033. LIA

5.9K 778 58
                                    

Setelah menerima panggilan ponsel mendadak dari Mama Lee, Minho dan Jisung lantas langsung pergi meninggalkan apartemen. Mereka bahkan rela memutus diskusi mengenai bayi. Ya, mau bagaimana lagi? Sepertinya panggilan itu sangat mendesak.

Jadilah mereka di sini sekarang. Duduk di ruang tengah kediaman keluarga Lee menghadap Papa dan Mama Lee beserta Lia, gadis yang menjadi alasan kehadiran mereka di sini sekarang.

Setelah menit-menit dilalui dengan hening, Minho pun berinisiatif untuk memulai percakapan. Gak betah juga dia lama-lama duduk diam di sini. Kalau pembicaraannya gak penting, mending dia pacaran sama Jisung, begitu pikirnya.

"Ma, ini ada apa? Kok mendadak panggil kita ke sini?" tanya Minho sambil menatap tiga wajah di hadapannya sementara Jisung memilih untuk tetap bungkam. Entah kenapa ia merasa gelisah. Perasaannya tidak enak hari ini.

Mama Lee tidak memberikan jawaban atas pertanyaan Minho. Justru, Lia yang mengeluarkan selembar kertas dan meletakkannya di atas meja sembari berujar ketus, "You lied to us!"

Minho dan Jisung pun mengalihkan pandang, menatap kertas di atas meja yang sangat mereka kenali apa isinya.

Surat perjanjian kontrak.

Surat yang Minho dan Jisung tandatangani sekitar lima bulan lalu. Jisung menatap Lia dengan pandangan terkejut yang hanya dibalas dengan tatapan remeh dari si gadis manis. Baru saja ia akan bicara, Minho sudah lebih dulu buka suara.

"Lo dapet dari mana ini?"

Lia terkekeh, membenarkan posisi duduknya untuk bersandar pada sofa sambil berujar. "Itu gak penting. Yang jelas ini bukti asli iya kan Kak Minho?"

Gadis itu tersenyum manis kemudian kembali melanjutkan bicaranya. Kali ini ditujukan pada Jisung yang sedang menunduk, enggan menatap tiga orang di hadapan yang menuntut penjelasan.

"Dan yang jelas, cowok satu ini cuma nikahin Kak Minho karena uang."

Jisung mengepalkan tangannya, menatap Lia galak dan beranikan diri untuk menjawab perkataan si gadis. Bagaimana pun juga, Jisung tidak ingin terlihat lemah di hadapan Lia. Ia tidak mau dan tidak akan.

"Shut up. Lo gak tau apa-apa mending diem aja," ujar Jisung berusaha sebisa mungkin menahan emosi.

"Lo lahir dari keluarga kaya raya. Lo gak pernah rasain hidup di posisi gue. Lo gak akan nger-"

"But still! Faktanya di sini lo jual diri ke Kak Minho demi uang kan?! Lo cuma mau uang Kak Minho kan?!"

Ucapan Jisung terputus dengan serentetan kalimat yang keluar dari mulut Lia. Berhasil menohok hati si lelaki manis yang kini hanya mampu tundukkan kepala dalam-dalam. Perkataan Lia seolah berhasil menampar Jisung dengan kenyataan.

Lia benar. Jisung menikah dengan Minho hanya karena uang. Jisung menjual dirinya sendiri untuk menikahi lelaki kaya seperti Minho demi biayai uang kuliahnya.

Di saat seperti ini, Jisung membenci dirinya sendiri. Jisung benci fakta ia miskin. Jisung benci fakta ia hidup sebatang kara. Jisung benci fakta ia masih bernapas sekarang ini. Terlalu banyak masalah datang silih berganti seolah ia tidak diberi waktu untuk bahagia barang sebentar.

Di saat ia merasa kalau semua akan baik-baik saja setelah satu masalah selesai, masalah lain akan muncul dan merusak kebahagiaannya.

Jisung benci semua itu.

Lelaki manis itu kini bungkam. Tidak mampu lagi membalas perkataan Lia.

Sementara Minho hanya mampu genggam erat tangan Jisung, mengusap punggung tangan lelaki itu dengan lembut seolah beri ketenangan barang sebentar. Jisung bisa dengar Minho berdeham, seperti akan kembali melanjutkan percakapan.

"Ma, Pa," panggil Minho sambil hela napas singkat satu kali.

"Sebelumnya Minho minta maaf udah bohongin Mama dan Papa soal pernikahan Minho. At first, Lia benar. Minho dan Jisung menikah hanya karena kerja sama. Minho gak jadi dijodohin dan Jisung bisa lanjut kuliah dengan uang dari Minho," jelas lelaki itu dengan hati-hati. Kedua netra gelap Minho masih terus menatap Mama dan Papa Lee, berusaha membaca ekspresi wajah pasangan paruh baya yang sedari tadi hanya diam.

Tidak mendapatkan tanda-tanda akan memperoleh tanggapan, Minho pun melanjutkan penjelasannya.

"Tapi sekarang, kita saling sayang kok. We want to tell you something but... well, Lia duluan yang ternyata ngasih tau soal ini."

Lia mendelik tajam, merasa disalahkan dengan perkataan Minho. "Kok Kakak nyalahin aku? Aku cuma ngasih tau fakta ke om sama tante! Mereka berhak tau dong kalau selama ini kalian cuma pura-pura!"

"Itu dulu! Sekarang enggak! Jisung bahkan udah hamil anak gue, Lia!"

Tiga pasang mata di sana lantas membola, terkejut dengan perkataan Minho. Jisung semakin menundukkan kepalanya dalam, merasa bersalah karena sudah membohongi kedua orangtua Minho dan sedang hamil sekarang ini. Tangan Jisung secara refleks bergerak menutupi perutnya yang sedikit membuncit, berusaha menyembunyikan perut yang kini ditatap oleh Mama, Papa, dan Lia.

Hening kembali menyelimuti. Minho berusaha menenangkan Jisung yang kini tampak bergetar sementara kedua orangtua Minho beradu pandang.

"Mama kecewa sama kalian," ujar Mama Lee pada akhirnya. Bahu Jisung merosot turun.

Ia takut. Sangat, bahkan. Jisung takut Mama dan Papa Lee akan berperilaku jahat padanya. Ia takut Mama dan Papa Lee tidak akan menerima kehadiran anaknya. Ia juga takut akan skenario terburuk yang mungkin akan terjadi.

Perceraian.

Tanpa Jisung sadari, ia sudah menangis dalam diam. Hanya mampu mengeluarkan serentetan kata maaf pada sepasang suami istri yang selama ini sudah sangat baik padanya.

"M-maaf, Ma."

Mama Lee menghela napas kemudian kembali berbicara. "Mama gatau harus bereaksi kayak apa. Yang jelas, Mama dan Papa sangat kecewa. Kalian maunya bagaimana?"

"Gak papa kalau Mama kecewa sama Minho. Terserah Mama mau hukum Minho seperti apa buat nebus kesalahan kita. Tapi, jangan jahatin Jisung ya?" jawab Minho tanpa berpikir dua kali.

Mendengar itu, Lia hampir saja kembali layangkan protes. Sayang, belum sempat ia berkata-kata, Mama Lee sudah kembali menyela pembicaraan.

"Kalau gitu, ..."

Wanita paruh baya itu menggantung ucapannya. Ia lantas mengeluarkan satu dokumen bermap merah dan meletakkannya di atas meja.

"Baca dan tanda tangani itu."

.

.

.

Hai! Maaf gak update kemarin! Aku ragu mau up karena temen-temen kita lagi ada yang kena musibah jadi aku tunda dulu, hehe.

Semoga temen-temen kita di Kalsel dan Sulbar selalu dilindungi Tuhan dan bencananya bisa cepat selesai dan ditangani. Kalau kalian punya rejeki lebih, boleh yuk donasi ke kitabisa buat temen-temen kita juga. Aku sedih banget lagi banyak bencana di mana-mana. Huhu. 😭

Hm...

Anyway, aku up oneshoot gemes di buku sebelah dan sedikit spoiler besok udah chapter ending ya ges. 👀

MINSUNG: MARRIED BY CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang