10. Undangan Wawancara

494 97 50
                                    

Part ini banyakan dialognya daripada narasinya. Wakakakakaka. Selamat membaca dan berkomentar!

(•‿•)(•‿•)(•‿•)

Meski bel istirahat kedua sudah menggema, Inara masih tepekur menatapi layar ponselnya. Berkali-kali ia mengetik lalu menghapus pesannya untuk Ilyas, lantaran tak terlalu percaya diri untuk meminta agar cowok itu mau diwawancara. Terlebih, ia bingung harus memanggil Ilyas dengan nama saja atau sebutan apa.

Jika Inara meminta Winda, teman di tim jurnalistik untuk melakukan kesepakatan dengan Ilyas melalui ponsel, sama saja ia membongkar privasi vokalis Tambal Band. Pasalnya, ia mesti memberikan nomor ponsel pribadi Ilyas kepada rekannya itu. Padahal, ia sendiri masih bingung dari mana dirinya mendapatkan nomor Ilyas atau dari mana Ilyas bisa mempunyai nomor ponselnya.

Inara: [Kak, bisa minta waktu buat wawancara, gak?]

Selepas mengirim pesan, Inara menghela napas lega. Satu tugasnya untuk bertanya sudah terlaksana.

"Ke kantin nggak nih, Ra?" tanya Risa memastikan, saat dirinya tak menemukan gerak-gerik Inara akan mengajaknya jajan.

"Ayok!" ajak Inara tanpa pikir panjang, tak ingin memikirkan isi pesannya yang baru saja ia kirim kepada nomor Ilyas. Masalah Ilyas mau atau tidak mau diwawancara, sudah di luar kuasanya. Lagi pun, dirinya bukan orang pertama yang 'ditolak' oleh Ilyas. Justru akan sangat aneh jika tiba-tiba Ilyas menerima tawaran wawancara darinya.

Baru saja Inara duduk di salah satu kursi kantin yang ternyata ramai, ia sudah mendengar bunyi pemberitahuan pesan baru.

Orang Gila: [tumben manis]

Orang Gila: [kapan?]

Eh, Ilyas bersedia?

Inara: [Masih pertengahan bulan depan, sih. Tapi karena aku tau kakak pasti sibuk banget, makanya aku minta izin mulai sekarang. Jadi, kakak mau, gak?]

"Lo mau makan apa, Ra?" tanya Risa. Cewek itu mengerti kesibukan kesibukan sahabatnya, makanya ia berusaha membantu dengan memesankan makanan bagi mereka berdua.

Sebelum menjawab, Inara tersenyum kepada Risa. Entah kenapa, wajah gadis itu nampak lebih semringah karena baru saja mendapatkan firasat baik. "Soto ayam."

"Minumnya?"

"Biasa, air bening."

Setelah Risa berlalu untuk memesan makanan, Inara kembali menatap layar ponsel.

Orang Gila: [pertengahan bulan depan, kan? oke]

"Ilyas beneran mau?" tanya Inara di dalam hati. Tahu bahwa akan sebegitu gampangnya cowok itu menyepakati tawarannya sih, sejak kemarin-kemarin sudah Inara bilang!

Tetapi tidak apa-apa. Begini saja Inara sudah senang bukan main. Makanya ia akan bersikap semanis mungkin agar tujuannya bisa tercapai. Dan, langkah pertama untuk menunjukkan sikap manisnya adalah mengganti nama kontak 'Orang Gila' menjadi 'Kak Ilyas'.

Inara: [Iya. Masih pertengahan bulan depan. Terbitnya juga masih agak lama, bertepatan sama hari jadi SMA Semesta. Jadi, aku sih ngikut aja kakak mau gabung sama anak tambal band yg lain atau mau diadain acara khusus buat kakak doang. Malah kata ketua tim jurnalistikku, boleh dua-duanya. Hehehe. Mau kan, Kak?]

Tanpa basa-basi lebih lama, Inara segera mengabarkan berita baik ini kepada Esti.

Inara: [Ilyas mau wawancara sama kita. Hampir deal, nih]

Setala GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang