032. TRAUMA

6.1K 747 100
                                    

Trigger warning for
death

.

.

.

Ruang tengah apartemen diisi dengan hening. Tidak, ruangan itu tidak kosong. Ada Jisung dan Minho yang kini duduk berhadapan di atas sofa namun tetap bungkam seolah tidak ada yang mau buka suara.

Lelaki yang lebih tua pun memberanikan diri untuk memulai percakapan. Ya, walau ia sendiri sebenarnya tidak tahu harus memulai dari mana.

"Lo mau gue mulai dari mana, Ji?" tanya Minho pada akhirnya. Jujur, ia benar-benar tidak tahu harus menjelaskan dari bagian mana. Minho sebenarnya enggan mengakui trauma yang selama ini menghantui, tapi mau bagaimana pun juga Jisung berhak tahu mengenai ini. Apalagi dengan fakta kalau Jisung sedang mengandung anaknya sekarang.

Jisung tampak berpikir untuk beberapa detik, memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengutarakan pikiran-pikiran aneh yang terlintas di kepala. "Uhm, lo trauma sama... anak kecil?"

Minho mengangguk kecil, menghela napas singkat lalu mulai menjelaskan. "Iya. Terutama anak kecil yang belum bisa ditinggal main sendiri."

Lelaki Lee itu diam untuk beberapa saat, seolah mempersiapkan dirinya sendiri sebelum berbicara pada Jisung.

"Gue pernah... gak sengaja... mm— bunuh anak orang, Ji. Sepupu gue," ujar Minho pelan dengan suara yang sedikit bergetar. Ia menundukkan kepalanya dalam, tidak berani menatap Jisung yang mungkin sedang shock sekarang ini.

Dan, ya. Tentu saja Jisung terkejut. Mulutnya bahkan sudah membentuk huruf O besar. Terlalu kaget dengan pengakuan Minho yang menurutnya sangat tidak tertebak. 

"Hah?" Hanya satu kata tak jelas itu yang bisa keluar dari celah bibir Jisung. 

"Waktu gue umur 7 tahun, gue gak sengaja ngasih sepupu gue yang masih kecil makanan yang ternyata gak boleh dia makan. Dia punya alergi sama cokelat," jelas Minho dengan suara yang kian mengecil. "Dia belum ngerti. Jadi pas gue kasih coklat, dia makan dan berakhir dia kejang."

Jisung menahan napasnya, tidak sanggup mengeluarkan respons apapun. Namun, saat ia mendapati Minho mengepalkan kedua tangan, ia pun memberanikan diri untuk menyentuh tangan yang lebih tua. Menggenggamnya erat sambil berujar, "Kak, lo kenapa gak cerita dari awal?" 

"Gue pikir gak perlu secepat itu, Ji. Gue gak nyangka lo udah hamil sekarang," jawab Minho yang pada akhirnya mengangkat kepala. Meletakkan seluruh atensinya pada Jisung yang kini sudah menatapnya dengan senyum kecil namun menenangkan. Sesekali, mata Minho bergerak untuk melirik ke arah perut Jisung yang kini tampak sedikit buncit.

Jisung mengikuti arah pandang Minho kemudian terkekeh kecil. "Kalo lo gak siap, gapapa Kak. Gue pergi karena gue takut lo bakal benci sama gue. Gue takut lo suruh gue gugurin kandungan. Maaf gue gak jujur dulu sama lo. Gue gak berani sejak lo bilang lo gak mau punya anak," ucap Jisung panjang lebar sambil mengelus sedikit perutnya.

"Gapapa kalo lo gak siap. Gue bakal coba bantu atasin trauma lo sambil dia tumbuh nantinya. Lo gak akan nyuruh gue gugurin dia kan?"

Minho langsung menggeleng cepat, menolak mentah-mentah pertanyaan Jisung. Bagaimana pun juga, bayi di dalam perut Jisung adalah anaknya.

"Kalo gitu, mau besarin dia sama Jisung?" Kali ini, Minho mengangguk. Tampak ragu pada awalnya namun tetap mengiyakan pertanyaan Jisung. Yang lebih muda lantas tersenyum lega, senang karena setidaknya Minho membuka diri untuk menerima kehadiran bayi di tengah keluarga kecil mereka. 

Jisung mengangkat tangan Minho, mengarahkan telapak tangan itu ke arah perutnya yang membuncit. "Coba pegang perut aku!" ujar Jisung lalu membawa tangan Minho untuk sentuh perut Jisung. 

Demi apapun yang ada di dunia, jika saja mereka sedang tidak dalam mode serius, Jisung sudah menertawai kekakuan tubuh Minho sekarang ini. Persis seperti robot yang sudah karatan. 

"Santai aja sih Kak. Dia aman di perut aku. Coba elus-elus. Lucu tau ngeblendung gitu!"

Minho pun mengikuti arahan Jisung, menggerakkan tangannya naik turun untuk usap perut lelaki manis. Dua detik kemudian, Minho tersenyum kecil. Menyadari kalau sebentar lagi ia akan mengubah statusnya menjadi seorang ayah. Walau Minho merasa takut dengan perubahan status itu, ia tidak bisa pungkiri kalau ia cukup antusias dengan kehadiran malaikat kecil dalam keluarga mereka.

Apakah anak itu laki-laki atau perempuan?
Apakah anak itu akan lebih mirip Jisung atau Minho?
Apakah anak itu akan menggemaskan seperti Jisung?

Minho tidak sabar. Ditambah lagi kehadiran Jisung yang akan membantu Minho untuk atasi rasa takut. Minho yakin ia akan baik-baik saja dan ia akan terbiasa dengan anak kecil.

Iya, Minho hanya harus belajar dan membuka diri untuk mengatasi rasa takut itu.

Lamunannya terhenti saat suara Jisung menyapa indra pendengaran. Menyadarkan lelaki itu dengan satu pertanyaan ngegas.

"Woi! Ditanya loh ini! Gimana lucu enggak?" tanya Jisung ketus.

"Iya lucu, Ji. Gemes. Kamu jadi lebih bulet."

"Gara-gara kamu aku jadi bulet. Lagian ya kamu. Udah gak siap punya anak, tapi kemarin nggak mau pake pengaman. Maunya apa?" galak Jisung memarahi yang lebih tua. 

Minho cengengesan. Tidak ingin mengelak dari kebodohannya lalu menjawab, "Hehe. Mana kepikiran kalau kamunya udah se-'menggoda' itu, Ji. Aku hilang akal lah."

"MESUM ANJRIT!" teriak Jisung dengan satu bantal sofa melayang ke arah Minho.

Saat keduanya sedang sibuk bercanda, satu panggilan telepon masuk ke ponsel Minho. Mama, nama itu yang tertera di sana. Tanpa babibu, Minho lantas mengangkat panggilan dan menekan tombol pengeras suara.

“Halo, Ma?” sapa Minho yang langsung disahuti dengan pertanyaan dari wanita di ujung telepon.

“Minho, bisa datang ke rumah sama Jisung sekarang?”

Jisung mengernyitkan dahi lalu beralih menatap yang lebih tua. Sedikit bingung dengan nada datar yang keluar dari mulut si ibu mertua.

Minho berdeham singkat. “Bisa, Ma. Tapi, kenapa mendadak ya? Ada masalah di rumah?”

Lima detik dilalui dengan hening sebelum Mama Lee kembali membuka suara. Kali ini menyampaikan kabar yang cukup mengejutkan Jisung serta Minho.

“Ada Lia di rumah dan Mama mau bicara sama kalian berdua.”

.

.

.

Hai hai hai hai hai. Maaf malem banget. Aku baru sempat revisi.

ANYWAY KOMEN KALIAN KEMARIN NGAKAK SEMUA. 😭 AKU SAMPE PENGEN GANTI KENAPA MINHO TRAUMA DEH AH. 😭

MINSUNG: MARRIED BY CONTRACTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang