008. GALAU

5.7K 919 87
                                    

Jisung tidak bisa tidur. Ia menyalakan ponsel, melihat jam dan tanggal yang tertera di layar.

Hari sudah berganti lagi. Artinya, hari pernikahan Jisung dan Minho juga sudah semakin dekat. Tiga hari lagi, lebih tepatnya.

Lelaki manis itu memutar tubuh, menghadap dinding untuk dua menit sebelum berakhir kembali pada posisi awalnya. Ia sungguh merasa tidak nyaman malam ini.

Kedua manik bulatnya menatap lurus ke arah langit-langit ruangan. Membiarkan berbagai tanya muncul dalam benaknya.

Apakah keputusannya sudah tepat?
Apakah hidup Jisung akan berubah seluruhnya?
Apakah semuanya akan baik-baik saja jika ia sudah menikah nanti?

Ya, memang pernikahan mereka hanya akan bertahan selama enam bulan. Surat perjanjian juga sudah ditandatangani. Tapi, mau bagaimana pun juga, pernikahannya Minggu nanti tetap akan sah di mata hukum bahkan Tuhan.

Ia jadi galau.

Jisung cukup sadar kalau pernikahan bukanlah hal yang bisa dijadikan mainan. Tapi, dibanding jual diri demi bayar biaya kuliah, Jisung tentu lebih memilih untuk jadi suami kontrak dari seorang pengusaha muda yang jelas latar belakangnya.

“Oh, Tuhan. Maafin Jisung,” gumam Jisung sambil mengusap wajahnya kasar.

Ia bangkit dari posisi tidurnya lalu duduk di kasur, menatap ke arah Felix yang sudah tidur lelap di kasurnya. Iya, kasur Jisung dan Felix terpisah. Kamar kos mereka cukup luas untuk menampung Jisung, Felix, beserta perlengkapan mereka.

Dengan pelan, Jisung bergeser turun. Menapakkan kedua kaki di lantai kemudian berjalan dengan langkah pelan. Ia tentu tidak ingin membangunkan Felix. Lelaki ber-freckles itu pasti sangat lelah setelah bekerja dan kuliah seharian. Sebenarnya, Felix bisa saja sih fokus pada kuliahnya. Orangtua Felix itu kaya. Felix-nya saja yang selalu beralasan bosan dan berakhir ikut Jisung mencari kerja.

“Lix, gue keluar sebentar,” pamit Jisung sembari menggunakan jaket tebal miliknya. Tidak ada jawaban, tentu saja. Untuk itu, Jisung pun melesat keluar dari kamar kos mereka.

.

.

.

“Semuanya delapan belas ribu.”

Jisung serahkan beberapa lembar uang kemudian meraih sebotol minuman dingin dan sebatang coklat yang sudah dipilihnya. Usai terima kembalian, Jisung pun menggumamkan kata terima kasih sebelum melangkah keluar dari mini market.

Tupai manis itu putuskan untuk duduk di salah satu kursi yang ada. Ia terlalu malas melanjutkan perjalanan menuju taman. Lagi pula, taman di dekat kos Jisung itu tidak cukup penerangan saat malam dan Jisung memiliki phobia terhadap gelap.

Ia membuka kaleng susu dingin lalu tanpa ragu menenggak isinya, membiarkan cairan manis itu mengalir lewati kerongkongannya.

“Ah, susu dingin emang paling bener.”

Jisung bergumam singkat kemudian beralih membuka bungkus coklat. Ia patahkan satu bar coklat lalu masukkan makanan manis itu ke mulut.

Manik bulat Jisung terpejam sesaat sambil tarik napas dalam-dalam dengan mulut penuh coklat, buat pipi gembilnya menggembung penuh. Tak lupa, rahangnya bergerak malas untuk kunyah coklat di dalam mulut.

Kegiatan itu dilakukan berulang, berhasil membuat Jisung merasa sedikit lebih baik. Makanan manis memang yang terbaik, kawan-kawan!

MINSUNG: MARRIED BY CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang