Usai drama penculikan penuh caci maki, nyatanya Minho hanya bawa Jisung ke kantor. Entah untuk tujuan apa. Yang jelas, Jisung sedang mengekori langkah Minho. Tangan kanannya menggenggam ujung kemeja yang lebih tua, enggan bersentuhan langsung dengan tubuh Minho namun juga tidak ingin jauh dari sosok lelaki Lee itu.
Kantor Minho sudah sangat gelap. Hanya beberapa lampu di sudut saja yang menyala. Jisung ‘kan jadi merinding disko. Takut.
Minho pun tidak ambil pusing dengan tingkah lelaki manis di belakangnya. Ia terus langkahkan kaki, masuk ke dalam lift untuk tekan tombol, dan menunggu lift itu bergerak naik.
"Mau ngapain sih Min ke sini? Lo masih mau kerja apa gimana?"
"Gue baru pulang. Gak mungkin gue ke sini buat kerja lagi."
"Terus?"
Minho tidak menjawab pertanyaan dari Jisung. Sebagai gantinya, ia justru melangkah keluar dari lift dan membuka pintu kaca tebal.
Oh, rooftop. Minho membawa Jisung ke rooftop gedung perusahaannya.
Entah ada di lantai berapa Jisung sekarang, yang jelas lelaki Han itu menyukai pemandangan di hadapannya saat ini. Pemandangan malam kota sibuk memang sangat indah jika dilihat dari ketinggian. Lampu jalanan, kelap-kelip papan besar, bahkan cahaya dari rumah-rumah penduduk di sekitar.
Ditambah dengan semilir angin yang bertiup cukup kencang maka... Perfect! Ini akan menjadi salah satu tempat favorit Jisung jika tidak ingat fakta bahwa ia tidak bisa dengan sembarangan datang ke sini.
Senyum Jisung semakin mengembang saat ia dongakkan kepala untuk tatap langit luas di atas kepalanya. Dari gedung tinggi seperti ini, Jisung bisa dengan bebas menatap langit malam tanpa ada yang halangi pandang. Hanya beberapa gedung lebih tinggi saja yang menghalangi pandangan. Selebihnya? Jisung bisa lihat langit malam favoritnya dengan jelas.
Kedua tangannya ia rentangkan sembari Jisung menarik napas dalam kemudian embuskan secara perlahan. Ah, sudah lama sekali Jisung tidak refreshing. Ia tidak punya banyak waktu untuk itu dan Jisung cukup senang dengan waktu luang yang ia miliki sekarang. Walau hanya dari gedung pencakar langit milik lelaki Lee yang sebentar lagi akan menjadi suaminya, Jisung puas.
Beban hidupnya seperti terangkat setengah. Setengah lagi biarlah masih melekat. Toh, ia tidak bisa menghindar juga.
Sementara Jisung sibuk dengan kegiatannya, Minho justru hanya diam memandang tingkah laku dari lelaki manis itu. Senyuman tipis terukir di wajahnya, menyadari kalau sangat mudah untuk membuat Jisung bahagia seperti sekarang. Hanya dengan sedikit tindakan sederhana darinya, Jisung sudah mampu tersenyum lebar.
Manis dan menggemaskan. Persis seperti anak kecil.
Ia melangkah mendekat lalu berdiri tepat di samping Jisung yang kini sudah berdiri tepat di pinggir pagar pembatas rooftop.
"Lo kepikiran ya?"
“Kepikiran apa?”
“Soal pernikahan, Ji.”
"Enggak tuh. Sok tempe lo."
Keduanya dilanda hening. Sibuk nikmati angin malam yang menerpa tubuh mereka. Surai tebal Jisung yang memang tidak ditata bahkan sudah berantakan ditiup angin.
Lama terdiam dalam pikiran masing-masing, Minho kembali buka suara saat menyadari bahwa Jisung hanya mengenakan kaos tipis.
"Dingin gak?"
"Enggak."
Bohong. Jisung sebenarnya sudah merasa dingin sejak beberapa menit lalu. Tapi, pemandangannya terlalu cantik untuk dilewati dan ia enggan memberi tahu lelaki yang lebih tua. Gengsi, lah. Masa cowok setampan Jisung kalah sama angin malam?
KAMU SEDANG MEMBACA
MINSUNG: MARRIED BY CONTRACT
FanfictionJisung butuh uang untuk membayar biaya kuliahnya. Apa ia harus terima tawaran seorang stranger yang tiba-tiba mengajaknya untuk menikah kontrak? Rating: M for kissing scene, harsh words, and NSFW contents. Genre: Marriage Life, Romance, Comedy IMP...