006. PERTEMUAN

5.3K 898 119
                                    

“Minho, ayolah. Jangan hari ini please?”

“Gak, Ji. Gue udah bilang harus hari ini. Sebelum perjodohannya bener-bener dilakuin.”

Jisung menghela napas gusar. Wajah lelaki manis itu sudah pucat sejak Minho menggeret tubuhnya menuju mobil. Sayang, dengan seribu satu jurus rengekan bahkan sogokan yang Jisung beri, Minho tetap tidak mau mengubah keputusannya.

“Kalau cuma donat satu kotak, gue juga bisa beli sendiri. Setoko-toko, bahkan.” Begitu kata Minho saat Jisung menyogoknya dengan sekotak donat untuk menunda pertemuan dengan kedua orangtua Minho.

Sombong tiada dua. Berhasil membuat Jisung kesal setengah mati. Padahal, donat ‘kan cukup mahal—setidaknya untuk Jisung.

Bibir lelaki itu semakin mengerucut saat mobil milik Minho mulai memasuki pekarangan rumah. Jisung tidak kaget saat tiba di sana. Sudah bisa ditebak sebesar apa rumah keluarga pengusaha itu.

Jisung justru lebih tertarik dengan deretan mobil dan motor mewah yang terparkir di halaman rumahnya. Jika semua kendaraan itu dijual, mungkin Jisung bisa hidup tenang hingga tua nanti.

“Jangan manyun terus gitu. Lo udah kayak bebek kuning itu tau gak? Ntar bokap nyokap gue gak demen sama lo. Jelek.” Minho berujar usai mobilnya terparkir rapi.

Dua pasang manik itu beradu. Satu dengan tatapan santai. Satu lagi dengan tatapan membunuh bercampur gugup.

“Diem lo! Gue panik tau gak? Untung gue gak pake kaos oblong ke kantor lo,” sahut Jisung galak kemudian merapikan penampilannya.

“Udah? Turun.”

Jisung lagi-lagi membuang napas, menetralkan degup jantung yang berdetak dua kali lebih cepat sebelum akhirnya melangkah turun dari mobil.

“Tuan Minho? Selamat datang. Tumben sekali Tuan datang? Tidak ada acara apa-apa ‘kan, ya?” ujar seorang lelaki paruh baya dengan senyum ramah terukir di wajah.

“Paman Hwang. Tidak kok, tidak ada acara apa-apa,” jawab Minho kemudian melirik ke arah Jisung sebelum melanjutkan bicaranya. “Hanya ingin memperkenalkan pasanganku pada Papa dan Mama.”

Lelaki tua itu tampak kaget untuk beberapa detik. Namun, dengan profesional ia berhasil mengendalikan ekspresi dan beralih memperkenalkan diri.

“Halo. Perkenalkan saya Hwang Hyukjae, kepala asisten di sini.”

“A—ah, iya. Han Jisung—”

Perkataan Jisung tergantung di ujung lidah. Manik bulatnya bergerak panik menatap ke arah Minho.

Tarik napas dalam-dalam, buang. Ayo, Han Jisung. Tenangkan dirimu.

“—kekasih Minho. Salam kenal, Paman,” lanjut Jisung setelah berhasil meredam kegugupannya.

“Kalau begitu, silahkan masuk Tuan Minho dan Tuan Han.”

Dengan sambutan sederhana itu, Minho pun melangkah masuk diikuti dengan Jisung yang berjalan di belakangnya. Kepala lelaki manis itu hanya menunduk sedari tadi.

Jisung terlalu gugup, kawan. Walaupun ia berisik dalam kehidupan sehari-hari, faktanya Jisung adalah seorang introvert yang sangat pemalu dan awkward jika bertemu orang baru.

Menyadari kegugupan Jisung, Minho pun berinisiatif untuk meraih tangan Jisung dan menggenggamnya erat. Ibu jari Minho bahkan bergerak untuk mengusap lembut punggung tangan lelaki manis di sampingnya. Berusaha menyalurkan rasa nyaman untuk membuat Jisung merasa lebih baik.

“Santai aja. Gak usah terlalu gugup. Nanti biarin gue yang ngomong, oke? Lo jawab seperlunya aja,” bisik Minho di telinga Jisung. Lelaki manis itu mengangguk kecil.

MINSUNG: MARRIED BY CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang