R.A 62

83 15 2
                                    

Qilla : Patra sibuk?

send.

Lima menit menunggu tak ada balasan. Mungkin sedang sibuk. Lantas ia beralih ke aplikasi lain. Aplikasi yang membuat banyak orang joget-joget. Hanya menemani kegabutan, sekedar melihat keseruan dan ke-uwu-an orang lain bersama teman atau pasangan mereka.

"Gabut," keluh Qilla yang sudah berulang kali melakukan rotasi dalam ponselnya.

"Duta, main gitar dong!" pintanya menguncang-guncang badan Duta yang tengah berbaring di sampingnya. Kalau saja ada Paskal, pasti Qilla lebih memilih meminta kepada cowo itu.

"Mau bogan, ngantuk," tolaknya menambah menenggelamkan wajahnya dibawah bantal sofa. Qilla mendesis, lalu memukul pantat Duta karena kesal tak dituruti.

Ting!

Patra : Iya.

Senyumnya merekah. Padahal cuman satu kata. Buru-buru dibalas sebelum Patra kembali offline.

Qilla : Kok balas?

Patra : Disempetin. Kenapa?

Qilla : Gapapa. Semangat kerjanya ya!<3

Setelahnya, Qilla mematikan data. Tidak ingin menganggu Patra berkepanjangan. Bisa dimarahin Paskal. Mengingat besok dirinya akan pergi ke Sumba dan sedang berkumpul bersama pula, kecuali Paskal. Anak itu sibuk di bengkel. Qilla ingin mengetahui kebenaran dari seseorang yang sulit Qilla temui. Saat liburan di Sumba, ia akan memanfaatkan waktu untuk merenungkan diri tentang apa yang terjadi.

"Ke tempat Laxvispa yuk!" ajaknya menyeru.

Ambon yang tengah berbaring di balon kursi, bangun seketika, "Sehat?" tanyanya sembari menyentuh dahi Qilla yang langsung di tepis dari sana.

"Emang salah gitu?"

Yang lain nampak terkejut. Seakan ada yang salah dari permintaannya. Qilla tahu, mereka menyembunyikan sesuatu dan membatasi ruang untuk bertemu Laxvispa. Mereka takut, Qilla hanya dapat bersedih terus-menerus. Namun, karena dirinya sedang berpura-pura tak tahu, ia memanfaatkan keadaan. Toh, hanya mampir dan sekedar bertanya. Hanya memastikan.

"Mau silahturahmi nih," kata Qilla lagi untuk menyadarkan mereka semua dari terkejutnya.

"Kenapa sih pada melongo?"

Belum ada jawaban. Qilla beranjak dari duduknya. Menhambil tas selempang yang ia bawa, "Ayo! Pada gamau? Yaudah Qilla sendiri aja."

Pemikiran mereka belum selesai pada titik temu, tetapi Qilla sudah melangkah maju menghilang keluar dari pintu utama. Ambon dan Jo tersadar lebih dulu dan mulai menyadarkan yang lain, "Anjir. Ayo!"

®©®

Kini, Qilla bersama Ravengers telah sampai di gedung tua yang pernah Qilla datangi dua kali. Markas Laxvispa. Ia tersenyum senang, lalu masuk mendahului Ravengers yang masih was-was. Menaiki tangga menuju ruangan dimana tempat berkumpul utama mereka.

"Abang!"

Beberapa dari mereka ada yang terkejut dan tidak dengan kedatangan Qilla, karena sudah dipastikan Mahesa memberitahu kunjungan mereka. Alex lebih dulu menghampiri dan memeluk singkat Qilla, "Hey kecil! Apa kabar?"

"Baik dong!"

"Sini-sini," kata Bobi yang mengayunkan tangannya untuk menghampirinya yang duduk di salah satu sofa.

Dengan senang hati Qilla menuruti dan mengambil minuman yang diberikannya, "Naik kelas ga?"

"Naik lah!"

DILIGITIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang