003. HALTE BUS

5.4K 906 47
                                    

Minho berdiri di halte bus dengan satu tangan tersimpan di saku celana dan satu tangan lain memainkan ponsel di genggaman, membaca beberapa dokumen penting sembari menunggu bus datang. Seo Changbin, sekretaris Minho, benar-benar tidak menjawab satu pun panggilan darinya. Minho jadi kesal setengah mati.

Di tengah kesibukan membaca dokumen, gerutuan lelaki lain berambut cokelat terang menarik perhatian Minho. Pasalnya, ia tidak bisa berhenti bicara walau mulutnya masih sibuk mencecap rasa es krim mint choco.

Entah apa yang lelaki manis itu dumeli. Minho tidak terlalu peduli, yang jelas... lelaki di sampingnya ini bawel. Sangat, bahkan.

Minho berusaha untuk mengabaikan ocehan lelaki itu hingga satu kalimat meluncur keluar darinya, "Gimana dong gue bayar kuliah... Masa gue berhenti? Padahal udah sejauh ini."

Suara lelaki itu cukup keras hingga bisa Minho dengar dengan jelas. Tanpa Minho sadari, ia pun mendengarkan setiap kalimat yang selanjutnya keluar dari bilah ranum lelaki itu.

"Udah kerja di tiga tempat, masih aja gak cukup buat bayar kuliah. Mana dipecat di toko roti. Duh, dunia kenapa sih jahat banget sama gue."

Bibir lelaki itu—Jisung—mengerucut lucu, mengundang decakan geli dari Minho yang berhasil menarik atensinya. Jisung menatap Minho dengan pandangan heran, lebih tepatnya menyelidik.

"Lo nguping ya?!" galak Jisung pada Minho sembari menyuap es krim terakhir. Minho buru-buru menggeleng, tidak ingin disangka buruk.

"Mana ada. Suara lo tuh ngedumel kenceng banget sampe satu dunia bisa denger."

Hiperbola.

Jisung memutar bola matanya, malas menanggapi jawaban Minho. Tadinya, Jisung sudah tidak mau berurusan dengan lelaki itu tapi... Minho membawa satu topik yang sangat penting untuk kelanjutan hidup Jisung.

"Lo lagi butuh uang?"

Jisung mengangguk singkat tanpa memandang Minho, gengsi. Sementara itu, lelaki yang lebih tua tampak tenggelam dalam pikirannya sendiri. Kedua manik gelap Minho menatap Jisung dari ujung kepala hingga ujung kaki, seolah menilai latar belakang Jisung hanya dengan sekilas pandang.

Laki-laki, anak kuliah, bekerja di tiga tempat, kesulitan ekonomi, mandiri, dan... manis. Oke, satu ide gila terlintas dalam benak Minho.

"Nikah sama gue yuk?"

"LO SINTING?!"

Yap, tentu saja. Semua orang di sekitar langsung menjatuhkan atensi mereka pada dua anak adam itu. Bertanya-tanya, apa yang sedang mereka bicarakan?

Minho menempelkan jari telunjuknya di bibir, memberikan isyarat agar Jisung diam. Tapi, bukan Jisung namanya jika tidak bereaksi berlebihan.

"LO NGAJAK GUE NI-" Kalimat Jisung selanjutnya tertahan karena Minho yang membekap mulutnya. Tanpa babibu, ia menyeret Jisung menuju tempat yang lebih sepi. Sedangkan Jisung masih memberontak dalam dekapan Minho, ia panik. Takut diculik.

"ARGH! BANGSAT!"

Itu umpatan dari Minho. Jisung baru saja menggigit telapak tangan Minho kuat-kuat, membuat yang lebih tua refleks melepas bekapannya.

"APA SIH PAKE BEKEP-BEKEPAN?! Kurang ajar lo ya!" teriak Jisung sembari menggebuki Minho dengan tas selempang yang ia bawa. Minho buru-buru menahan pergerakan Jisung, tidak ingin babak belur hanya karena tas selempang. Bisa hancur reputasinya.

"Diem dulu! Dengerin gue, woi!"

Jisung menghentikan serangannya, menghela napas keras-keras untuk meredam emosi. Siapa pula yang bisa tidak kesal kalau diperlakukan seperti itu oleh orang yang tidak dikenal? Sudah diledeki, tiba-tiba diajak nikah, lalu dibekap. Benar-benar orang gila, begitu kata Jisung.

Minho berdiri tegap, merapikan kemejanya yang sedikit kusut akibat pertengkaran singkat dengan lelaki di hadapannya. Minho jadi berpikir dua kali untuk bekerja sama dengan Jisung. Lelaki itu terlalu barbar.

"Apa? Mau ngomong apa buruan deh." Jisung membuka pembicaraan. Tidak sabar karena sepertinya bus yang akan ditumpangi Jisung sudah lewat.

Minho menghela napas, berusaha memperpanjang tali kesabarannya. Ia harus melakukan ini untuk menyelamatkan hidupnya dari perjodohan.

"Jadi gini, berhubung lo butuh uang, gue mau ajak lo kerja sama." Minho menjeda bicaranya, berusaha membaca ekspresi wajah Jisung terlebih dahulu.

Aman, oke lanjut.

"Gue mau ajak lo nikah kontrak. Gak selamanya, buat enam bulan aja. Gue bakal bayar lo per hari. Dua juta? Tiga juta? Terserah. Sebut aja nominalnya."

Kedua manik bulat Jisung membola, shock. Apa katanya? Tiga juta per hari? Apa manusia di depannya ini adalah sultan?

Tiga juta satu hari sama dengan Jisung bisa membayar uang kuliah dengan menjadi suami Minho selama lima hari. Gila, apa Jisung bermimpi?

"T—tiga juta per... hari?"

"Iya. Terserah. Lo yang tentuin nominalnya. Kurang? Sepuluh juta mau?"

"E—eh gak gitu! Gila duit lo dari daun apa gimana?!"

Jisung panik. Tangannya bahkan gemetar, tidak percaya dengan tawaran yang Minho beri. Otaknya bekerja dengan cepat, berusaha mempertimbangkan tawaran Minho serasional mungkin. Walau sebenarnya, jiwa miskin Jisung sudah meraung ingin mengiyakan perkataan Minho.

Kapan lagi ia bisa dapat dapat tiga juta per hari?

Tapi, ...

"G—Gue boleh mikir dulu gak?"

... Jisung memilih untuk mengabaikan itu. Pernikahan itu terlalu krusial! Setidaknya biarkan Jisung berpikir untuk satu atau dua hari ke depan.

Raut wajah tidak rela tercetak di wajah Minho, jadi sedikit gugup dengan keputusan lelaki di hadapannya. Namun, ia tetap mengangguk. Menyetujui perkataan Jisung.

Tangan kanan Minho merogoh saku kemeja, mengeluarkan satu lembar kartu nama dan memberikannya pada yang lebih muda.

"Yaudah. Gue tunggu kabar lo paling telat besok. Gue butuh secepatnya nih. Chat gue aja langsung, ok?"

Jisung menyambut pemberian kartu nama itu dan langsung mengantunginya. Ia jadi sedikit tidak fokus. Pikirannya melayang jauh.

"Oke kalo gitu. Gue balik. Gue tunggu kabar lo ya!" Minho pun berlalu, menghentikan taksi lalu masuk ke dalamnya. Meninggalkan Jisung yang masih diam mematung di tempatnya.

Oh Tuhan, Jisung bimbang setengah mati.

.

.

.

tbc.

.

.

.

HALOOOO!!! ADA YANG KANGEN AKU? Gak ada sih pasti. ASJSJS.

Sebelumnya, maaf aku baru bisa update. Urusanku baru selesai jadi aku mutusin untuk update hari ini karena aku baru bisa revisi!

Semoga masih ada yang nunggu buku ini... Aku bakal berusaha rajin update lagi untuk seterusnya yaa! ♡

Anw, feedbacks are appreciated! Maaf kalo chapter ini mungkin kurang greget atau apa karena aku agak buru-buru. Hihiw. ♡

MINSUNG: MARRIED BY CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang