R.A 23

633 52 0
                                    


16.02 PM

Sehari sebelum hari Bian dan Qilla. Mansion Ravengers yang megah kini hanya terisi empat makhluk. Baik gaib maupun nyata sama halnya, karena bisa membuat takluk. Untuk kaum hawa maupun kaum adam. Empat makhluk itu terdiri; Jo, Ambon, Paskal dan Qilla.

Yang lain? Entah kemana. Berada di luar sana, dengan tugas yang merajalela. Tetapi, tidak dengan keempat yang telah disebutkan tadi. Berleha hingga ada hal yang terjadi. Atau menunggu panggilan tetuah jika diminta bantuan untuk segera datang mengunjungi.

Sudah lebih dari 2 jam, mereka tetap dalam posisi yang sama. Berteriak-teriak akan keseruan yang tercipta. Hanya bertiga, tidak dengan Qilla. Merebutkan posisi pemenang yang kerap dilanda hukuman. Sedangkan, tak ada yang lebih harus di harapkan kepada satu-satunya perempuan.

Suara dengusan serta decakan keluar begitu saat bangun dari rebahannya dan menatap ketiga cowok yang asik bermain playstation. “Bosen nih!” rengeknya mengadu.

Ambon menoleh sekilas, kemudian berbalik lagi melanjutkan permainan seraya berkata, “Terus mau ngapain?”

“Jalan kek kemana gitu.”

“Panas. Kulit gue makin item nanti,” tolak Ambon.

“Nungguin tugas dari Tuan Mahesa juga kan,” tambah Jo yang ikut menolak dengan Mahesa menjadi alasan.

Bibirnya merengut, mencibir kesal dan kembali merebah seperti semula. Jari-jarinya bermain diatas layar ponsel miliknya. Membuka berbagai social media, dari yang namanya whatsapp, line, wattpad, instagram, dan youtube. Melakukan siklus memutar hingga bosan tak terkendali.

Lalu, berganti. Melakukan hal yang sama pada ponsel Jo, Ambon dan Paskal yang dibiarkan tergeletak di meja sana. Membukanya satu-satu, mencari rahasia yang mungkin saja tersimpan diam-diam. Ketemu. Ambon ternyata sudah punya pacar. Dasar lelaki gadungan. Bilang masih jomblo dan tak mengharapkan pasangan. Lihat saja nanti, habis uangnya Qilla porotin. Beralasan atas pajak jadian.

Lagi, Jo sedang mempunyai gebetan. Ah, kedua abangnya itu sungguh membuat Qilla tertipu. Bilangnya Qilla tak ada yang mampu menyandingi tetapi lihat, ternyata kasih sayangnya harus dibagi-bagi. Qilla mewajari, ada kalanya harus mengikhlasi. Terlebih lagi, kebersamaan bukan hal yang kekal. Mengingat nyawa dan hati tergantung Tuhan. Sedangkan untuk Paskal, cowok itu aman.

Belum genap 30 menit, Qilla kembali bangun dari rebahannya. Berdiri dan berjalan menjauh dari ruang tamu. Pergi ke salah satu ruang khusus disana. Ruang Rapat Ravengers. Ruangan yang berisi berbagai alat-alat teknologi yang canggih keluaran terbaru. Mata Qilla menjelajah menemukan hal menarik. Sebuah layar monitor besar menjadi tujuannya.

Jiwa kekanak-kanakannya muncul. Terlihat saat matanya berbinar kala monitor itu menyala. Menampilkan seluk-beluk kota dan beberapa tempat tertentu yang ada. Qilla memperhatikan setiap gambar berbeda disana. Hingga matanya menyipit, menemukan Rafy dengan para temannya. Ia memperbesar gambar dan terlihat jelas apa yang sedang dilakukan mereka.

Melakukan hal yang sama seperti saat pertama Qilla di ajak membuat galaksi. Qilla jadi sebal, tidak diajak lagi. Namun, ia tetap memaklumi. Sekali saja sudah menghiasi. Kedua tangannya menangkup pipinya tak sadar, menikmati pandangan bahagia dari sosok Rafy.

Berselangnya menit, seseorang datang menghampiri mereka. Membuat dahi Qilla menggerut tiba-tiba. Matanya membulat sempurna. Leader of Laxvispa ada disana. Qilla lupa akan suatu hal dan sungguh tak percaya. Jantungnya berdetak tak biasa. Cepat dan tak berdaya. Begitu ada rasa khawatir yang menyiksa. Jika, tempat itu kepemilikan Laxvispa otomatis cctv mansion ini berada ditangan Laxvispa juga. Karena sesuai peraturan, mereka yang menjalin hubungan harus bertukar infomasi seperti nyawa. Anggap saja cctv, bernyawa.

DILIGITIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang