Aaaaa, kangen kalian, pembaca-pembaca sekalian!!!!!
***
Sejak terputusnya panggilan video dua malam yang lalu, Ilyas merasa ada perubahan sikap yang terjadi pada Inara. Pacarnya itu tak sekali pun mengangkat panggilannya, juga tak membaca apalagi membalas pesan-pesannya, meski sering online.
"Padahal dia pasti lihatin story," gumam Ilyas tak mengerti. "Jadi, nggak mungkin kalau kuotanya habis."
Dia sungguh tak paham apa yang sebenarnya terjadi sehingga sikap Inara berubah drastis begini.
Ilyas: aku samperin ke sekolah kalo gitu
Ancaman dan pancingan-pancingan semacam itu tak juga membuat Ilyas lekas mendapatkan balasan. Padahal biasanya, cewek yang saat ini membuatnya uring-uringan itu langsung membalas. Walau nyolot dan terkesan tak berakhlak, itu jauh lebih baik daripada didiamkan seperti ini.
Ilyas: gak kangen emangnya?
Ilyas: terakhir kali kita ngobrol, perasaan baik-baik aja. kita gak berantem
Ilyas: katanya mau wawancara? aku udah mau padahal. gak perlu banyak syarat. anggap aja yg hari rabu itu kencan, biarpun gak seharian.
Tak juga dibalas. Tidak juga dibaca. Entah memang tak dibaca betulan atau Inara sengaja menonaktifkan fitur centang biru. Atau entah alasan lain apa lagi.
Merasa tak punya kesibukan yang berarti, cowok itu benar-benar berkunjung ke SMA Semesta, seusai jadwal kelas pamungkas sudah berakhir. Teriakan Vano yang memanggil bahkan dia abaikan begitu saja.
Ilyas benar-benar tidak mengerti, mengapa dirinya bisa sebingung ini dengan sikap diam pacarnya. Dia sudah celingukan di depan gerbang SMA Semesta, menunggu Inara yang diharapkan belum pulang sehingga bisa dia temui saat ini juga.
"Cari siapa, sih?" tanya salah seorang siswi yang baru saja keluar dari arah gerbang. Cewek itu nampak meneliti penampilan Ilyas, dari atas ke bawah. "Eh, lo pacarnya Inara, bukan?" tebak cewek itu sok tahu, tetapi seketika saja diangguki oleh Ilyas.
"Terus, dia di mana?" tanya Ilyas.
"Udah pulang. Tadi sih Inara bilang, hari ini ada jadwal wawancara, makanya sewaktu bel dia langsung keluar kelas."
Mendengar penjelasan barusan, Ilyas berterima kasih, kemudian cepat-cepat hendak pergi sebelum tatapan dari sosok di hadapannya itu kian mengulitinya hidup-hidup.
"Eh, kenalan, dong. Gue Risa, sahabatnya Inara. Nama lo siapa?"
Sebelum langkahnya kian jauh, Ilyas berhenti sebentar. Cowok itu menoleh.
"Masker juga dibuka, kalau mau lebih sopan."
Ilyas hanya menaikkan alisnya yang sebelah kiri. Heran.
"Yaelah, sok misterius banget. Gue juga nggak bakalan ngrebut pacar sahabat gue sendiri, seganteng-gantengnya elo."
Ilyas tak jadi menerima ajakan kenalan itu. Dia ini memang baperan, makanya sekali saja dibilang sok misterius, dia langsung tak mau mendengar apa pun lagi. Lebih-lebih, cewek yang mengaku sebagai sahabat Inara ini bisa saja hanya mengaku-ngaku.
"Dih, sombong banget jadi orang!" maki Risa, ketika pacar Inara itu malah pergi begitu saja.
"Siapa?"
Risa menoleh mendengar pertanyaan barusan, dan ia menemukan Revan berdiri di belakangnya. "Pacarnya Inara."
"Dia?" tunjuk Revan tak menyangka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setala Gema
Teen Fiction"Kalau mau minta wawancara khusus apalagi minta putus ...." Jeda sesaat. Ilyas tersenyum menatap lawan bicaranya. "Syaratnya, kita harus kencan seharian. Masa, selama jadian kita nggak pernah jalan? Padahal kamu yang nembak, biarpun kamu sering pura...