18. KULKAS!

29 6 0
                                    

[Vote before reading this chapter]

Jika panggilan Lukman yang awalnya "Neng" sudah diganti menjadi "Nona" maka dipastikan keadaan sedang kurang baik. Itu salah satu cara agar Stefy tahu dirinya dalam bahaya atau tidak. Kondisi sekarang berarti sedang tidak baik. Ketakutan tidak dapat dihindarkan dari benak Stefy, Nita, dan Chaca.

Disaat Lukman menambah kecepatan mobilnya, motor tadi juga ikut menambah kecepatan agar tidak kehilangan jejak. Sedari tadi juga Lukman sedang berkomunikasi dengan anak buah Surya yang lainya untuk mengatur strategi agar motor-motor itu tidak bisa mendekati mobilya.

Sudah cukup jauh jarak yang Lukman ciptakan dengan dua motor hitam mencurigakan tersebut. Lukman memberhentikan mobil sedan hitam itu tepat di depan mobil yang sejenis dengannya yang tak lain adalah mobil anak buah Surya yang lainya. Dengan hanya sekali tekan, plat nomor yang merupakan plat asli kendaraan yang ditumpangi Stefy berubah menjadi plat cadangan yang memang disiapkan untuk keadaan-keadaan tertentu.

"Sembunyikan kepala kalian!" Perintah Lukman, dan dengan seketika tiga remaja itu menunduk menyembunyikan wajahnya. Meski jika dari luar kita melihat kaca mobil Stefy, bagian dalamnya tidak akan terlihat. Hal tadi hanya untuk mengantisipasi kejadian yang tidak terduga.

Cukup lama, suara derungan knalpot motor dapat didengar keempatnya dari jauh. Saat itu juga mobil yang ada di belakang mereka melaju cepat. Saat dua motor tadi melintas di samping kanan mobilnya, Stefy tidak sepenuhnya menunduk melainkan penasaran dengan siapa yang mengemudikan motor itu. Yah, dengan mata elangnya Stefy mampu menangkap satu benda sebagai petunjuk siapa sebenarnya penguntitnya. Kalung dengan bandul yang berbentuk kunci jadul.

Drrtt...drrtt...

"Hallo Pah?"

"..............."

Lidah Stefy rasanya kelu mendengar perkataan Surya barusan. Tubuh Stefy yang awalnya normal, kini kembali down. Detak jantungnya tidak senormal biasanya. Dadanya sesak bercampur sakit, air mata yang dari tadi ia tahan pun kini luruh seketika.

"Lo Kenapa Stef? Heh jangan ngelamun!" Chaca menggoyang-goyangkan tubuh Stefy agar pandangan mata cewek itu tidak kosong.

Gadis itu sama sekali tidak mendengarkan panggilan sahabat-sahabatnya dan malah memerintahkan Lukman untuk putar balik ke rumah sakit saat itu juga. "Pak Man, anterin Stefy balik ke rumah sakit!"

"Lo mau ngapain ke rumah sakit lagi?"

"Ada apa sih Stef?"

"Lu pada juga tahu sendiri entar."

*******************

"Agak panjang kejadiannya, Papah bakal cerita kalau kita udah dirumah." Ucap Surya dengan wajah yang teduh seperti biasanya sambil memeluk anak gadisnya yang sedang menangis sesenggukan di dalam pelukannya. "Gak malu apa diliatin Nita sama Chaca? Tuh liat idung sama pipinya udah merah banget. Berenti nangis ya!"

Telapak tangan orang tua itu terulur menghapus jejak air mata yang menghiasi pipi chubi Stefy yang kini memerah, begitupun matanya. "Mamah gak kenapa-napa kan? Dokternya lama banget si Pah? Stefy kan mau ketemu Mamah." Gadis itu masih saja sesenggukan, masa bodoh kalau hari ini akan menjadi bahan olok-olokan Nita dan yang lainnya di masa depan.

"Sabar ya, baru aja 10 menit Mamah masuk. Masa udah selesai, kamu makan dulu aja. Belum makan kan?" Stefy menggeleng. "Makan dulu dikantin." Melihat muka Stefy kembali memerah akan menangis lagi, Surya tahu bahwa saat ini Stefy tidak ingin pergi dari tempat itu. "Eh, jangan nangis lagi. Biar Lukman aja yang beliin kalian bertiga makanan. Udah, duduk sana sebelahnya Nita sama Chaca!"

[SDS#1]Senja Ingkar JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang