[Vote before reading this chapter]
"Gak salah pak saya jadi tutornya dia?"
Siang ini Stefy dipanggil oleh wali kelasnya, Pak Agung. Stefy sudah sejak lama dimintai tolong oleh wali kelasnya supaya menjadi tutor untuk salah satu teman yang susah menyerap pelajaran. Gadis itu tentnya setuju, dia tidak akan ragu-ragu membantu temanya yang memang kesusahan dalam belajar.
Hanya belajar, untuk perihal contek-mencontek, siap-siap saja sepatu hitam Stefy melayang ke arahmu. Entah dirinya hari ini harus mendapat kesialan sebab harus menjadi tutor seorang Gilang Hilmi Santoso.
Putri kedua Surya Winata tersebut tidak masalah jika menjadi tutor orang lain selain cowok sialan tersebut. Gadis itu sudah terlebih dahulu menaruh cap buruk kepada Hilmi dari kejadian-kejadian yang lalu. Apalagi setelah penyerangan David.
Stefy Winata masih membujuk wali kelasnya agar dapat mengganti orang yang akan dia ajari selama semester pertama ini. "Boleh ya Pak, please! Ngajarin Ferdy juga Stefy mau sekarang. Tapi jangan Hilmi."
"Enggak Stef, Ferdy udah bisa belajar sendiri sekarang. Cuma tinggal Hilmi aja yang tersisa. Mau gak mau kamu tetep jadi tutor dia." Guru muda itu sedikit menjeda bicaranya guna tersenyum lembut kepada Stefy. "Cuma 6 bulan, habis penilaian akhir semester kamu dah bebas buat belajar sendiri."
Stefy masih berpikir saat ini, bukan, Stefy bukanya benci kepada Hilmi hanya saja lebih baik dirinya sama sekali tidak berhubungan dengan cowok itu jika ingin hubungannya dan David kembali seperti semula. Tapi mau bagaimana lagi, keputusan wali kelasnya sangat sulit untuk diubah. Gadis itu mengangguk perlahan dengan sedikit ragu tentunya. "Gitu dong, makasih ya. Nanti Hilmi nyamperin kamu pulang sekolah. Terserah kalian mau gimana belajarnya, Pak Agung pergi dulu."
"Iya Pak."
Stefypun keluar dari ruang guru dengan muka masamnya. Bagaimana tidak? Selama 6 bulan kedepan gadis itu harus menjadi tutor orang yang seharusnya ia hindari. Tapi, mau bagaimana lagi? Tidak ada pilihan bagi Stefy kala itu. "Muka lo kenapa dah?" Tanya Nita yang saat itu menunggu Stefy tepat di depan pintu ruang guru.
"Gak ada."
"Boong lu. Cerita napa!"
Stefy menghela napas sebelum berbicara kepada Nita. "Gue jadi tutornya nya Hilmi."
Sontak hal ini membuat Nita membolakan matanya dan mulitnya menganga lebar untuk bebeapa saat. "What the f-mmm"
"Gak usah ngomong kasar apalagi di depan ruang guru." Ucap Stefy sambil membekap mulut Nita dengan tangan kananya. "Balik ke kelas aja."
Seperti yang dikatakan Pak Agung padanya, Hilmi kini tengah menuju kelas Stefy, tentunya untuk membicarakan perihal belajar. Padahal saat istirahat tadi Stefy sudah meminta Hilmi agar tidak menampakan diri di depan David untuk sementara waktu. Lagi-lagi, kalau satu kali langsung menurut namanya bukan Hilmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[SDS#1]Senja Ingkar Janji
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] .... Bukan kisah cinta, hanya cerita biasa yang dirangkai dengan berbagai rasa. Kisah sekumpulan remaja yang sedang menikmati masanya bermain namun harus didewasakan oleh keadaan dengan munculnya sekelompok orang yang memili...