026. JISUNG SAKIT

6K 813 139
                                    

“Uhuk!”

Jisung terbatuk entah untuk yang ke berapa kalinya malam itu. Lelaki manis itu bergelung dalam selimut, membaca buku tebal untuk ujian esok hari.

Jisung sedang kurang sehat. Pusing, badan pegal, serta batuk mengganggu kegiatan belajarnya. Padahal besok ia ada ujian penting yang materinya cukup sulit. Jadilah ia mau tak mau harus belajar dalam kondisi sakit.

“Masih belum enakan Ji?” tanya Minho yang kini duduk di sampingnya, menjaga jarak sesuai dengan perintah Jisung karena lelaki manis itu tidak mau Minho tertular flu. Padahal lelaki Lee itu sudah sengaja pulang cepat setelah Jisung mengeluh tidak enak badan.

Jisung menggeleng singkat, menjawab pertanyaan Minho sambil rapatkan selimut ke tubuh mungilnya yang lemas juga meriang.

“Minum obat ya?”

“Gak mau. Biasa ini mah flu doang,” tolak Jisung mentah-mentah. Alasan doang sih, sebenarnya. Jisung tidak suka minum obat. Ia selalu kesulitan menelan butir-butir pil. Bahkan, pernah sekali Jisung berakhir mengemut obat yang ada di dalam mulut karena tidak berhasil menelan benda kecil itu. Berterima kasihlah pada Felix yang saat itu memaksa Jisung untuk minum obat. Ia tidak mau lagi berurusan dengan pil pahit itu.

“Tapi kan bisa lebih enakan, Sayang?” bujuk Minho dengan wajah khawatir.

“Gak mau. Aku trauma sama yang namanya obat.”

Minho menghela napas. Jisung selalu saja keras kepala dan ia tidak bisa berbuat apapun untuk itu. Lelaki Lee itu menyerah, memilih untuk tetap diam sambil pantau terus kondisi Jisung sambil melakukan pekerjaannya.

Dua puluh menit dilalui dengan kondisi hening. Keduanya sibuk berkutat dengan pekerjaan masing-masing sebelum satu dengkuran halus terdengar dari arah kasur, membuat Minho menoleh ke arah sumber suara.

Ah, Jisung tertidur rupanya. Ia terkekeh kecil sebelum bangkit dari kursi untuk melangkah ke arah kasur. Berniat untuk rapikan sedikit posisi tidur Jisung yang berantakan lalu selimuti tubuh kecil itu.

Minho merendahkan tubuh, mengecup singkat kening Jisung yang sedikit panas lalu mengusap singkat rambut yang lebih muda.

“Sleep well, love.”

.

.

.

Kondisi Jisung keesokan paginya tidak bisa disebut baik sama sekali. Lelaki manis itu bahkan sudah menghabiskan waktu lebih dari 10 menit untuk memuntahkan isi perutnya—yang hanya air—di kamar mandi. Membuat Minho terbangun karena panik juga ikut pusing dengan kondisi Jisung.

“Ke dokter ya Ji? Yuk, Kakak anter,” bujuk Minho untuk yang ke sekian kalinya. Tapi, lagi-lagi Jisung menolak ajakan Minho dengan rengekan keras. Tubuhnya yang lemas kini terduduk di atas kloset.

“Huwe, nggak mauuu! Nggaaaaaak mau ke rumah sakit!”

Minho memijat pangkal hidungnya, berpikir keras tentang bagaimana ia harus hadapi Jisung hari ini. Ia pun mengangguk pasrah, mengusap kening Jisung yang basah akan peluh.

“Yaudah, ayo ke kamar lagi. Udah selesai kan?” tanya Minho yang disambut dengan anggukan kepala Jisung. Lantas, ia menggendong tubuh Jisung untuk kembali ia tidurkan di atas kasur.

Sayang, tidak sampai lima menit Jisung menidurkan diri di kasur, mual itu kembali datang. Membuat Jisung mau tak mau harus lari lagi ke kamar mandi untuk keluarkan isi perut.

MINSUNG: MARRIED BY CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang