hah? Apakah sekarang cowok itu hilang ingatan?

"Seperti yang saya katakan beberapa hari lalu. Karena benturan yang cukup keras pada kepala nak David, sebagian memory atau semua memory otaknya bisa hilang dan menyebabkan amnesia. Inilah kondisi yang terjadi kepada nak David."

Nurul tak kuasa menahan tangisnya. Ferdy, Nita, Erik dan Stefy tak kalah kaget. Begitu mendengarnya Stefy langsung berlari keluar ruang rawat David menuju taman rumah sakit dan meluapkan tangisnya disana.

Melihat seseorang keluar ruangannya, David saat itu bertanya-tanya dalam hati. "Siapa dia? Kenapa dia keluar?"

Nita mengejar Stefy dan mencari keberadaan cewek itu. Dibawah pohon yang rindang di taman rumah sakit. Stefy tengah menangis sesenggukan, sendirian. Nita yang menemukan sepupunya, langsung saja memeluk cewek itu dan memberi ketenangan.

"Jangan nangis dong Stef."

"Ini semua salah gue kan Nit? Karena gue David jadi amnesia, karena gue Bunda Nurul jadi sedih, karena gue semua ini karena gue." Stefy terus saja menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi kepada cowok itu.

"Bukan, ini semua karena takdir. Bukan karena lo ataupun siapapun."

Hening selama beberapa waktu. Saat tangisnya mulai reda Stefy langsung melepas pelukan Nita. "Gue gak bisa lama-lama di sini. Gue Cuma pembawa sial. Gue harus pergi." Cewek itu langsung beranjak pergi tanpa memperdulikan teriakan Nita yang memanggilnya untuk tetap disini.

Sedangkan, David yang berada di dalam ruangan bersama Nurul, Ferdy dan Erik sedang mengingat kembali orang-orang dihadapannya saat ini. "Ini Bunda Vid. Bunda Nurul."

"B-bunda?" Nurul mengangguk lalu pengusap rambut cowok itu yang kini sudah memanjang.

"Kalo gue Ferdy, sahabat baik lo."

"F-ferdy?" Ferdy ikut mengangguk.

"Hai bang, gue adek lo. Adek sepupu sih. Erik."

"Erik?"

Nurul menyunggingkan senyum melihat Ferdy dan Erik yang langsung bercengkrama dengan David. Ibu dua anak ini juga teringat sesuatu, Stefy. Kemana perginya gadis itu? Dan juga Nita.

Wanita ini keluar dari ruang rawat inap dan menatap ke kanan dan ke kiri mencari keberadaan dua orang yang tengah menghilang. Yup, Nurul menemukan salah satu diantaranya. "Nita, Stefy kemana?"

"Stefy pulang Bun. Dia juga bakal langsung pergi ke Bandung. Dia masih nyalahin dirinya tentang kejadian ini." Ucap Nita dengan raut wajah sedih.

"Padahal dia gak perlu ngelakuin itu." Nurul ikut merasa sedih sama seperti yang dirasakan Nita. "Yaudah, kamu masuk gih. Kenalan lagi sama David." Nita mmenganggukk mengikuti ucapan Nurul.

Jika kalian menanyakan kabar Rani, cewek itu sudah dijatuhi hukuman penjara 5 tahun dan geng mafianya di bubarkan. Untuk Sant, orang itu berhasil kabur ke luar negri dan kini masih menjadi buronan polisi.

Beralih dari rumah sakit, kini Stefy tengah dalam perjalanan menuju kediaman baru dan tentunya tempat baru. Sebentar lagi, gadis itu sampai di mansion kakeknya yang waktu itu sempat ia kunjungi. Mansion ini juga yang akan menjadi tempat tinggalnya kini.

Menginjakkan kakinya di rumah itu rasanya berbeda seperti hari lalu. Sebut saja kota Bandung ini sebagai kota pelarian Stefy Winata dari segala masalah yang seharusnya ia hadapi.

Cewek ini hanya belum kuat dan belum menerima apa yang terjadi kepadanya dan kepada David yang diakibatkan dendam seseorang yang tidak benar. Orang yang naasnya adalah saudaranya sendiri.

 Orang yang naasnya adalah saudaranya sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Okeh, Senja Ingkar Janji akhirnya tamat. Masih ada sequelnya, tunggu ya.

Maaf banget chapter terakhir pendek.

Makasih buat readers yang udah baca sampe akhir. Aku kasi jadi jempol buat kalian.

Share cerita ini ke temen-temen kalian yah!

See you next story!
Pai

dwyaanrbti

[SDS#1]Senja Ingkar JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang