23. CHANGED

25 6 0
                                    

[Vote before reading this chapter]

Hari demi hari terus berjalan meninggalkan luka yang begitu mendalam. Meski kadang berat dilupakan namun kehidupan harus terus berjalan. Guncangan kecil yang dirasakan kini harus dinetralkan. Banyak cara yang dilakukan untuk menghapus semua kenangan, namun masih sangat susah untuk dilupakan.

Kadang, cinta pertama kalian memberi luka yang sangat menyakitkan. Seperti yang dirasakan seorang David Angga Danendra, putra bungsu pasangan Bagas Danendra dan Nurul Azahra yang tengah merasakan pahitnya cinta pertama. Sudah 2 hari cowok itu tidak pernah bergabung dalam pembicaraan atau candaan Ferdy, Chiko, dan Erik. Ya, kubu mereka juga terpecah menjadi dua. Ferdy, Chiko, dan Erik di pihaknya. Sedangkan Nita dan Chaca di pihak Stefy.

Tak ada yang bisa disalahkan di sini. Yang keduanya butuhkan hanya waktu untuk sendiri sampai emosi dalam jiwa masing-masing hanyut pergi. Stefy sendiri masih merasa bersalah, namun gadis itu juga punya alasan tersendiri memilih Hilmi, meski sampai sekarang alasannya masih belum jelas.

Gadis dengan segala kepintarannya itu, dua hari terakhir juga lebih suka menyendiri ketimbang bergabung bersama Nita dan Chaca. Duduk di pojok kantin memandangi David dari kejauhan yang tengah melamun dengan tatapan kosongnya yang menyedihkan. Kadang hal itu juga membuat Stefy semakin merasa bersalah.

"Tembak aja lah, keburu di ambil orang." Kata-kata ini yang sering keluar dari mulut orang-orang yang David sayang, entah itu Nurul-bundanya atau sahabat-sahabatnya. Mungkin dirinya terlalu pengecut untuk mengungkapkan perasaanya terlebih dahulu kepada putri bungsu Surya Winata itu. Pada akhirnya memang benar, cowok yang menyabet gelar sebagai kapten tim basket SMP dan club Phoenix itu tertinggal satu langkah dari orang yang sama sekali tidak ia pikirkan, Gilang Hilmi Santoso.

"Aghkk!" Semakin David memikirkan kejadian yang telah berlalu, semakin ia tidak bisa mengontrol emosinya. Ya, itu erangan frustasi seorang David Angga Danendra setelah meninju tembok kamarnya yang bercat hitam tersebut. Cowok itu tidak peduli meski tangannya menjadi korban atas semua yang ia alami.

Dengan buku-buku jari yang masih mengelurkan darah segar, David berjalan santai menuruni anak tangga rumahnya menuju sebuah tempat yang selama dua hari terakhir menjadi pelampiasan keduanya setelah tembok. Kolam renang. Dengan sekali tarikan, kaos hitam polosnya ia tanggalkan menyisakan boxer hitam sebelum...

Byur...

Air kolam yang mulanya tenang, kini terusik oleh emosi seseorang. Cara menenangkan pikiran seperti ini sudah David praktekan sebelum kejadian tempo hari lalu. Memang jarang sekali seorang David mengungkapkan amarahnya dengan cara ngomel ataupun bermain fisik sejauh ini. Cowok itu akan segera mencari air untuk mendinginkan otaknya, David mempelajarinya dari Stefy. Ah, gadis itu lagi.

Entahlah, David terlalu mempercayainya. "Coba deh lo kalo marah mandi atau nyemplung ke kolam sekalian. Pasti pikiran lo langsung tenang. Seenggaknya lo basahin muka lo." Itu kata-kata Stefy setahun lalu sesaat setelah memisahkan David dan Alex yang terbawa emosi di lapangan.

Terlepas dari siapa yang mengajarinya mengendalikan emosi, David tetaplah cowok dengan pribadi yang keras dan tak mudah melupakan apa yang terjadi padanya di masa lalu. Ia akan terus mengingat hari dimana emosinya hampir tak terkontrol. Untung saja ada Ferdy, Chiko dan Erik yang menenangkannya malam itu.

Setelah selesai dengan ritual mendinginkan pikiran, dengan hanya memakai celana boxer hitamnya, David keluar dari kolam renang dan langsung meraih bathrope hitam yang ada di kursi kolam renang lalu memakainya kembali ke dalam rumah yang saat ini ia tinggali sendiri.

Nurul dan Bagas tengah sibuk mengurus acara pernikahan kakak kandung cowok tersebut. Nevan Danendra, nama kakak David. Kemana saja kakaknya selama ini? Jawabanya tak lain dan tak bukan ialah bekerja. Evan adalah seorang dokter bedah yang sudah berpengalaman. Jarak usia keduanya sekitar 13 tahun, agak jauh memang. Melebihi Vina dengan Stefy yang terpaut 10 tahun.

[SDS#1]Senja Ingkar JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang