Minho tengah sibuk mengetikkan sesuatu di layar saat satu suara ketukan pintu menyapa indra pendengarannya. Tanpa menoleh, ia mempersilahkan si pengetuk untuk masuk. Menampilkan sosok sang sekretaris yang masuk dengan segelas ice americano di tangan kanan untuk Minho.
“Belom mau balik? Seminggu ini lo lembur terus,” ujar yang lebih muda sambil duduk santai di atas sofa. Jam kerja sudah habis. Jadi, Changbin bisa bertingkah seenak jidat di ruang sang atasan.
Minho menggeleng singkat, menyesap minuman pahit kesukaannya lalu kembali melanjutkan kegiatan sambil bergumam. “Balik dulu aja. Gue mau selesaiin berkas ini dulu.”
Ya, begitulah rutinitas Minho dua bulan terakhir. Kepergian mendadak Jisung membuat Minho menghabiskan seluruh waktunya di kantor. Ia jadi jauh lebih sibuk dibanding dulu. Saat ditanya oleh Changbin, Minho bilang lebih baik dia sibuk bekerja saja daripada harus memikirkan Jisung yang pergi entah ke mana.
Keberadaan lelaki manis itu belum ditemukan. Minho sendiri hampir menyerah. Harapannya untuk bisa menemukan Jisung tampak semakin tipis setiap hari berganti. Minho bahkan berpikir Jisung sudah pindah ke luar kota atau lebih buruk lagi ia pindah ke negara lain.
Minho tidak mau memikirkannya. Ia sudah terlalu pusing. Bahkan ia berpikir untuk hentikan semua usaha untuk mencari si lelaki manis. Merasa kalau seluruh usaha yang ia kerahkan ternyata sia-sia. Ya, walau dalam hati Minho masih sangat merindukan Jisung, tapi sekarang Minho justru merasa marah pada lelaki itu. Ia marah karena Jisung pergi begitu saja tanpa sepatah kata.
Changbin menghela napas lalu menyandarkan kepalanya ke sandaran sofa. Kedua mata tajam lelaki itu terpejam seolah siap tidur kapan saja. Sayang, belum sempat Changbin jatuh tertidur, Minho sudah lebih dulu melempar kertas bekas ke arah lelaki itu.
“Anjing Minho!” umpat Changbin kesal dan melempar balik kertas yang Minho beri.
“Jangan tidur di sini, sialan. Nanti gue pulang gak gue bangunin mau lo?”
“Bangsat.”
Changbin pun kembali menegakkan tubuh, menatap Minho yang memilih untuk kembali sibuk dengan pekerjaannya. Lelaki Seo itu berdeham singkat seolah siap mengatakan sesuatu.
“Gue ketemu Jisung.”
DEG!
Pergerakan Minho terhenti. Tangan kanannya yang memegang pena berhenti menulis, kedua maniknya seperti lupa cara berkedip, dan bahkan ia menahan napas. Kaget dengan perkataan Changbin yang mendadak.
Kepalanya terangkat, menatap lurus pada Changbin seolah menuntut penjelasan dari lelaki Seo itu. Mengerti maksud dari tatapan Minho, Changbin pun kembali melanjutkan bicaranya. Toh, memang ini tujuan Changbin tetap tinggal di kantor walau jam kerja sudah lewat.
.
.
.
Flashback
.
.
.
“Ah, iya. Tidak masalah. Saya tunggu di kafe, ya. Baik.”
Changbin memutus sambungan telepon. Ia punya janji dengan salah seorang klien perusahaan, menggantikan Minho yang harus memimpin rapat akhir bulan di kantor. Ia pun menghela napas, menunggu si klien yang baru saja mengabari kalau ia akan datang terlambat.
![](https://img.wattpad.com/cover/249290981-288-k444632.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MINSUNG: MARRIED BY CONTRACT
FanfictionJisung butuh uang untuk membayar biaya kuliahnya. Apa ia harus terima tawaran seorang stranger yang tiba-tiba mengajaknya untuk menikah kontrak? Rating: M for kissing scene, harsh words, and NSFW contents. Genre: Marriage Life, Romance, Comedy IMP...