22. CRUBLE AND FADE

28 6 0
                                    

[Vote before reading this chapter]

Hari yang dinanti-nanti oleh para pendukung club David pun tiba. Hari ini adalah final antara club David melawan club Alex. Ya, Alex yang sama yang merupakan rival abadi David Angga Danendra. Tentu acara kali ini diluar acara sekolah mereka berdua, yang jelas pertandingan final kali ini akan sangat menarik karena ini pertandingan pertama di luar kegiatan sekolah bagi Alex setelah mengalami cidera yang cukup parah beberapa bulan lalu.

"Lo jodoh apa yah sama Alex sampe final gini aja ketemu lagi." Chaca yang mengatakannya langsung mendapat tatapan tidak bersahabat dari David. Ya, jangan tanyakan apakah Nita dan Stefy ikut juga. Jawabannya pasti iya, dimana ada David cs disitu pasti ada Stefy cs juga. "Natepnya biasa aja kali. Bercanda doang, kayak perawan lu, baperan."

"Bacot."

Hanya satu kata yang David ucapkan sebelum meninggalkan sahabat-sahabatnya untuk bergabung ke tim yang sudah satu tahun bersamanya. Memang Ferdy, Chiko dan Erik tidak ikut bergabung ke tim yang bernama Phoenix itu, tapi ketiga cowok tersebut selalu menyaksikan pertandingan demi pertandingan yang David mainkan. Terkecuali Erik yang baru setengah tahun pindah ke Jakarta.

Keenam remaja SMP tersebut duduk berderet di tribun paling depan sambil menantikan pertandingan itu dimulai. Setiap pergerakan David, tak ada yang luput dari pandangan Stefy. Matanya memancarkan sesuatu yang sulit diartikan. Tingkahnya selama dua hari terakhir juga sedikit aneh, jarang berbicara dan sulit untuk diajak kumpul.

Pada awalnya Stefy juga tidak mau menonton pertandingan ini dengan alasan dirinya belum pulih. Namun dengan segala bujuk rayu kedua setan yang tak lain dan tak bukan adalah Nita dan Chaca, gadis itu berhasil berada di tribun penonton dengan penampilan yang sederhana sekaligus anggun.

Rok merah kotak-kotak yang dipadukan dengan sweater matcha serta sneakers putih membuat Stefy berkali-kali lipat lebih cantik dari biasanya. Rambut hitam tebal dan bergelombang miliknya yang sudah cukup panjang ia biarkan tergerai itu lebih menambah kecantikannya malam ini.

Hal itu juga yang diperhatikan David dari tadi, disaat teman-temannya pemanasan David justru sibuk menatap Stefy dari bawah sana dengan tatapan penuh makna dan harapan, berbeda dengan tatapan Stefy tadi.

Cowok yang saat ini memakai jersey basket berwarna hitam dengan aksen emas itu mulai tersadar dari lamunanya dan mengalihkan pandangan saat Stefy tiba-tiba melihat kearahnya. Karena penasaran David kembali melihat kearah Stefy dan ternyata gadis itu masih memandanginya dan kini malah tersenyum ke arahnya dengan begitu manis.

Tiba-tiba pikiran cowok itu idak bisa jernih dan masih terbayang senyum Stefy tadi. Walau ini memang bukan pertama kalinya David melihat senyuman manis Stefy, namun ini pertama kali baginya melihat senyum Stefy yang hanya ditujukan ke dirinya. "Kenapa gue salting."

David memilih memakai sepatu basket berwarna hitam dengan aksen emas sama seperti baju dan headband hitam dengan bordir emas pada tulisan namanya guna mengalihkan pikiran dari senyuman Stefy tadi. "Sorry Vid."

****************

Pertandingan tersebut sudah berlangsung, dan ini adalah babak terakhir. Seperti yang pendukung Phoenix harapkan, Phoenix bisa unggul dari tim lawan dengan gap yang cukup jauh. Performa David malam ini juga patut diacungi jempol, mungkin semangat cowok itu bertambah karena adanya Stefy dan kejadian di awal tadi.

Tim Alex sudah melawan sekuat tenaga mereka, dengan kondisi Alex yang belum seratus persen pulih mereka tidak bisa apa-apa selain menunggu keajaiban. Kali ini tidak ada yang bermain curang bahkan emosi pun tidak ada di dalam pertandingan kali ini.

[SDS#1]Senja Ingkar JanjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang