002. LEE MINHO

5.7K 894 40
                                    

"Sekretaris sialan. Seo Changbin sialan. Kurang ajar, belom aja gue pecat."

Pria yang kita kenal bernama Lee Minho itu menekan tombol call untuk yang ke sekian kalinya dalam lima menit terakhir. Sesekali ia mengumpati orang yang tidak kunjung mengangkat teleponnya.

Ayolah, meeting-nya sudah selesai daritadi dan Minho harus kembali ke kantor untuk mengerjakan setumpuk berkas yang belum ia kerjakan.

Sudah cukup Minho kesal dengan pertemuan singkat dengan kedua orangtuanya yang masih saja sibuk mencarikannya jodoh. Apa Minho terlihat seperti seorang lelaki yang akan menjomblo seumur hidup? Minho itu sangat tampan dan kaya. Semua orang tahu itu. Bahkan, lelaki dan wanita di luar sana rela bertekuk lutut untuk bisa menjadi pasangan hidup Minho.

Sayang, Minho sama sekali tidak tertarik pada pernikahan.

"Brengsek. Liatin ya Changbin gue doain makin pendek," umpatnya disertai helaan napas gusar. Pikiran Minho kembali melayang pada perkataan sang ayah beberapa jam lalu.

.

.

.

flashback.

.

.

.

"Minho, ini Lia. Anak temen Papa."

Minho hanya tersenyum kecil dan mengangguk. Dalam hati, ia sangat malas menghadiri pertemuan ini. Minho tahu kedua orangtuanya tidak akan berhenti bicara mengenai pernikahan, jodoh, warisan, dan lain sebagainya. 

"Jadi, kapan mau menikah?" ujar sang Mama sembari tersenyum memperhatikan wajah Lia yang tampak malu. 

"Ma, Minho udah bilang Minho gak suka dijodohin," jawab Minho berusaha tetap sopan.

Mama Lee menghela napas kemudian menjawab perkataan Minho, "Son, Mama dan Papamu ini tuh udah tua lho. Gak lihat ini udah keriput begini? Harta warisan juga harus secepatnya pindah ke tanganmu, Nak. Ayolah, mulai cari pasangan hidup."

Kan, Minho bilang juga apa. Lagi-lagi urusannya dengan uang, harta warisan, jodoh. Minho mengusap wajahnya kasar.

"Tapi Ma—"

"Minho, Lia gadis baik kok. Kalau bukan Lia, kamu mau sama siapa lagi? Pacar aja kamu gak punya," potong Mama Lee sembari mengusap rambut gadis yang sedari tadi hanya diam, memasang senyum terbaik untuk memikat hati Minho.

"Benar kata Mama, Minho. Papa sudah jadwalkan dua minggu lagi kalian menikah kalau kamu belum juga bawa calon."

"Pa!" Suara Minho naik satu oktaf tanpa sadar. Menyadari itu, lelaki berhidung bangir itu memejamkan mata sejenak. Berusaha meredam emosinya. Bagaimana pun juga, sepasang suami istri di hadapannya ini adalah orangtua kandung Minho.

"Minho sudah punya pacar, Ma, Pa."

Bohong. Minho hanya berusaha mencari alasan karena ia tidak mau menikah dengan gadis pilihan orangtuanya. Dengan sekali lihat saja, Minho tahu kalau Lia adalah tipikal gadis manja. Sama sekali bukan tipe Minho.

Tiga pasang mata di hadapan Minho membola. Yang satu dengan tatapan berbinar, yang satu dengan tatapan terkejut, dan yang satu dengan tatapan yang... sulit diartikan.

"Wah, beneran? Kok kamu gak kasih tau Mama?! Mana fotonya mana?" ujar sang Ibu dengan antusias, mendadak lupa kalau masih ada Lia di sana.

"Fotonya Minho gak punya, Ma. Pacar Minho gak terlalu suka foto."

Sementara Mama Lee sibuk menginterogasi sang anak tunggal, Papa Lee justru sibuk menganalisa raut wajah Minho. Mencari kebohongan di sana. Masa iya anaknya ini tiba-tiba punya pacar?

Kegiatan seru antara ibu dan anak itu pun terhenti saat suara berat sang ayah menginterupsi, "Minho, kalau begitu, Sabtu ini ajak pacarmu ke rumah. Papa mau ketemu."

Minho kaget, tentu saja. Tidak terlintas di otak cerdas Minho kalau orangtuanya bisa saja minta dipertemukan dengan kekasih—khayalan—Minho.

"T—tapi, sepertinya dia cukup sibuk, Pa."

"Papa gak mau tahu. Pokoknya, kalau benar kamu punya pacar, bawa ke rumah."

Minho auto kicep. Mau tak mau Minho mengangguk, menyanggupi permintaan sang ayah.

.

.

.

end of flashback.

.

.

.

Lagi, Minho menghela napas. Sedikit menyesali keputusannya untuk berbohong pada ayah dan ibunya. Tapi, bagaimana lagi? Jika tidak seperti itu, yang ada Minho betulan dijodohkan dengan Lia. Tidak, tidak. Ia tidak mau.

Hanya satu pertanyaan yang terus berputar di benak Minho sekarang.

Siapa yang akan ia jadikan pacar sementara? Tidak begitu banyak orang yang bisa ia percaya. Masa Minho harus minta Changbin?

"Gak, gak. Gak mungkin, Changbin. Anjing, gak bisa bayangin."

Minho menatap layar ponsel, sadar kalau Changbin belum juga memberi kabar tentang keberadaannya. "Tuh manusia satu emang minta dipecat," gumam Minho dengan senyuman tipis menyeramkan di wajah.

Minho pun menyimpan ponsel di saku celana, berniat untuk pulang sendiri saja dengan taksi atau bus. Bisa-bisa kakinya patah jika terus menunggu Changbin di depan kafe.

.

.

.

tbc.

.

.

.

HOLLLLLAAAAAAAAAAAA. Mumpung aku masih sempet nulis, aku update dulu. Gatau besok bisa update apa enggak. Aku agak sibuk sampai tanggal 25. 😭

Semoga bisa update tiap hari! Have a good day!

MINSUNG: MARRIED BY CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang