6. DON'T PLAY WITH ME

42 6 0
                                    

[Vote before reading this chapter]

Terjebak kantuk di jam pelajaran sejarah hari ini membuat Stefy menyempatkan diri beristirahat di kantin sendirian. Kalau dalam kondisi mood yang baik, gadis ini akan lebih suka beristirahat di dalam perpustakaan sambil membaca buku, walau alasan utamanya adalah mencari hawa dingin di siang bolong.

Mood nya hancur sebab sang guru yang lebih banyak menceramahi teman sekelasnya ketimbang memberi materi. Guru nya itu terlalu sensi sampai saat mengetahui Stefy sudah tidak konsentrasi terhadap pelajaranya, dirinya menggebrak meja Stefy dan Nita agar kembali fokus. "Guru baru aja belagu." Gumam Stefy.

Jangan heran dengan Stefy yang seperti ini. Kelasnya adalah kelas dengan murid pilihan dan semuanya berprestasi. Dan bisa-bisanya guru tersebut memberi cap buruk kepada kelasnya, hanya dengan alasan, kelasnya terlalu tenang dan menganggap itu sebuah ketidak konsentrasian murid saat gurunya mengajar.

Back to Stefy yang sedang duduk sendiri di kantin sambil ditemani sebotol kopi instant favorit-nya di istirahat kedua. Belum lama cewek ini menjadi pencinta kopi, mungkin sejak kelas 8 akhir saat dirinya disibukkan dengan tugas dan segala perkara belajar untuk mendapat nilai maksimal.

"Sendiri aja? Dimana temen-temen lo?" Cowok dengan penampilan berantakan tersebut mendudukan diri peris di depan bangku yang di duduki Stefy. Dengan alasan malas, gadis ini mengabaikan pertanyaan dari laki-laki bernama Gilang Hilmi Santoso tersebut, lebih tepatnya menganggapnya tidak ada. "Sombong banget lo jadi cewe."

Sebuah lirikan tajam diberikan Stefy dengan harapan mulut cowok dihadapanya berhenti berbicara hal-hal yang tidak penting untuk saat ini. Bukanya diam, Hilmi semakin menjadi dengan terus bertanya tentang David kepada wanita yang sedang hancur moodnya ini. "Kenapa gak lo tanya langsung sama Davidnya. Sumpah, gak bisa apa yah lo diem! Dan lebih baik lo pergi aja ke tempat lain, masih banyak bangku yang kosong!"

"Wow. Ngamuk anjir." Menyilangkan kedua tanganya di depan dada seraya berkekeh remeh dengan omongan Stefy. "Kalo gue gak mau pergi...lo mau apa?"

Merasa ditantang, Stefy hanya meliriknya sekilas dan kembali terfokus kepada buku yang tengah dibacanya sedari tadi di kantin ini. "Weh! Ditanya tuh jawab!"

"Gue bakal bikin lo malu di kantin ini." Ucapnya dengan nada santai tanpa emosi.

Cowok dengan seragam yang selalu tidak dimasukkan tersebut ber-smirk kembali meremehkan ucapan Stefy. "Sebelum lo bikin gue malu, gue bakal bikin lo malu terlebih dulu." Dengan cepat, Hilmi menyambar kopi kemasan Stefy yang masih terbuka tutupnya, lalu menyiramkanya ke wajah Stefy.

Gadis ini sebenarnya tidak marah jika wajahnya yang terkena siraman kopi tersebut, hanya saja, buku yang dibacanya juga ikut terkena tumpahan kopi tersebut. "Enak kopinya? Sekali-kali nikmatin kopi dengan cara lain. Haha."

Tentu keduanya kini menjadi bahan tontonan satu kantin, entah adik kelas atau teman seangkatan mereka. Putri Surya Winata ini tengah mengelap kopi yang ada di wajahnya dengan kasar sembari memandangi bukunya yang basah dengan tatapan datar. Tanpa sepatah kata pun, Stefy mendorong bangku panjang khas kantin yang tengah di duduki Hilmi dengan kakinya yang panjang lewat kolong meja, dan hal itu sukses membuat kursi beserta 'cowok sialan' tersebut terjungkal kebelakang dengan mengenaskan.

"Enak jatohnya? Kali-kali jatoh diliatin sekantin plus pake gaya yang kan maen. Ha-ha." Gadis tersebut sedikit menjeda tawanya dan terdengat seperti ledekan di telinga Hilmi, padahal kenyataanya memang betul ledekan. Apalagi dengan ekspresi Stefy yang datar saat tertawa tadi.

Seisi kantin memberi sorakan kepada Stefy dan memberi hujatan kepada laki-laki yang masih terbaring di lantai kantin sambil memendam amarahnya.

**********

[SDS#1]Senja Ingkar JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang