Ibukota negara Jepang, Tokyo, kini menjadi kota tujuan Jisung dan Minho di hari ketiga liburan mereka. Butuh waktu kurang lebih dua jam 15 menit dari Kyoto untuk sampai di kota itu dengan menggunakan shinkansen.
Mengingat bahwa Jisung dan Minho harus membawa koper mereka masing-masing, tadinya lelaki yang lebih tua sudah mau menyewa mobil. Tapi Jisung bersikeras untuk pergi dengan shinkansen. Katanya, "Kapan lagi naik shinkansen?!?!"
Jadilah, mereka berangkat ke kota Tokyo dengan menaiki kereta cepat itu. Untung saja, mereka masih bisa dapat kursi green car. Minho bisa lebih tenang.
.
.
.
"Huwe, Mama! Jisung ke Disneyland!"
Jisung ingin menangis saat ia sudah berdiri di depan kastil Tokyo Disneyland. Manik bulatnya berkaca-kaca, menatap bangunan tinggi di hadapannya dengan pandangan penuh cinta. Minho yang sedari tadi memperhatikan lelaki itu sampai ingin mengalihkan pandang. Malu.
Tidak ingin buang waktu lebih lama, Minho pun mulai menggenggam erat tangan yang lebih muda.
"Ayo main. Terserah lo mau main apa aja. Tapi gak boleh lepas pegangan tangan gue," ujar Minho memberikan satu aturan mutlak. Taman bermain itu terlalu ramai. Jika kehilangan Jisung, Minho bisa pusing sendiri.
Dengan itu, Jisung pun mengangguk antusias lalu mulai berlari kecil menuju Tomorrowland. Tempat bermain yang memiliki tema futuristik dan karakter-karakter Disney super keren, menurut Jisung.
Minho hanya mengekori Jisung ke mana pun ia pergi. Memastikan tangan lelaki tupai itu selalu dalam genggaman. Sesekali, ia juga akan mengingatkan Jisung untuk meminum air putihnya.
Tiga jam sudah mereka mengelilingi Disneyland. Berbagai wahana sudah mereka naiki. Mulai dari wahana simpel khas anak kecil hingga wahana yang memacu adrenalin. Jisung tidak bisa lebih bahagia dari hari ini.
Sayang, tenaga lelaki manis itu sudah terkuras habis sekarang. Ia ingin duduk. Kakinya terlalu pegal juga sakit di satu saat yang sama.
Minho yang tengah duduk di satu kursi usai menaiki rollercoaster pun menarik tangan lelaki manis itu untuk duduk di pangkuannya dengan posisi miring. Bukan modus ya-hilih, teman-teman. Hanya saja tidak ada kursi lain yang kosong di sekitar mereka.
Jisung tersentak kaget, sedikit bingung dengan perlakuan mendadak Minho namun enggan protes. Toh, memang dia juga butuh duduk.
"Berat gak Kak?"
"Enggak. Lo enteng. Makan banyak dikit, Sung. Tar Mama ngomel ke gue kalo lo kurus-kurus," ujar Minho sambil lingkari pinggang Jisung dengan tangannya.
Jisung mendengus, enggan membalas perkataan yang lebih tua. Ia terlalu fokus mengatur detak jantungnya yang mulai berantakan. Bagaimana tidak? Jarak tubuh mereka sangat dekat sekarang ini.
"Kenceng amat, Ji."
Kepala yang lebih muda menoleh, menatap yang lebih tua dengan kedua alis bertaut. "Apaan?"
"Detak jantung lo."
Mampus. Jisung ketahuan. Pipi gembil lelaki itu lantas memerah padam lalu cepat-cepat ia pukul bahu yang lebih tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINSUNG: MARRIED BY CONTRACT
FanfictionJisung butuh uang untuk membayar biaya kuliahnya. Apa ia harus terima tawaran seorang stranger yang tiba-tiba mengajaknya untuk menikah kontrak? Rating: M for kissing scene, harsh words, and NSFW contents. Genre: Marriage Life, Romance, Comedy IMP...