19. Tukang Lipsync

363 80 5
                                    

Setelah sekian lama ketik hapus ketik hapus, akhirnya update!!

(•‿•)(•‿•)(•‿•)

[Kakak lipsync, ya?

Kirim.

Inara kembali membaca pesan yang baru saja ia kirimkan kepada Ilyas. Sebab, sampai detik ini ia sendiri tak percaya bahwa Ilyas yang melantunkan lagu religi. Apalagi jika ia membenarkan dugaan bahwa cowok itu yang tadi sore mengumandangkan azan, itu sama saja dengan fitnah, meski fitnahnya tergolong sangat baik. Maka, lebih baik ia bertanya saja.

Belum sempat mendapatkan balasan yang ditunggu, Inara mengalihkan perhatiannya pada kontak bernama Risa yang baru saja mengiriminya pesan.

Risa Cangtip 🥰

[gimana tadi? rame?]

[Rame dong]

[kalo rame, kencan lo gimana jadinya?]


[Gak ada kencan2 ya. Orang cuma ngobrol bentar]


[ngobrol bentaran kalo sama pacar mah tetep aja namanya kencan, markonah]

[Gitu ya?]


[iya dong]


[Baru tau. Namanya juga baru pertama punya pacar 🙈🤣]

[pantesan norak]

[buat pelajaran kencan selanjutnya, wkwk]

[Siap. Besok2 udah pro]

Kali ini pandangan Inara bergulir ke pesan yang baru saja masuk.

Revan


[Katanya janjian kencan sama pacar? Kok tadi kamu pulang sendiri?]

[Kan pacarku punya urusan lain, gak cuma pacaran doang]

"Emangnya situ, katanya wakil ketua OSIS tapi kayaknya nggak ada kerjaan selain ngurusin kegiatanku doang," lanjut Inara di dalam hati.

[Kalo aku sih gak bkln lari dari tanggung jawab ke pacar, sesibuk apa pun. Yg namanya orang pacaran kan udah berkomitmen buat saling jaga, termasuk mastiin pacar pulang dlm keadaan selamat. Gak bisa seenaknya. Itu kalo aku, sih. Mungkin beda prinsip sama pacarmu]

[Maksud kamu ngirimin aku pesan kayak gini apa sih Van? Heran bgt aku]

[Cuma ngasih tau, bedanya cowok bertanggung jawab n ga. Tapi cowok kamu nganterin ceweknya aja gamau. Mana sisi bertanggung jawabnya dia?]

[Fine. Cowokku emang gak bertanggung jawab. Trus urusannya sama kamu apa? Kenapa jd kamu yg sewot, seakan-akan kamu yg gak dianter pulang sama dia?]

[aku sih ga peduli sama cowok kamu. aku pedulinya ke kamu. gak habis pikir aja. bisa-bisanya cowok kamu kayak gitu]

[Aku aja gak masalah gak dianterin. Aku berani pulang sendiri. Malah kalo dikit-dikit dianterin terus, yg ada aku bergantung terus ke dia.]

Inara hanya memandang layar ponselnya, sambil berkerut dahi. Percakapannya barusan bersama Revan telah membuka satu hal yang janggal: ternyata, syarat bagi laki-laki agar bisa dianggap bertanggung jawab adalah mengantarkan pacarnya pulang? Sedangkan jika pada waktu yang sama ada urusan lain yang tak bisa ditinggal, misalnya menjemput ibunya di pasar, lalu meminta secara baik-baik kepada pacarnya agar mau pulang sendiri, bukan lagi cowok bertanggung jawab?

Setala GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang