[Vote before reading this chapter]
Jika dilihat dari kejauhan, posisi David dan Stefy saat ini seperti sedang berciuman. Apalagi dengan ekspresi David sekarang, ekspresi yang seperti menampilkan syok akan sesuatu, contohnya dicium. Padahal pada kenyataanya bukan itu yang membuat David terkejut, namun justru ucapan Stefy tepat di telinga kananya.
"ADOH! MATA GUE TERNODAI!" Pekik Chiko heboh sambil menutup matanya. Teriakan Chiko yang terlampau keras membuat orang-orang yang berada disekitarnya memandang cowok itu dengan tatapan aneh. Tak terkecuali David dan Stefy.
"HEH STEFY! MAIN NYOSOR AJE LO!" Teriak Nita tak mau kalah sambil menunjuk Stefy yang memandangnya dengan tatapan bertanya.
Teriakan sahabat Stefy juga ikut membuat Pak Saiful menengok ke arah mereka yang masih dalam posisi yang sama dan entah sejak kapan tangan kokoh David menahan lengan cewek di hadapanya. "HEI! KALIAN BERDUA NGAPAIN?"
Mendapat teriakan dari Pak Saiful, keduanya tersadar dengan jarak mereka saat ini. Dengan cepat membuat jarak yang cukup jauh. "C-Cuma bisikin David Pak." Kata Stefy jujur.
"Izin ke belakang bentar." Cowok itu menenteng tas nya lalu berlari kecil ke ruang ganti pria.
Pak Saiful hanya bisa menggelengkan kepala lalu pergi keluar indor tersebut. "Lain kali kalo mau berduaan jangan di tempat kayak gini. Nanti fans David sakit hati loh." Guru senior itu masih sempat meledek Stefy sebelum benar-benar pergi dari tempat itu.
Jangan tanyakan ekspresi Hilmi yang melihat Stefy dekat dengan David, termenung tidak percaya. Entahlah, cowok itu benar-benar mencintai Stefy atau tidak. Kita lihat saja kedepannya.
Sepeninggal Pak Saiful dengan kata-kata yang masih terputar jelas di otaknya, cewek ini mengerutkan alis bingung dengan mka yang sangat lucu. "Gue kan Cuma ngasih tau kalo celananya David robek. Kok pada heboh banget sih?"
Tentunya gadis itu tidak tahu jika berada di posisi sahabat-sahabatnya yang melihat Stefy seperti sedang mencium David. Tak lama setelah kepergian Pak Saiful juga, sahabat-sahabat Stefy datang menghampirinya yang baru saja selesai bergumam barusan.
Dengan sengaja Nita menyenggol lengan Stefy yang sedikit lebih tinggi darinya sekuat mungkin sampai cewek tersebut memekik kesal. "Cie, cie. Dah jadian apa gimana nih?"
Tangan cewek itu langsung terulur untuk memukul pelan kepala sepupunya. "Jadian-jadian pala bapak kau tuh jadian." Nita yang dipukul kepalanya malah tertawa lalu membenarkan kembali rambutnya yang sedikit berantakan akibat ulah Stefy.
"Terus kalo lo gak jadian ngapain tadi lo nyium David?"
Stefy berpikir sejenak karena pertanyaan yang dilemparkan Ferdy. Saat ini dia baru tahu kalau sahabatnya mengira mereka berdua bercuiman karena melihat dari sisi yang salah, lebih tepatnya sisi yang kurang tepat. "Ah, jadi lo pada ngira gue sama si kulkas ciuman? NGGAK YAH, YAKALI GUE CIUM DIA!"
Kini gantian sahabat-sahabatnya yang berpikir. "Terus lo tadi ngapain kok kayak orang ciuman anjir?"
"Gue Cuma bisikin David kalo celana dia robek." 5 detik, selama 5 detik itu Ferdy dan yang lainya berad pandang tanpa mengatakan sepatah katapun sebelum tertawa lepas seperti saat ini.
"Gak usah ketawa lo pada." Suara bariton tersebut mengagetkan Ferdy, Chiko, Erik, Nita, dan Chaca yang masih belum bisa berhenti tertawa. Bukanya berhenti tertawa, kelima remaja itu malah makin gencar menertawai David yang nampak memandangi mereka dengan serius.
David baru saja kembali dari toilet selepas mengganti celananya yang robek entah karena apa. Untung saja David memakai celana panjang sebelum memakai seragam basketnya, jadi celananya yang robekpun tidak akan terlalu nampak. Terus, darimana Stefy tahu kalau celana David robek? Tentu dari para fans David yang berbisik di tribun yang sempat ia lewati. "Eh-eh, liat deh. Celana pacar gue sobek. Wah nanti pulang minta dihajar nih. Berani-beraninya dia pake celana sobek."
KAMU SEDANG MEMBACA
[SDS#1]Senja Ingkar Janji
Roman pour Adolescents[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] .... Bukan kisah cinta, hanya cerita biasa yang dirangkai dengan berbagai rasa. Kisah sekumpulan remaja yang sedang menikmati masanya bermain namun harus didewasakan oleh keadaan dengan munculnya sekelompok orang yang memili...