6. Beda Laku

612 125 55
                                    

Nggak bosen-bosen saya ingatkan, ini cerita remaja buat lucu-lucuan. Karena ini buat pelarian dari cerita sebelah yang lagi nangis-nangis. Wkwkwk.

Yowis, ayo cus!

🍂🍂

"Tarik, Sis! Semongko!"

Inara terbengong selama beberapa detik ketika dua remaja laki-laki yang berdiri di tengah lingkaran yang telah ia bentuk itu berteriak begitu. Di lain sisi, para peserta yang duduk membentuk lingkaran, menciptakan kehebohan yang tak terbendung karena tertawa geli.

Kelompok yang Inara ampu itu memanfaatkan waktu yang diberikan untuk latihan pertunjukan yel-yel, sebagaimana yang diperintahkan tadi. Inara bahkan sampai harus menahan diri agar tak tertawa terbahak-bahak saat melihat apa yang terpampang di hadapannya.

Bayangkan saja. Dua remaja laki-laki di tengah lingkaran itu bergoyang bagaikan mendengar gendang pada musik koplo. Terlebih, gerakan keduanya gemulai sekali. Lalu mereka melantunkan yel-yel sekenanya, yang penting tidak lepas dari dangdut koplo dan hanya mengganti liriknya agar tetap menyambung!

"Kini tinggal kelompok kitaaa... Yang dibuang tetap berjuaaang... Walau Kakak yang itu jijiiik, ada Kak Inara yang cantiiik!"

Inara yang semula masih tertawa geli, seketika terbengong lagi. Perasaannya antara terncengang dan terharu. Itu kenapa namanya ikut tersangkut di situ juga?

"Lah, kenapa ada nama saya juga?" tanya Inara akhirnya.

"Soalnya kalau Kak Inara nggak mau bimbing kami kayak kakak-kakak yang lain, kami dibimbing siapa? Tadi saja kakak yang itu jijik banget."

Baiklah, terima saja pembelaan barusan. Karena tidak merugikan pihak mana pun.

Awalnya, Inara mengira bahwa pada pelaksanaan masa orientasi akan membosankan dan para pesertanya hanya manut saja kepadanya. Nyatanya, para peserta dari kelompok yang ia ampu justru tak berhenti membuatnya tertawa. Padahal, regu ini merupakan regu buangan. Dua teman Inara yang kebagian regu ini saja sampai meminta kepada Revan untuk diganti karena tidak sanggup membimbing, lantaran belum masuk standar sebagaimana yang diharapkan oleh kawan Inara itu.

Bayangkan saja. Ketika pertama Inara menghampiri, dua anak laki-laki itu sudah diragukan untuk menjadi ketua dan wakil ketua. Sebagian peserta perempuan pun masih malu-malu. Berbeda halnya dengan regu yang pertama Inara bimbing, yang berisi peserta-peserta yang sudah 'bagus' dari sananya, dengan anggota laki-laki yang sudah memiliki jiwa pemimpin.

Tetapi yang Inara syukuri adalah keputusannya menerima lemparan tanggung jawab dari dua temannya malah membawanya pada keseruan yang semula tak pernah terbayangkan. Jika tadi dirinya merasa kaku karena kelompoknya terlampau serius, kini suasana bisa cair sedemikian rupa.

Setidaknya dengan suasana yang sesantai ini, Inara jadi lupa kejadian aneh nan membingungkan pada pagi hari tadi.

"Berhubung cewek itu lo, ya udah, gue mau jadi pacar lo. Jadi, mulai sekarang kita jadian."

Apa-apaan itu? Seorang cowok, datang tanpa diundang, tiba-tiba berbicara melantur begitu.

"Tarik, Sis! Semongko!"

Senggakan itu, lagi-lagi terdengar di telinga Inara. Dilanjutkan dengan yel-yel yang masih sekenanya. Dan keriuhan pun berlanjut, hingga menarik perhatian Revan yang kini mulai mendekat.

"Rame bener. Kedengaran sampai sana, tuh." Revan tersenyum, meski Inara belum menoleh padanya. "Nih, minum dulu," lanjutnya seraya menyerahkan sebotol air mineral kepada lawan bicaranya itu. Walau ekspresi santai Inara seketika berubah judes ketika berhadapan dengannya, tidak apa. Karena yang paling penting Inara tahu bahwa ia memperhatikan gadis itu.

Setala GemaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang