“Kak! Gue mau beli makan. Mau titip?”
Minho tersentak kaget saat suara keras Jisung menyapa indra pendengarannya. Kedua mata lelaki itu berkedip cepat, memproses pertanyaan mendadak dari Jisung sebelum menyahuti lelaki itu.
“Lo mau beli apa, Sung?” balas Minho berteriak. Ia terlalu malas untuk sekadar bangkit dan keluar kamar.
“HAH? APA?”
“Mau beli apa?”
“MINHO GAK KEDENGERAN! APA?”
Minho menghela napas, berusaha sabar dengan sikap Jisung yang memang begini adanya. Kasar dan tidak manis sama sekali. Mau tak mau, ia pun keluar kamar dan mendapati Jisung yang sedang menonton TV dengan suara besar.
Ya, pantes Jisung gak denger suaranya.
“Kecilin dulu suara TV-nya, ya ampun. Gue nanya lo mau beli apa?”
Jisung tampilkan senyum lebar tanpa dosa lalu gelengkan kepalanya. “Gak tau juga. Gue cuma mau liat-liat aja dulu soalnya gue laper.”
Kepala yang lebih tua mengangguk paham sebelum merogoh saku celana dan keluarkan beberapa lembar uang pecahan besar.
“Yaudah nih duitnya. Gue samain aja kayak lo tapi jangan pedes, ya,” ujar Minho sambil menyerahkan uang itu. Tentu saja, Jisung menerimanya dengan senang hati tanpa protes. Sudah dibilang, Minho itu kaya. Jadi Jisung tidak perlu takut Minho akan kehabisan uang.
Ya, setidaknya untuk sekarang ini Jisung tahu kalau perusahaan Minho sedang maju dengan pesat.
“Oke. Gue keluar dulu!”
Tanpa menunggu izin dari Minho, Jisung sudah berlari dengan sandal jepitnya. Meninggalkan Minho dengan TV menyala di ruang tengah.
“Hah, tuh bocah. TV gak dimatiin.”
Bersabarlah, Lee Minho. Lelaki itu memang harus membiasakan diri dengan sikap Jisung yang memang barbar. Toh, Minho juga lebih suka dengan Jisung yang berisik. Setidaknya dengan begitu, keadaan rumah tidak akan terlalu canggung.
Bisa dibilang, kedua anak adam itu sudah terbiasa dengan kehadiran yang lain dalam hidup dan keseharian mereka.
.
.
.
Lagi-lagi Minho dikejutkan dengan suara bantingan pintu yang memekakkan telinga.
“Han Jisung sialan.” Minho bergumam tak jelas, cukup yakin bahwa pelaku kekerasan terhadap pintu barusan adalah lelaki tupai yang keluar sekitar dua puluh menit lalu.
Benar saja dugaannya. Jisung si tupai manis itu kini tengah menata meja dengan berbagai makanan yang dibelinya. Ada dua bungkus nasi goreng, dua gelas ice tea, dan satu mangkuk besar kerupuk di tengah meja makan.
“Ji, lo beli apa?”
“Nasi goreng depan apartemen. Gue udah lama gak makan nasi goreng gerobakan terus tadi pas ada. Yaudah gue beli.”
Minho menautkan kedua alis bingung. Nasi goreng gerobak? Nasi goreng depan apartemen? Jangan bilang ...
“NASI GORENG BAPAK-BAPAK YANG KUMISAN ITU?!”
“KAGET! BISA GAK USAH TERIAK GAK?!” Jisung menjatuhkan pukulan maut di lengan yang lebih tua. Ya kesal lah dia. Jisung hampir tersedak es batu karena teriakan mendadak Minho.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINSUNG: MARRIED BY CONTRACT
FanfictionJisung butuh uang untuk membayar biaya kuliahnya. Apa ia harus terima tawaran seorang stranger yang tiba-tiba mengajaknya untuk menikah kontrak? Rating: M for kissing scene, harsh words, and NSFW contents. Genre: Marriage Life, Romance, Comedy IMP...