7. SORRY

48 6 5
                                    

[Vote before reading this chapter]

"Maksud lo apa sih Vid? Gue gak ngira kalo sampe lo main tangan gitu." Kedua remaja tersebut sedang duduk bersebelahan di dalam mobil dalam perjalanan pulang. Dugaanya benar, pasti Stefy mengira dirinya yang salah 100%. Cowok itu memilih diam daripada harus mendebatkan hal yang sama sekali tidak penting baginya. "Weh, diem aja lo. Berarti bener lo yang nyerang duluan. Bego jang-"

"Kalo gak tahu masalahnya mending diem!" Ucapan gadis itu dipotong langsung oleh David dengan nada yang sedikit ia tinggikan. Hal itu sukses membuat Stefy diam untuk smentara waktu, setidaknya sampai dirinya tiba di rumah.

*************

Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Stefy. Cewek ini bahkan langsung terlelap tanpa mengganti seragamnya terlebih dahulu. "Stef." Panggil wanita paruh baya yang sepertinya baru pulang bekerja sesaat setelah membuka pintu rumahnya.

Ayla Luciana Gunawan, Istri pengusaha terkenal sekaligus Ibu dari dua putri cantik Surya Winata. Berjalan menuju kamar putri bungsunya yang sudah ia duga kelelahan hari ini, membuka pintu kayu ber cat putih itu dengan hati-hati. "Hmm, kebiasaan."

Ibu dua anak tersebut kemudian membenarkan posisi tidur si bungsu lalu mengecup keningnya sebelum keluar kamar yang bernuansa hitam dan abu-abu. Jangan bayangkan kamar Stefy itu bernuansa pink atau warna-warna khas wanita, karena semua warna itu sangat menyilaukan di mata Stefy.

Jam kini sudah menunjukkan pukul 18.00 WIB, setelah selesai melaksanakan kewajibanya, Stefy keluar kamar untuk makan malam. Satu persatu anak tangga ia turini, sampai pada anak tangga terakhir. Tunggu, kenapa rumahnya sepi sekali. Perasaan tadi Stefy mendengar suara dan harum masakan, tidak mungkin itu adalah pembantu di rumahnya, karena pada dasarnya rumah Stefy tidak memiliki pembantu selain security dan supir.

"Mamah sama Papah kemana ya? Perasaan tadi gue denger mamah masak deh. Tapi kok gak ada makanannya ya?" Gadis dengan setelan piyama tidur hitam dan sandal bulu-bulu warna abu-abu itu memilih duduk di sofa ruang tamu sembari memainkan hp nya. Membuka aplikasi-aplikasi sosial media yang dia punya untuk mengusir kejenuhan.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Papah sama Mamah dari mana?"

"Dari rumah David, jengukin dia." Jawab Surya dengan senyum yang mengembang dan menghampiri putri bungsunya itu. Stefy sempat berpikir, separah apa sampai David dijeguk orang tuanya. Perasaan tadi saat diantar Stefy pulang cowok itu baik-baik saja. "Tangannya retak, sekalian aja Papah sama Mamah main kesana."

Retak? Separah apa David memukul Hilmi sampai tanganya retak? Masalahnya bukan separah apa atau sekuat apa David memukul Hilmi, tangan cowok itu bisa sampai retak dikarenakan Hilmi yang membenturkan tangan David ke pohon dengan keras. Hal itu juga yang membuat David berani untuk membalas serangan Hilmi padanya.

Melihat ekspresi wajah Stefy yang datar dan sepertinya gadis itu masih berpikir keras apa yang sebenarnya terjadi, Ayla langsung mengajak keluarga kecilnya itu makan malam. "Udah, sekarang David dah baik-baik aja. Mending kita makan, tadi Bunda Nurul kasih kamu makanan ini. Katanya kamu suka banget, makan yuk!" Makan malam hari itu sedikit berbeda dengan diamnya Stefy.

 Katanya kamu suka banget, makan yuk!" Makan malam hari itu sedikit berbeda dengan diamnya Stefy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[SDS#1]Senja Ingkar JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang