“Kak Minho, sprei baru di mana ya?” teriak Jisung menggelegar dari arah kamar. Suara lemari terbuka dan tertutup berulang kali berhasil membuat fokus Minho dari dokumen-dokumen menumpuknya pecah.
“Cari dulu kenapa sih, Ji. Di lemari krem! Rak paling bawah!” sahut Minho dengan nada kesal yang sangat ketara.
Tidak ada teriakan lagi dari Jisung, berganti dengan suara grasak-grusuk yang sangat berisik. Minho tahu Jisung sudah mendapatkan apa yang ia cari dan kini sedang merapikan kamar yang akan ia tempati.
“KAK MINHOOOO!”
Sial! Jisung berisik sekali.
Minho mengacak rambutnya kasar lalu kembali menyahut, "Apa lagi?!”
“SAPU MANA?”
“Tadi kan gue udah kasih tau di mana...” jawab Minho speechless sekaligus lelah.
“HEHE. LUPA KAK! BURUAN DI MANA? TINGGAL NYAPU!”
“Hadeh. Depan kamar mandi!”
“OKE!”
Sepuluh menit selanjutnya diisi dengan keheningan. Minho pikir penderitaannya sudah berakhir sampai di sini dan ia bisa kembali fokus pada pekerjaannya. Sayang seribu sayang, Jisung tampaknya tidak bisa diam semudah itu.
Kepala lelaki manis itu kini sudah menyembul dari pintu yang terbuka, menatap Minho dengan cengiran lebar di wajah. Merasa ditatap oleh manusia lain di apartemennya, Minho melirik Jisung tajam. Bersiap melemparkan sumpah serapah pada lelaki manis yang sedang tersenyum tanpa dosa.
“Hehe, Kak Minho~”
“...”
“Bantuin Jisung dong, Kaaaak.”
“...”
“Kaaaaaaaak Minhoooooooo!”
“Berisik Jisung! Astaga, kerjaan gue lagi banyak.”
Jisung mengerucutkan bibir. Merajuk sambil memain-mainkan jari telunjuknya di gagang pintu, bertingkah sok imut untuk mendapatkan simpati Minho.
Beberapa detik berlalu dalam posisi seperti itu. Dengan Minho yang berusaha mengabaikan Jisung dan Jisung yang masih saja berdiri di depan pintu. Lama kelamaan, Minho risih juga. Seolah Jisung memperhatikan semua gerak-geriknya.
“Argh, fuck! Apa?!”
“Yey! Hehe. Gantiin lampu di kamar aku. Gak bisa nyala.”
“Yaudah entar.”
“Ih sekarang, Kak. Gue mau tidur.”
“Yaudah tidur aja.”
Jisung langsung menggeleng cepat, menolak usulan Minho mentah-mentah. “Gak bisa. Gue tidur nyalain lampu.”
Minho mengernyitkan dahi sebelum akhirnya menghela napas. Kepalanya berdenyut, pening. Minho baru tahu kalau Jisung bisa seberisik ini. Daripada ia tidak bisa bekerja dengan tenang, Minho pun bangkit dan menuju kamar Jisung tanpa sepatah kata.
.
.
.
Mati, nyala, mati, nyala.
Lampu kamar Jisung sudah bisa berfungsi dengan normal. Membuat lelaki itu bertepuk tangan riang karena ia tidak harus tidur dalam ruangan gelap.
“Udah. Diem lo sekarang, gue mau kerja.”
Jisung mengangguk mengiyakan lalu naik ke atas kasur. Sebelum Minho sempat menutup Minho, Jisung sudah lebih dulu memanggil pria itu. Lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINSUNG: MARRIED BY CONTRACT
FanfictionJisung butuh uang untuk membayar biaya kuliahnya. Apa ia harus terima tawaran seorang stranger yang tiba-tiba mengajaknya untuk menikah kontrak? Rating: M for kissing scene, harsh words, and NSFW contents. Genre: Marriage Life, Romance, Comedy IMP...