011. INSIDEN PAGI HARI

5.8K 854 91
                                    

TOK! TOK! TOK!

“Minho, Jisung! Bangun! Kok pintunya dikunci?” Suara Mama Lee menggelegar dari depan pintu kamar, berhasil membuat Minho yang masih tidur di sofa terlonjak kaget.

Kedua manik gelapnya langsung menatap horor ke arah pintu yang digedor keras.

Mampus. Kalau Mama Lee tahu mereka tidur pisah ranjang dan tidak melakukan apa pun, bisa terbongkar semua kebohongan mereka. Masa baru satu hari menikah sudah jadi duda?

Dengan tergesa, Minho melompat dari sofa dan berlari ke kasur. Memukuli Jisung dengan bantal untuk membangunkan lelaki tupai yang masih lelap dalam tidur.

Sial untuk Lee Minho. Jisung adalah seorang heavysleeper. Tidak semudah itu membangunkan Jisung dari tidurnya.

Namun, Minho tentu tidak menyerah. Ia terus memukuli tubuh Jisung, mengacak-acak rambutnya, dan membuka beberapa kancing piyama bagian atas yang Jisung kenakan.

Dengan perlahan, Jisung pun membuka kedua manik bulatnya saat Minho sedang menarik turun sedikit celana Jisung dan memposisikannya agar terlihat kusut.

“THE F—”

Minho refleks membekap bibir yang lebih muda saat lelaki manis itu hampir saja berteriak. “Ssst! Diem! Lo gak denger Mama lagi teriak-teriak gedor pintu?”

Ah, iya. Benar juga. Ini semua pasti hanya bagian dari sandiwara. Mengerti dengan ucapan yang lebih tua, kepalanya pun mengangguk kecil.

Namun, Minho tidak juga melepas bekapannya. Ia justru menatap leher Jisung yang terekspos jelas karena kancing piyama yang terbuka. Sementara Mama Lee masih sibuk meneriaki dua anak adam itu, manik gelap Minho justru beradu tatap dengan Jisung sebelum berbicara dengan suara rendah.

“Ji, diem.”

Belum sempat Jisung memproses perkataan Minho, lelaki yang lebih tua sudah lebih dulu menelusupkan wajah di ceruk lehernya. Mengecupi leher jenjang yang lebih muda kemudian menghisap dan menggigiti beberapa titik di sana.

Bercak-bercak merah keunguan mulai tercetak di kulit tan Jisung yang jelas akan membekas di sana untuk tiga hari ke depan. Kedua manik lelaki tupai itu membola, kaget dengan perlakuan Minho yang bisa dikatakan mendadak.

Otaknya bekerja cepat, berusaha memahami semua hal yang tengah terjadi dan ...

“Nngh—”

Suara laknat itu yang justru keluar dari celah bibir Jisung saat Minho menghisap kuat lehernya untuk terakhir kali. Menyisakan satu bercak yang tampak paling menonjol di leher Jisung.

Barulah setelah itu, Minho lepas bekapannya pada bibir Jisung yang disambut tatapan membunuh dari si lelaki manis itu. Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat sambil menatap Minho tajam.

“Hehe. Maaf, keperluan sandiwara.”

Fuck you, Lee Minho sialan bangsat! Argh!” rutuk Jisung kesal menyumpahi Minho.

“Marahnya nanti. Buka pintu dulu gih. Jalan rada ngangkang!”

Minho tidak ambil pusing dengan makian dari Jisung. Lelaki itu justru sibuk mengacak-acak kasur agar terlihat berantakan. Sudah persis seperti pasangan yang baru saja melakukan ritual malam pertama. Setelah dirasa cukup, Minho membuka kaos yang ia kenakan, melemparnya asal, lalu kembali merebahkan diri di kasur. Berpura-pura tidur.

Jisung menghela napas. Baru hari pertama saja Jisung sudah lelah.

Meski begitu, ia tetap melangkah ke pintu. Membuka kunci lalu menyembulkan kepala malu-malu dari celah yang terbuka, mendapati Mama Lee tengah menyeringai penuh arti.

MINSUNG: MARRIED BY CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang