R.A 65

276 14 1
                                    

Sudah 7 bulan berlalu.

Saat ini gadis kecil tengah memutar-mutar tubuhnya di depan cermin. Melihat penampilannya dari atas sampai bawah. Cukup memuaskan. Bahkan ia berulang klai memuji dirinya sendiri di depan cermin. Lalu, setelah itu tertawa sendiri. Kebahagian tengah menyambutnya hari ini. Ravengers dan Laxvispa menggelar sebuah pesta sederhana. Anggap saja syukuran, karena salah satu berita, kedua tetuahnya akan segera melangsungkan pernikahan. siapa lagi kalau bukan Mahesa dan Lana.

Waktunya semakin menipis. Menyambar tas selempangnya dan segera turun. “Cantik banget,” puji Bunda dan Ayah kompak

Qilla tersenyum senang, “Pastilah!”

“Tau deh, yang mau ngedate!” canda Bunda.

“Apasih Bun, ngedate makan angin iya!” sungutnya membalas. Bunda tertawa bersama dengan Ayah.

Ting Tong!

Mendengar bunyi bel itu, Qilla bergegas pamitan kepada orang tuanya. Tak lupa dengan Bunda yang membisikkan sesuatu kepadanya. Qilla tertawa, Bunda sedang menggodanya.

Seorang yang Qilla kenal tengah membelakanginya. Ia tersenyum dan menyentuk pundak lelaki yang terbalut tuxado hitamnya. “Patra.”

Sontak badannya berbalik dan mendapati Qilla yang manis ini sedang tersenyum lebar. Kemudian, ia membungkuk dan mencium punggung tangan Qilla ala putri kerajaan. “Langsung?” tawarnya.

Senyum Qilla tak pudar sedikit pun, ia mengangguk dan langsung dibawa Patra masuk ke dalam mobilnya. Keduanya menghening, Qilla sibuk bermain dengan ponselnya guna mengabari Ravengers yang terus menanyai keberadaannya. Ini masih seperempat jalan. Walaupun dekat, nyatanya pakai mobil tetap saja macet.

Dirasa beres menngani, ia menoleh kepada Patra yang sibuk menyetir, “Gimana?”

Tak mengerti maksudnya, ia pun mengernyit kebingungan. Meminta kejelasan selanjutnya, “Penampilan Qilla.”

“Biasa aja,” acuhnya.

Qilla berdecih, “Gengsian, tinggal bilang cantik aja susah.”

Meneliti penampilan Patra, membuatnya tersenyum senang. Hari ini Patra terlihat menawan. Sangat rapih dari biasanya. Mengingat hari ini, Qilla memang telah meminta izin untuk membawa Patra ikut serta. Baik itu kepada Ravengers maupun Laxvispa. Sudah pasti dibolehkan, Patra sudah dekat jiga dengan kedua komplotan itu. Lagian, pesta ini juga mengundang beberapa rekan terdekat mereka dan jiga pasangan dari masing-masing anggota. Jadi, tak ada yang salah. “Patra ganteng hari ini!” pujinya.

“Cocok dong kita?”

“Hah?”

Menoleh kepada Qilla setelah rem terakhir, “Kamu cantik, Saya ganteng”

“Sa ae Mas!”

“Yuk, turun,” ajaknya setelah markirkan mobil dengan henar.

Qilla menahan pergelangan tangan Patra. Memberi isyarat dia akan menerapihkan diri terlebih dahulu. Di bukanya ka spion diatas dan mulai dengan aksinya yang sedikit memoles wajahnya dengan bedak dan lipstick. “Udah rapih belom?”

“Udah.”

“Bibirnya pucet ga?” tanya lagi.

Patra tersenyum, “Merah banget.”

Spontan ia langsung menoleh lagi kepada kaca, “Ih engga sih, ini matte yang natural kok.”

Suara tawa memenuhi mobil. Qilla ini selalu saja bisa menbuatnya senang, “Kamu cantik dan selalu cantik di mata saya.”

DILIGITIS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang