9. Ketua OSIS

528 105 61
                                    

Mari penuhi setiap paragraf dengan komentar! Hahahaha.

///

Agenda utama Inara pada pekan depan adalah mewawancarai Arham, cowok kelas dua belas yang sekarang menjabat sebagai ketua OSIS SMA Semesta. Ini merupakan program tahunan saban kali masa kepemimpinan organisasi siswa intra sekolah hampir habis dan akan dirombak pada periode setelahnya.

"Nanti sekalian aku bilangin ke Kak Arham. Soalnya tadi kata temenku yang anak OSIS, OSIS lagi ada rapat. Kan Kak Arham belum tentu bisa ditemui, kalau nggak waktu-waktu kayak gini," ucap Inara, memberi kepastian perihal kesediaan Arham.

"Oke, deh. Berarti bisa dibilang, sejauh ini nggak ada kendala soal wawancara sama Kak Arham." Esti mengangguk-angguk. "Kalau jadwal wawancara Tambal Band udah clear waktunya, kan?" tanya Esti, di tengah pertemuan kali ini.

"Udah. Pertengahan bulan depan. Jadi, bisa buat ngisi majalah edisi spesial hari lahir sekolah kita," jawab Inara mantap.

"Ilyas, gimana? Mau gabung?"

"Ilyas, ya?" Kali ini Inara menyatukan bibir sembari berpikir. Pasalnya, ia memang belum mengomunikasikannya dengan Ilyas. "Belum ada kabar, sih, Kak. Aku juga nggak yakin kalau dia mau diwawancara."

Kini, Esti tampak tengah berpikir keras. "Iya juga, sih. Tapi kalau bisa, dia ikut diwawancara. Itu bisa jadi nilai plus buat majalah sekolah."

Inara mengangguk satu kali. Gerakannya pelan. "Diusahakan."

"Yang lain, ada masalah?" tanya Esti, beralih bertanya kepada semua kru majalah sekolah yang berjumlah lima belas orang. "Kru dokumentasi, ada masalah?"

"Nggak ada. Semuanya aman. Handy cam normal, buku notulensi juga masih banyak yang kosong," jawab Angga.

"Oke. Kalau konten di setiap rubrik, gimana? Udah setor semua?"

"Udah, Kak."

"Bagian ilustrasi?"

"Sudah beres!"

Sekarang, setiap anggota melaporkan bagiannya masing-masing.

Sambil menunggu kegiatan rapat jurnalistik ditutup, Inara membuka map plastik bertali yang berisi lembaran-lembaran kertas artikel yang rencananya akan dimuat dalam majalah sekolah pada bulan selanjutnya. Lantas ia membaca ulang beberapa artikel yang dari judulnya saja sudah menggelitik. Lalu, di antara artikel-artikel itu, ia pun menemukan jadwal agenda yang tadi sudah disampaikan oleh Esti, ketua komunitas jurnalistik sekolah.

"Berhubung hari makin sore, pertemuan kali ini aku tutup sampai di sini. Mohon maaf kalau selama jalannya rapat, ada banyak salah kata. Selamat sore, semuanya!"

Seusai pertemuan ditutup oleh Esti, setiap anggota tim jurnalistik pun keluar dari ruangan. Tak terkecuali Inara, yang langsung menuju ruang OSIS untuk menunggu Arham selesai rapat. Akan tetapi, sebelumnya ia mengirimkan pesan kepada Revan.

Inara: [Rapatnya blm selesai, kan?]

Revan: [belum. malah baru mulai, soalnya tadi nunggu yg lain dulu]

Inara: [Oh. Kalo gitu aku salat asar dulu gpp kali ya?]

Revan: [gapapa.]

Revan: [mau sekalian makan dulu juga gapapa. dari tadi blm makan, kan?]

Tanpa membalas pesan terakhir dari Revan, Inara cepat-cepat menuju musala sekolah untuk melaksanakan niatnya. Baru setelah itu ia akan melangkah ke ruang OSIS.

Setala GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang